webnovel

Si Pemuda tanpa masa depan

Di pagi yang sejuk nan asri, di salah satu Madrasah Aliyah swasta di daerah kabupaten bekasi. Di saat siswa siswi yang lain sedang memfokuskan diri, menghitung soal matematika dengan kalkulator dan jari, di pojok kelas sebelah kiri, seorang anak muda berperawakan tinggi. Sedang terlelap dalam mimpi yang indah di atas kursi. Anak muda itu bernama Rusyd. Bak seperti di rumah nenek, Rusyd tidur tanpa memikirkan apa yang akan terjadi.

Dia sangat percaya diri bahwa tidur nya tidak akan di ketahui oleh guru nya. Karena dia sudah mendirikan buku di depan nya, agar seolah olah dia terlihat sedang membaca. walaupun kepalanya menunduk ke atas meja, tetapi dia tetap yakin dan percaya, bahwa gurunya tidak akan mengetahui apa yang di perbuat nya.

Namun tetap saja, sepintar pintar nya menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium jua. Guru matematika Rusyd mengetahui Rusyd yang tertidur pulas di dalam jam pelajarnya.

Seketika sepidol melayang seperti seekor falcon yang akan menikam mangsanya. Sepidol whiteboard itu menghantam tepat ke kepala Rusyd.

Dengan mata merah dan kepala yang panas karena hantaman dari sepidol di kepalanya, Rusyd pun terbangun dari mimpi indah nya.

" Anjir, Siapa yang nimpuk gua. sakit cuk!. " Ucap Rusyd dengan nada sedikit marah.

" Saya! emang nya kenapa?! " Sahut seorang perempuan setengah baya dengan bola mata yang hampir keluar dari kelopak matanya.

Rusyd sangat terkejut, Ternyata orang yang telah menghantam kepalanya dengan sepidol itu adalah Bu Kur. Guru matematika nya, yang sangat terkenal killer di sekolah nya. Pantas saja lemparan nya tepat ke kepala Rusyd, sebab yang memerintahkan sepidol itu untuk melayang dan mendarat di kepala Rusyd adalah bu kur, si ahli nya Ahli perhitungan. mantan juara Olimpiade matematika dan fisika nasional saat dia muda.

Pandangan Rusyd tertunduk setelah melihat bu kur bertolak pinggang dan melotot kepadanya.

" Bagus ya! Tidur di jam pelajaran saya! Kalo mau tidur, sana di rumah. jangan di sekolah!!" Bentak bu kur marah

" Dasar siswa tak punya masa depan." Ucap Bu Kur seraya menyilangkan tangan nya.

" Etdah. jadi ngoceh bae ini ya nenek-nenek. " Gumam Rusyd dengan nada sedikit kesal.

" Keluar kamu dari kelas saya! , jangan masuk sampai jam istirahat! " Ucap Bu Kur menunjuk pintu kelas.

" etdah. Iya iya gua keluar. " Gumam Rusyd dalam hatinya, seraya merapikan buku-buku yang berdiri di hadapan nya.

Rusyd beranjak dari kursi nya dan bergegas keluar dari kelas dengan pena dan buku hitam di genggaman nya.

Rusyd memang sering sekali tertidur di jam pelajaran yang tidak ia sukai.

Banyak faktor yang membuat ia tidur di kelas. Selain ia sangat membenci pelajaran yang berbau rumus dan angka, dia juga suka tertidur di pelajaran yang menurut nya sang guru tak berkompenten untuk mengajar.

Menurut nya hanya ada dua guru yang berkompeten untuk mengajar di sekolah tempat dia belajar, yang pertama Pak dawih, Sang Kepala Sekolah yang mengajarinya mata pelajaran Geografi dan yang kedua Pak Suhanda, Seorang guru sepuh yang mengajarkan nya mata pelajaran Fiqih dan Bahasa Idonesia.

Setelah keluar dari kelas, Rusyd bergegas berjalan ke arah kantin sekolah, tempat biasa dia mengisi waktunya saat dirinya di usir dari kelas.

Sesampai nya di kantin sekolah, Rusyd di sambut tawa oleh Bi ida, seorang perempuan setengah baya yang berjualan di kantin sekolahnya.

" Hahaha. kenapa sih lu Rusyd, tidur dikelas lagi? " Tanya Bi ida di iringi tawanya yang menggelegar di telinga

" Hmmm iya gitu dah bi. Biasa matematika, Bibi kan tau sendiri, saya kalo liat angka bawaan nya udah enek aja. Mending (lebih baik) saya tidur bi, daripada saya muntah di kelas, hahaha." Sahut Rusyd seraya duduk di bangku kantin.

" Hahaha. Tuman (kebiasaan) lu mah, orang mah kalo kita enggak suka sama pelajaran nya, seenggaknya hargain gurunya. Pura pura dengerin gek, pura pura ngerjain tugas gek, yang penting jangan sampe buat guru kita marah." Ujar Bi ida

" Iya Bi, iya. Udah ah jadi ikutan ceramah." Ujar Rusyd, "Kopi 1 Bi, kaya biasa." Sambung Rusyd membuka buku hitam kesayangan nya.

"Gua gak belain guru, Rusyd. Tapi emang lu nya yang salah. Lain kali jangan begitu Rusyd. " Bi ida kedalam kantin menyiapkan kopi pesanan Rusyd.

Rusyd dan Bi ida memang sudah berkenal lama, sejak Rusyd masih duduk di bangku Tsanawiyah (SMP) sampai sekarang dia sedikit lagi lulus Aliyah (SMA).

Tsanawiyah dan Aliyah tempat Rusyd menimba ilmu berada di lokal yang sama.

Sebenarnya Rusyd tak pernah berkeinginan untuk belajar di Madrasah Aliyah Babelan. Karena sewaktu lulus dari Tsanawiyah Babelan, Rusyd sangat ingin belajar di Pondok Pesantren Modern di daerah ponorogo. Namun orang tua nya tak merestui keinginan Rusyd, selain karena jaraknya jauh dari tempat tinggal nya. Biayanya pun terlalu mahal untuk keluarga Rusyd yang ekonominya tergolong rendah.

Rusyd pun menerima keputusan kedua orang tuanya, karena Rusyd pun sadar, bahwa dia hanya seorang anak muda yang terlahir dari keluarga yang biasa biasa saja, tak seperti teman teman nya. ayahnya hanya seorang kuli bangunan, yang pekerjaan nya tidak tau menentu kapan adanya. dan ibu nya pun hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang mengurus segala hal yang berkaitan dengan rumah dan juga kedua adik nya.

Rusyd selalu ingat dengan apa yang dikatakan Pak Tsani ayah nya selepas sholat isya, ketika Pak Tsani menjawab permintaan anak nya yang ingin sekali belajar di sekolah impiannya.

" Aa (panggilan Rusyd di rumah). Dimana pun lu belajar, mau apapun sekolahnya, semua ilmu sama. Banyak dikitnya ilmu yang lu punya nantinya, itu semua tergantung dari usaha lu. Percuma kalo lu sekolah di sekolah mahal kalo lu nya males. Ayah kalo orang kaya mah lu mau sekolah dimana gek bakalan (Pasti) ayah iyain. Tapi kan lu tau sendiri, gimana keluarga kita. Jadi ayah harap lu bisa paham dengan keputusan ayah sama ibu. "

Rusyd memegang pesan yang di sampaikan gurunya, bahwa banyak nya ilmu yang di dapatnya terganntung usahanya dalam belajar, bukan dari lembaga. Sampai dia tau bahwa sekolah yang di pilih ayahnya ternyata Aliyah (SMA) yang tidak sama sekali diminati nya.

Niat Rusyd dalam belajar mendadak berubah ketika dia tau, dia harus sekolah di tempat yang sama sekali tidak di minati nya. Kini Rusyd sekolah hanya mengincar ijazah, dia tak peduli dengan yang lain nya.

"Yang terpenting ayah gua seneng, gua mau sekolah di tempat yang dia pinta. urusan sekolah mah bodo amat, yang penting gua dapet ijazah" hanya itu yang rerlintas di kepalanya.

Bi ida pun tau bahwa Rusyd belajar di sekolah nya dengan setengah hati. Sebab Rusyd selalu bercerita dengan bi ida. Mungkin bi ida bisa di sebut teman curhat Rusyd. Sebab Rusyd tak pernah menceritakan kisah hidup nya ke orang lain selain orang tua nya, buku hitam kesayangan nya dan juga Bi ida.

Maka dari itu Bi ida tidak kaget jika Rusyd sering di usir dari kelas dan langsung kabur ke kantin sekolah. Bi ida tau bahwa Rusyd itu seorang siswa yang baik dan cerdas, hanya saja karena harapan nya telah pupus untuk belajar di sekolah impian nya, Rusyd jadi bingung apa yang ia harus lakukan.

" Nih kopi lu, kopi kapal api gak perlu di aduk. " Bi ida meletakan kopi pesanan Rusyd di atas meja kantin di hadapan Rusyd.

" Paham bener dah sama yang saya demen (suka). hahaha. " Sahut Rusyd dengan logat betawi bekasi nya.

" Lu kenapa sih?! suka banget sama kopi yang engga di aduk, kan jadi pahit, enggak manis. " Bi ida duduk di sebelah Rusyd.

" Udah kaya aki aki tau enggak lu. " Sambung bi ida sambil menghitung uang untuk belanja keperluan kantin.

" Srrrt." Rusyd meminum kopi hitam kesukaan nya yang masih panas.

"Yahhh. begitulah hidup bi. Lebih baik pahit di awal manis di akhir, Dari pada manis di awal pahit di akhir. Hahaha. " Jawab Rusyd seraya meletakan kembali gelas yang berisikan kopi itu keatas meja.

" Hahaha. Iyain dah." Ucap Bi ida

" Oh iya. Ngomong ngomong Samanta apa kabar. " sambung bi ida mencoba mempermainkan Rusyd

" Deh, jadi segala bahas samanta. Engga nyambung nih orang, di ajak ngomong nya. " Ucap Rusyd seraya menggaruk kepalanya.

" Hahaha. Gua nitip kantin bentar ya, gua mau ke pasar sebentar, ada yang lupa gua beli." Ucap Bi ida seraya keluar dari kantin.

" Siap jendral!. " Sahut Rusyd dengan gestur hormat.

Tak berapa lama setelah bi ida pergi ke pasar. bel istirahat berbunyi.

Rusyd bergegas menghabiskan kopi nya dan mengamankan buku hitam kesayangan nya.

Rusyd langsung masuk kedalam kantin untuk memakai apron yang sering dia pakai ketika membantu Bi ida melayani pembeli. agar seragam sekolah satu satu nya yang ia miliki tak kotor terkena noda.

Sekarang Rusyd mendadak jadi abang abang kantin dengan apron yang melekat di badan nya.

Kantin membludak di penuhi siswa siswi Aliyah. Teman-teman dan adik kelas Rusyd memesan jajanan kepada Rusyd.

Rusyd terlihat sangat lihai menyiapkan pesanan untuk para pembelinya.

" Hai kak Rusyd!!! Kak, es teh nya 1 sama sosis bakar nya 6 ya. " Ucap Seorang adik kelas yang mencoba mengejutkan nya saat dia sedang menyiapkan pesanan beberapa siswa.

"Oh iya ivi. Sampe kaget saya." Sahut Rusyd seraya menyiapkan pesanan.

" Hehe maaf ya kak." Jawab ivi tertunduk malu.

" Ini. Pesenan nya. Jadi 7000 ya vi. " Ujar Rusyd setelah membuatkan pesanan Ivi.

" Iya kak. Ini kak uang nya." Ucap ivi

"Terimakasih ivi." Jawab Rusyd dengan senyum manisnya.

"Hehe sama sama kakak ganteng." Sahut ivi dan beranjak dari hadapan Rusyd.

Rusyd hanya bisa garuk garuk kepala melihat sikap adik kelas nya itu terhadap nya.

" Dari banyak nya cewek Mabal (madrasah aliyah babelan) yang nitip salam ke gua buat lu, baru ini gua liat ada yang berani bilang lu ganteng langsung Rusyd. hahaha" Ucap bi ida yang baru saja pulang dari pasar.

" Et jadi apa bae ya." Rusyd menoleh kearah Bi ida yang membawa dua dus barang belanjaan nya dari pasar, " Udah ah, bantuin ini, banyak banget yang mesen." Sambung Rusyd yang sedang membakar sosis di atas alat pemanggang.

"Hahaha. iya iya." Ucap bi ida bergegas masuk kedalam kantin.

setelah beberapa lama bergelut dengan para pembeli Rusyd mendengar bel sekolahnya berdering lagi, menginstruksikan siswa siswi nya untuk masuk kedalam kelas.

" Bi. pamit ke kelas dulu ya." Ucap Rusyd seraya menanggalkan Apron yang melekat di badan nya.

" Iya Rusyd. belajar yang bener. Biar jadi orang." Sahut bi ida

" emang dari kemarin saya apaan bi. Medi?! (Hantu)." Jawab Rusyd seraya mengambil buku hitam kesayangan nya di meja kasir

" Tuman Lu mah dio bilangin sama yang tuaan." Ujar Bi Ida

" Ampun yang tua. Hahaha." Ucap Rusyd, " Sue." Sahut bi ida

Rusyd beranjak dari kantin. Ketika dia sedang berjalan menuju kelas. dia melihat sesosok laki laki yang tak terlihat asing bagi nya di kantor guru. Laki laki yang kira kira berusia 28 tahun itu sedang berbincang dengan Pak dawih kepala sekolah nya.

" Kaya gua kenal ni orang. Tapi siapa ya? " Gumam Rusyd seraya mengingat siapa orang yang baru ia lihat dan terus melangkahkan kakinya.

Sesampai nya di kelas Rusyd langsung merapikan kursinya dan bersiap siap untuk kembali berwisata di dunia mimpi. sebab dia tau bahwa pelajaran selanjutnya sudah pasti kosong. Karena ibu guru yang mengajar pelajaran sosiologi jam ini sedang hamil tua.

" Tidur lagi Rusyd?. Tanya faiz salah satu kawan Rusyd.

" Ya mau ngapain lagi, Iz. guru nya enggak ada."

Sahut Rusyd seraya merapihkan kursi kursinya

Selepas merapikan kursi kursi nya menjadi sebuah tempat tidur yang nyaman di matanya. Rusyd merebahkan tubuh nya yang tinggi dan mulai berdoa untuk masuk kedalam dunia mimpi.

Karena hobi nya tidur, Rusyd punya formulanya sendiri agar bisa tertidur pulas dengan cepat, yang mana metode tidur nya hampir mirip dengan metode tidur tentara.

Pertama dia harus membuat tempat tidurnya terasa nyaman baginya.

Kedua dia harus menciptakan posisi tidur yang nyaman.

Ketiga berdoa.

Dan yang Keempat membuat otak nya relax serta mengosongkan pikiran nya.

Rusyd sudah menyelesai kan ritual tidur nya yang ke tiga, Ketika Rusyd sudah siap memasuki fase yang keempat, dimana ia sudah mulai memasuki lobi dunia mimpi, tiba tiba

"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarokatuh!." Ucap salam seorang laki laki berambut kelimis dengan senyum yang lebar di depan kelas dengan penuh semangat.

" Wa'alaikumussalam warohmatulohi wabarakatuh " Jawab masyarakat kelas 12

Rusyd terkejut, terbangun dari tidur nya, dan mengusap usap wajahnya agar dirinya kembali terjaga. karena ia khawatir jika yang masuk kedalam kelas nya itu adalah pak dawih kepala sekolah nya.

Tapi ternyata yang mengucapkan salam dengan semangat itu adalah sosok lelaki yang tadi Rusyd lihat di kantor .

" Ini ngapain sih dia. Promosi Kampus nih ya, puyeng aja gua. " Gumam Rusyd kepada kawan nya faiz.

" Guru baru kali?!" Ujar Faiz.

" Muka nya enggak asing anjir. Siapa ya?" Rusyd menatap wajah pria yang berdiri di depan kelas nya baik-baik.

" Perkenal kan, saya adalah guru baru yang akan menggantikan Bu Susi mengajarkan sosiologi di kelas kalian " Ucap laki laki itu seraya meletakan buku yang ia bawa ke atas meja.

" Tuh kan. Guru baru Rusyd." Ujar Faiz.

Rusyd masih saja memandang wajah laki laki tersebut, dan mengenali siapa sebenarnya laki laki yang dia lihat itu.

" Saya alumni Ponpes Attaqwa (nama pondok pesantren yang sangat nyohor di Kab. Bekasi)" Sambung guru sosiologi baru itu.

Mendengar pernyataan itu Rusyd seperti mengingat sesuatu di kepalanya. Kenangan terputar jelas di benak nya. Rusyd mengangkat tangan tinggi-tinggi.

" Guru." Ucap Rusyd seraya mengangkat tangan nya

(kebiasaan Rusyd jika memanggil guru laki-laki bukan dengan kata bapak melainkan Guru)

" Guru pernah ngajar di madrasah ibtidaiyah Poncol, Enggak? " Tanya Rusyd

Guru sosiologi baru itu menoleh dan melihat Rusyd yang sedang mengangkat tangan nya di pojok kelas.

" kamu Ibnu Rusyd kah?!. " Ucap guru baru itu.

" Iya guru. Guru ini guru bamsyah kan!? " Lanjut Rusyd bertanya

" Wah Rusyd. apa kabar kamu. Udah lama banget ya engga ketemu. Terakhir kali ketemu waktu kamu kelas 5 ibtidaiyah (SD) sebelum saya di pindah ke jakarta. sekarang kamu udah Aliyah aja." Jawab Pak Bamsyah

Dan ternyata Pak Bamsyah ini pernah mengajar di Ibtidaiyah (SD) tempat Rusyd belajar dahulu. Pak Bamsyah ternyata masih mengingat murid nya yang bernama Rusyd.

" Oke teman-teman. Seperti yang Rusyd bilang. Nama saya adalah Noer Bamsyah, kalian bisa panggil saya Pak Bamsyah atau Guru Bamsyah." Sambung Pak Bamsyah

Tanggapan dari masyarakat kelas 12 IPS C bermacam-macam, ada yang menjawab " Iya", ada yang "siap", bahkan ada beberapa siswi yang berbisik ke teman semeja nya " Ih ko bapak gurunya keren ya, hihi."

Di pertemuan pertamanya ini Pak Bamsyah hanya ingin melihat keadaan kelas dan berkenalan dengan masyarakat kelas 12 IPS C yang akan dia berikan pelajaran nantinya.

Pak Bamsyah memerintahkan muridnya untuk mengenalkan diri. Dan dengan antusias para siswa siswi pun mulai mengenalkan dirinya satu persatu. Dari kanan paling depan terus sampai pojok kiro posisi Rusyd duduk.

" Oke terakhir. Silahkan Rusyd." Pak Bamsyah menunjuk Rusyd.

" Guru, apa perlu saya ngenalin diri. Kan guru udah kenal saya?!" Ucap Rusyd saat masuk gilirancnya untuk mengenalkan diri.

" Ya engga apa apa, yang lain memperkenalkan diri masa kamu engga. Silahkan perkenalkan nama lengkap kamu, hobi dan mimpi kamu, Rusyd. " Sahut Pak Bamsyah dari depan kelas.

" Hmmmmm iyadah iya." Desus Rusyd mengumpulkan niat mengenalkan diri.

" Ok. Perkenalkan Nama saya Ibnu Rusyd, saya adalah saya yang kalian sudah kenal seperti apa saya di benak kalian tentang saya. Hobi saya tidur dan saya sepertinya saya enggak punya mimpi atau cita-cita. " Ucap Rusyd dan langsung kembali duduk.

" Hobi tidur, Apa coba enak nya tidur, tidur mulu bagaimana mau sukses." Sahut seorang teman kelas perempuan nya yang duduk di bangku paling depan.

" Ya cuma dengan tidur hidup gua bisa lebih tenang,selagi enggak mati, ya tenang tenang aja kan. dari pada lu, hobi nya julid sama orang, yeee. " Jawab Rusyd dengan alis naik.

Teman teman laki-laki Rusyd sontak tertawa mendengar perspektif Rusyd tentang salah satu teman kelas nya itu. Kelas menjadi ramai. Pak Bamsyah hanya tersenyum tipis melihat prilaku siswa-siswi yang akan di bimbing nya nanti itu.

"Sudah sudah cukup. Hari ini kita hanya berkenalan saja. Pertemuan selanjutnya, baru kita akan membahas bab yang sudah lama tertinggal. Silahkan beres beres sambil menunggu bel pulang berbunyi. Saya pamit. Assalamu'alaikum " Ucap Pak Bamsyah seraya pergi meninggalkan kelas dan pergi menuju kantor.

" Nah guru kaya gini nih, baru enak hahaha." Ucap beberapa Siswa kelas 12 IPS C

Pak Bamsyah keluar dari kelas 12 IPS C dan bergegas berjalan menuju kantor.

" Gimana menurut kau, keadaan kelas 12 IPS C? " Tanya Pak Dawih yang sedang mengaduk kopi nya, saat Pak Bamsyah tiba di kantor guru.

" Ya sama seperti kelas 12 yang lain nya pak. Namanya juga anak baru pada gede." Jawab Pak Bamsyah seraya duduk di sofa kantor berwarna coklat di sebelah nya.

" Kalo siswa yang bernama Rusyd, bagaimana menerut kau bams?. Kalo saya liat dia siswa yang punya potensi, tapi kayanya ada hal yang buat dia bertingkah laku seperti itu." Ujar Pak Dawih seraya meletakan kopinya di atas meja kaca di depan sofa dan duduk di samping Pak Bamsyah

" Saya pernah ngajar Rusyd sebelumnya pak, waktu dia masih duduk di bangku Ibtidaiyah (SD). Saya juga setuju sama pendapat bapak. " Ucap Pak Bamsyah seraya mengeluarkan sebungkus rokok sempurna mild di saku celana nya.

" Dia (Rusyd) selalu bilang bahwa dia tak punya Cita-cita, dan hobi nya saja hanya tidur. Saya sih kaget mendengar nya, kok ada manusia macam itu di dunia. Hahaha." Lanjut pak dawih seraya meminum kopi hitam nya.

" Iya pak. Tadi di kelas juga saya mendengar hal yang sama. " Sambung Pak Bamsyah seraya mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkus Rokok dan membakar nya.

Pak Dawih dan Pak Bamsyah lanjut berbincang bincang sambil bernostalgia masa masa dimana Pak Bamsyah sering bolos sekolah untuk mengikuti lomba teater atas nama sekolah tanpa sepengetahuan guru gurunya. pasal nya Pak Bamsyah adalah murid pak dawih sewaktu pak dawih mengajar di ponpes Attaqwa sewaktu beliau masih perjaka.

Bel pulang pun berbunyi. Para Siswa dan siswi Mabal (Madrasah aliyah babelan) bergegas menuju aula untuk menunaikan sholat zhuhur di aula. Pasalnya jadwal sholat di aula di autur sedemikian rupa, sebab populasi siswa-siswi Tsanawiyah lebih banyak dari pada populasi siswa siswi Aliyah. Jadwal sholat pertama dan ketiga adalah jadwal sholat siswa siswi Tsanawiyah dan jadwal sholat kedua adalah siswa siswi Aliyah. Maka dari itu siswa-siswi Aliyah harus bergegas mengambil wudhu dan menunaikan sholat zhuhur berjamaah. Sebelum Siswa siswi Tsanawiyah yang sholat di jadwal ke tiga memenuhi aula.

Setelah siswa-siswi aliyah selesai menunaikan sholat zhuhur. Beberapa siswa-siswi ada yang pulang dan sebagian lagi ada yang menetap di sekolah untuk mengikuti ekstra kulikuler. Tapi tidak dengan Rusyd, bukan pulang ataupun mengikuti Ekstra kulikuler di sekolah ia malah langsung pergi ke pasar untuk menjadi kenek antar barang bersama orang yang dikenal dengan nama mandor odon.

Sesampai nya di warung tempat mandor odon memarkirkan mobil nya, Rusyd menanggalkan pakaian nya, melipat rapi kemeja dan kemudian di simpan rapi nya ke dalam tas selempang nya.

"Maaf dor telat. baru pulang pisan." Ucap Rusyd seraya memasukan tas nya kedalam mobil carry pick up berwarna hitam milik mandor odon.

" Santai Rusyd." Sahut mandor odon.

" Jadi kemana kita dor?" Ucap Rusyd

" Barusan sih gua di telepon buat nganterin etalase pesenan bos beras di kampung jati." Ujar Mandor odn

" Berangkat, Dor." Rusyd masuk kedalam mobil, dan mereka berdua pun beranjak menuju penjual etalase berada. Ketika mobil carry pick up hitam milik mandor odon sudah berhenti Rusyd langsung turun dari mobil dan langsung membuka handle pick up. Dan membantu mandor odon menaikan beberapa etalase ke mobil nya. Setelah mereka menaikan beberapa etalase Rusyd kembali mengunci handle pick up carry hitam itu dan mengikat etalase etalase tersebut dengan tambang agar etalase tersebut tidak jatuh saat di perjalanan. Setelah selesai mengokohkan ikatan nya, Rusyd kembali naik ke dalam mobil. Dan beranjak menuju lokasi tujuan.

Setelah beberapa menit di perjalanan sampai lah mereka di tempat tujuan, di ruko bos beras kampung jati. Rusyd membantu mandor odon untuk menurunkan etalase etalase yang berada di atas mobil.

Setelah selesai mengantarkan etalase Rusyd dan mandor odon lanjut mengantarkan barang barang yang hendak di antarkan.

Hari begitu cepat berlalu. Sore pun tiba, setelah mengantarkan barang terakhir carry pick up hitam tua milik mandor odon akhir nya tiba di pasar. Rusyd turun dari mobil dan izin pamit kepada mandor odon untuk pulang ke rumah.

Rusyd kembali mengenakan seragam sekolahnya lagi dan bergegas pulang ke rumah. kedua orang tua Rusyd tidak pernah mengetahui jika Rusyd sering membantu mandor odon di pasar. Mungkin jika kedua orang tuanya tau dia akan mendengar ceramah dari ayahnya. Karena bagi ayah nya, itu sama saja menanggap ayah nya sudah tak lagi mampu lagi membiayai nya.

Tapi mau bagaimana lagi, Rusyd juga ingin mempunyai barang barang seperti yang di miliki teman teman seusianya, seperti laptop dan juga Handphone android kekinian.

Rusyd hanya tidak ingin membebani keluarga nya dengan semua hal yang ia inginkan. Dia hanya ingin ayah nya hanya fokus membiayai sekolahnya saja, biar urusan keperluan belajar dan hal yang ingin dia miliki dia yang membelinya sendiri.

Setelah satu kilometer berjalan, Rusyd sampai di rumah nya. Rumah yang biasa saja tidak bagus dan tidak juga buruk, tapi tetap bisa berlindung dari hujan dan panasnya sinar mentari.

Rusyd masuk ke rumah nya mengucapkan salam seraya mencium tangan ayah ibunya. Dan bergegas mandi karena maghrib sedikit lagi tiba.

Selepas sholat isya setelah selesai mengajar ngaji, Rusyd kembali kerumah nya dan langsung masuk ke dalam kamar nya.

Di saat sedang mengganti pakaian. Rusyd memandang dua celengan plastik nya yang berada di atas lemari pakaian nya.

" Apa udah kumpul semua nya ya?! " Tanya Rusyd kepada dirinya

Rusyd mengambil celengan nya yang bertuliskan "HP&Laptop." dengan sepidol permanen.

" Widih. berat juga ini." Rusyd mengangkat celengan plastik nya.

Rusyd berlari menuju dapur, mencari sebuah pisau dapur untuk membongkar celengan pelastik nya. Tanpa banyak bicara dia langsung membelah celengan nya menjadi dua. dan menghitung berapa banyak uang yang telah dia kumpulkan di dalam celengan nya.

" Alhamdulillah. Rp. 3.500.000." Ucap Rusyd

Rusyd terlihat senang, " Besok gua harus ketemu faiz nih." Ucap Rusyd dengan raut wajah ceria.

Kebetulan Faiz sangat faham mengenai benda benda elektronik. Karena ayah nya mempunyai konter elektronik yang lumayan besar di Mall yang nyohor di kota Bekasi.

Rusyd membersihkan sampah bekas dari celengan plastik nya, membuang sampah yang ada di genggaman nya dan mengembalikan pisau kedapur.