webnovel

18. Pernikahan Jay dan Yasmine

Seoul, 2027

Yasmine

Satu minggu menjelang pernikahanku dengan Jay. Kami tengah sibuk mempersiapkan segala keperluan acara. Gedung pertemuan dan catering, pakaian pengantin, kartu undangan dan seribu satu urusan lain yang kalau diperinci satu per satu bisa tak kepalang banyaknya. Hal itu membuatku tak habis pikir kenapa urusan pernikahan tak bisa dibuat sesederhana mungkin. Bukankah yang penting itu tujuannya, bukan proses? Tetapi pertanyaan itu disuarakan antara aku dan Jay saja sebagai pelampiasan kekesalan terhadap kecerewetan orangtua kami.

Masih ada yang kurang, harus begini dan begitu, ini salah dan itu salah. Kalau aku mencoba protes, ibuku punya alasan yang sangat bagus untuk meredam protes tersebut. "Kalian sudah pernah gagal menikah, jadi untuk saat ini biarkan kami yang mengatur semuanya. Kamu ikut saja!"

Pendapat serupa juga diutarakan oleh orangtua Jay. Pendek kata, orangtua keduanya selalu sepakat dalam pendirian dan keputusan sehingga kekompakan mereka sulit ditentang. "Jangan mengeluh lelah, karena kamilah yang paling lelah. Kalian tinggal menurut!" begitu kata ibunya Jay.

Dalam keadaan seperti itu, tentu saja orangtua tak mau tahu atau mengerti bahwa menurut pun bisa sangat melelahkan. Membuat kenyamanan dan ketenangan berkurang. Untunglah, aku dan Jay bisa saling menghibur. Tak lama lagi, hiruk-pikuk ini akan selesai dan terlewatkan. Yang penting masa depan, sesudah pesta pernikahan. Tak ada kebahagiaan yang bisa dicapai oleh pernikahan sehari saja, betapapun meriah dan gemerlapnya pesta. Jadi biarlah orangtua ikut menikmati pernikahan anak-anak mereka. Andai saja waktu itu aku jadi menikah. Tapi apa gunanya mengeluh seperti itu? Kami sudah terlalu beruntung hingga sangatlah picik bila menangisi hal-hal semacam itu.

Kegembiraan orangtua kami yang berlebihan itu mengharukan tapi juga membuatku cemas. "Bagaimana kalau kami ternyata memilih orang yang salah?" tanyaku.

"Kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Jay ketika aku mengemukakan pikiran.

"Bagaimana jadinya jika keinginan terpendam kita yang sekian lama itu tidak tercapai? Bagaimana jika misalnya kamu tertarik pada wanita lain dan aku pada lelaki lain?"

"Jangan berpikir begitu. Kita lihat kenyataan saja."

"Entahlah."

"Sudahlah. Sebaiknya jangan melelahkan pikiran dengan berandai-andai."

Aku termangu. Jay memelukku. "Ayo, jangan mendung begitu. Seharusnya kita Bahagia dan bersyukur. Senyum lagi, ayo? Nah, begitu." Jay mencium pipiku. Aku memejamkan mata untuk mengusir kegalauan yang sempat singgah. Ciuman Jay beralih ke bibirku.

***

-Author POV-

Di mata Jay, Yasmine tampak demikian anggun dalam gaun panjangnya yang putih bersih. Tak ada gemerlap perhiasan yang mencolok mata. Tak ada make up tebal yang memulas muka. Tapi untuk hari istimewanya ini, Yasmine memang telah menampilkan dirinya agak lain dari biasanya.

Tentu saja Jay tidak tahu bagaimana repotnya Yasmine mencari salon kecantikan yang dapat membuat dirinya tampak masih belia.

"Tolong jangan disanggul seperti itu." Pinta Yasmine ketika penata rambut itu sedang merapikan rambutnya.

"Tapi dengan sanggul model ini anda akan tampak lebih anggun!"

"Hari ini saya tidak ingin terlihat anggun," sahut Yasmine malu-malu. "Saya ingin terlihat natural saja."

Dengan bangga Jay meraih tangan istrinya.

"Dansa yuk, Mine."

"Tapi aku tidak bisa berdansa seperti teman-temanmu, Jay!"

"Tidak apa-apa. Kamu mau dansa apa? Waltz? Cha cha? Folk dance? Tinggal ganti musiknya. Malam ini milik kita. mereka hanya figuran."

Tanpa permisi lagi pada pasangan-pasangan yang sedang bergoyang-goyang hebat mengikuti irama, Jay mematikan musik. Dan menggantinya dengan lagu lain.

"Wah, tarian manula!" desah seorang gadis yang sedang memporak-porandakan pinggulnya seperti kera. "Melemahkan semangat melunturkan tekad!"

Tetapi pasangan-pasangan yang lain langsung mengikuti irama yang baru dan mengganti gaya dansa mereka. Tidak peduli lagu apa, pokoknya mereka terus bergoyang.

Jay menarik Yasmine ke tengah ruangan. Dan Yasmine terpaksa mengayun langkah sebaik-baiknya agar tidak ditertawakan teman-temannya.

Setelah dua-tiga kali berputar, Jay membawa Yasmine keluar. Ke kebun kecil di samping rumah. Di dorongnya tubuh Yasmine dengan lembut sampai pinggangnya menyentuh dinding teras. Dikecupnya bibirnya. Dikulumnya dengan mesra.

Dua ekor tikus berkaki dua menyelinap diam-diam dari balik rumput anggrek di dekat mereka. Tetapi baik Jay maupun Yasmine sudah terlalu dalam tenggelam dalam lumpur kemesraan.

To Be Continued