webnovel

Pukul 4

Bandung, 2027

Yasmine

Hari yang melelahkan dan ditutup dengan deburan ombak yang pecah menghantam karang, pasir pantai putih dan senja yang menawan. Andai dapat, ingin kuhentikan waktu sejenak pada waktu senja yang sebentar ini. Lagipula kenapa senja begitu singkat? Padahal hadirnya membuat hati nyaman, sebesar apa pun masalah, ketika melihat senja rasanya semua masalah terlupa.

"June…" panggilku, dia duduk di sebelahku.

"Ya?" sahut June.

"Thanks.."

"Sepertinya tidak cukup dengan hanya ucapan itu saja."

Aku menoleh. "Maksudnya?"

"Sudah mau malam, ayo kuantar pulang."

"No."

"Dari tadi Addi telfon, khawatir sama kamu."

"Please ke mana saja, asal jangan ke rumah dan rumahmu."

June tampak berpikir. Hari ini aku banyak merepotkannya, mulai dari dia memberi tumpangan saat aku merasa tidak ada tempat tujuan, kejar-kejaran sama wartawan dan membuatku lolos dari ajakan ibunya June untuk makan siang bersama. Dia beralasan sudah janji untuk makan siang sekaligus bertemu dengan seseorang, yang ternyata malah ke pantai. Entah dia mendapat ide dari mana, tapi aku menyukai idenya yang ini, menikmati senja di pantai.

Kami memutuskan untuk bermalam di hotel, bukan kami, aku tepatnya yang memaksa June setelah perdebatan sengi tantara dia yang ingin mengantarkanku pulang atau akan meninggalkanku di pantai. Tentu saja aku memilih ditinggalkan di pantai, daripada harus kembali ke rumah itu dan dia tidak tega meninggalkanku sendiri.

Di sinilah kita sekarang, menuju ke kamar hotel masing-masing. Hotel ini cukup dekat dengan pantai. Pemandangan yang ditawarkan saat berdiri di balkon begitu cantik, pantai dan lautan lepas, langit malam dengan kerlip bintang, kapal-kapal yang hilir mudik, benar-benar sempurna.

Malam semakin larut, udara yang berdesir juga bertambah dingin. Kuputuskan untuk melelapkan mata dan mengistirahatkan tubuh. Hari ini meski melelahkan, tetapi berakhir dengan sentuhan manis senja di pantai dan malam yang indah.

***

Dari deburan ombak yang pecah aku melihat seorang wanita muncul begitu saja, dia memakai dress putih, seolah bersinar di tengah gelapnya pantai. Dia berjalan menujuku dengan langkah pelan, semakin dekat aku merasa mengenali wajah itu, itu adalah wajahku? Mimic mukanya terlihat sendu dan semakin dekat kepadaku, dia menghilang.

Aku terbangun. Tubuhku basah oleh keringat. Rasanya seperti nyata, dia benar-benar terlihat sedih, kesedihan itu sampai merasuk ke hatiku. Aku mimpi melihat diriku sendiri? Tapi, bukankah dia berjalan menghampiriku?

Segelas air putih kuminum, jam menunjukkan angka dua dini hari. Merasa belum tenang, aku menuju balkon, mungkin dengan melihat lautan lepas aku menjadi tenang. Mimpi itu benar-benar terasa nyata, bulu kudukku merasa merinding setiap membayangkan melihat wajah itu, padahal itu wajahku, tapi terasa lain. Itu seperti bukan aku, mungkinkah dia Rose?

Udara yang berdesir sesekali terasa dingin, seolah ada yang seseorang yang meniup di leherku, ombak terdengar semakin menderu, aku jadi terbayang mimpi tadi, seolah aku melihat seseorang setelah ombak terpecah. Kutepiskan bayangan itu, aku berusaha menjernihkan pikiran. Pukul empat dini hari mata ini kembali terlelap.