webnovel

Pagi Yang Mendebarkan

"Hu-hukuman ap-pa maksud Tuan?" tanya Alessia terbata-bata. Ia harus segera menutupi kedua harta berharganya dari tatapan lapar seorang Christian Allen.

Christian tersenyum menawan. Ia sungguh memesona pagi ini. Pemandangan itu justru menciutkan nyali Alessia sehingga membuatnya tampak panik dan ketakutan.

Ini tidak lucu. Situasi macam apa ini?

Alessia setengah telanjang dan Christian Allen bersikap biasa-biasa saja di hadapannya. Sebenarnya apa yang terjadi semalam antara dirinya dan tuan mudanya tersebut?

Tangan Christian masih betah berada di punggung Alessia dan sesekali menyusuri tubuh moleknya.

Jika pikiran rasional Alessia bekerja dengan baik, ia seharusnya menyambar pakaian dan lari dari kamar tersebut, bukannya diam saja. Tapi pria yang saat ini menyentuhnya adalah suaminya sendiri. Tidak salah bagi Christian melakukan itu. Tapi salah bagi dirinya. Ia takut sesuatu yang teramat berarga miliknya diambil alih oleh Christian.

Eh, tapi tunggu dulu, Alessia menyadari bahwa dirinya sedang mendapatkan tamu bulanan. Dan itu akan ia jadikan sebagai alasan untuk menolak ajakan berhubungan intim pria itu padanya.

Ya, bagus!

Jantung Alessia berdebar-debar di dada. Mungkinkah itu dapat ia jadikan sebagai alasan untuk menolak?

Mendadak perempuan muda itu dilema. Ia benar-benar takut menyulut emosi Christian. Ia tidak bisa semudah itu menyinggung pewaris tahta Allen Group kalau ia ingin selamat setelah ini.

Christian tersenyum simpul secara tiba-tiba saat ini. Hal itu menimbulkan tanya dalam benak Alessia.

"Kau cantik, Alessia," ucap Christian yang membuat ketakutan dalam diri perempuan muda itu sirna.

Ini pertama kalinya Alessia benar-benar memperhatikan betapa tampan pria itu. Christian memang tampan, tapi tak pernah terlihat setampan ini.

Aneh.

Kedua mata Alessia lancang menuruni pemandangan yang menuntunnya melihat ke bawah, di mana di sana tak ada perut lembek, yang ada hanyalah sejumlah otot yang terbentuk sempurna.

'Ya Tuhan, pria ini begitu sempurna. Aku tidak menyangka bahwa kini diriku yang menjadi pengantinnya dan mendapatkan kehormatan sebagai istrinya,' batin Alessia mengagumi sosok tampan di hadapannya.

Alessia berusaha keras untuk tidak menatap perut itu lagi beserta hamparan hitam yang tampaknya semakin ingin menuntun matanya ke satu arah.

Shit!

Sadarlah, Alessia!

Christian membelai rambut sang istri dengan penuh kelembutan. Walau ia tak tahu apa yang ia rasakan pada Alessia saat ini, tapi sebuah kenyamanan sepertinya telah bernaung di dalam dirinya pada istri kecilnya.

"Pergilah mandi, Alessia! Bukankah kau harus bertemu dosen mata kuliahmu pagi ini dan menemui ayahmu di Rumah Sakit? Sekarang mandi dan bersiaplah!" titah Christian sambil melepaskan sentuhannya dari seluruh tubuh istrinya.

Alessia tak percaya bahwa ia bisa lepas begitu mudah dari Christian. Ia belum mengatakan alasan penolakannya, tapi pria itu sudah melepaskannya begitu saja.

Ada apa ini?

"Bukankah Tuan ingin saya…" ucap Alessia terhenti.

"Ingin apa? Kau ingin aku menyentuhmu lebih dari ini?" serangan balasan dari Christian membuat kedua pipi Alessia memerah sempurna.

Tak bisa membantah. Perempuan muda itu hanya diam. Karena apa yang dikatakan Christian benar adanya. Sekali lagi ia sadar, dirinya saat ini adalah istri sah dari tuan mudanya dan ia tak boleh menentang semua kehendak pemuda itu.

"Baik, saya akan segera mandi dan bersiap. Permisi, Tuan," pamit Alessia seraya menggeser kaki dan tubuh sepelan mungkin hingga turun dari ranjang mewah tersebut.

Alessia menahan napas ketika kakinya berhasil mendarat di karpet lembut di bawah sana dan seketika kedua matanya menemukan baju piyamanya beserta breast holder yang tergeletak asal.

Sumpah, Alessia malu sekali.

Diambilnya baju miliknya yang berserakan di karpet kamar hotel itu dan dibawanya menuju kamar mandi.

"Oh sial, sebenarnya apa yang terjadi semalam pada kami berdua? Tapi yang aneh, kenapa celanaku masih berada di tempatnya? Hanya piyama bagian atas yang terlepas. Aneh sekali. Apakah ini terjadi gara-gara wine semalam? Aaahhh, sialan!" gerutunya sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin besar yang menggantung tepat di atas wastafel.

Tanpa sepengetahuan Alessia, Christian sibuk menghubungi seseorang dan mengatakan sesuatu sesuai titahnya.

***

Alessia berjalan menyusuri lorong yang ada di dalam Allen hotel. Ia bisa merasakan kesal dan merasa diabaikan oleh sang suami.

Bagaimana tidak kesal, pria itu meninggalkan dirinya tanpa kata, tanpa berita akan ke mana pria itu saat ini?

Alessia merasa tidak dianggap. Tapi beberapa saat kemudian ia sadar. Ia menghentikan langkahnya dan bergumam, "Kenapa aku tiba-tiba marah begini? Memangnya aku ini siapa? Aku kan hanya seorang istri pengganti. Tidak lebih dari itu."

Pujian Christian padanya pagi tadi menyadarkan dirinya bahwa itu hanyalah sebatas kata-kata. Iseng, mungkin. Yang sengaja diucapkan untuk menggoda atau meledeknya.

"Nona Alessia, anda mau ke mana?" tanya Oxy, asisten pribadi kakek Hamish.

Alessia tampak terkejut dengan kedatangan pria berusia tiga puluh tahun tersebut.

"Tuan Oxy, anda mengejutkan saya!" sahut Alessia yang lantas mengurut dada karena efek rasa terkejutnya dengan kehadiran Oxy.

Oxy menyentuh dadanya, berusaha menunjukkan permohonan maaf pada istri dari pewaris Allen Group.

"Maafkan saya, Nona Alessia. Saya tidak bermaksud membuat anda terkejut seperti ini. Tolong maafkan saya," ucap Oxy yang terdengar resmi dan Alessia tak terbiasa diperlakukan seperti itu oleh orang-orang seperti Oxy atau Raymond, dan yang lainnya. Ia merasa dirinya bukan siapa-siapa.

"Tidak apa-apa, Tuan Oxy. Saya mau ke kampus dan mengunjungi Ayah saya di Rumah Sakit," jawab Alessia pada Oxy.

Oxy mengangguk pelan.

"Apakah Nona Alessia belum tahu kalau saat ini perkuliahan anda sedang diliburkan selama beberapa waktu? Maksud saya adalah Nona Alessia mendapat prioritas dengan mendapatkan cuti selama seminggu lebih dari mata kuliah apa pun," jelas Oxy yang semakin membuat Alessia bingung bukan main.

"Apa maksud anda, Tuan Oxy? Cuti? Saya belum mengajukan cuti apa pun pada kampus saya," ujar Alessia mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya.

"Kampus di mana Nona Alessia pilih dan jadikan tempat menempuh pendidikan adalah milik Tuan Hamish. Sehingga saat ini anda mendapatkan ijin khusus tidak mengikuti mata kuliah apa pun selama masa honeymoon di hotel ini, Nona Alessia," terang Oxy yang seketika membelalakkan mata Alessia di hadapannya.

"Apa? Honeymoon? Jadi saya mendapatkan cuti honeymoon?" balas Alessia tak habis pikir.

Cuti macam apa ini? Kenapa ia merasa aneh dengan alasan di balik semua ini?

"Ta-tapi, kenapa harus cuti? Saya masih ingin belajar di kampus dan—," Alessia hendak mengatakan apa yang bercokol di pikirannya pada Oxy.

Tiba-tiba suara langkah seseorang mendekati mereka berdua.

"Nona Alessia, Tuan Hamish meminta anda menemuinya sekarang juga!" tegas Raymond yang sengaja menyela pembicaraan Alessia dan Oxy.

Jantung Alessia berdegup kencang.

Ada apa lagi ini? Benar-benar pagi yang mendebarkan. Tak hanya datang dari satu pihak melainkan dua pihak, kakek beserta cucu kesayangannya tersebut telah membuat hati dan pikiran Alessia kalang kabut tak karuan.

To be continue…

***