"Mobil sport terbaru milik tuan Yudisthira!"
"APA! Hentikan mobil itu! Berhenti!" nyonya Esther Melody panik.
"Ada apa?!"
"MOBIL ITU...REMNYA BLONG!"
"APA!!!
Roy menginjak rem. Percuma. Mobil itu tak bisa di kendalikan lagi.
Astaga! Apa itu! Di depannya ada kontainer.
BRUKK!!!
BRUKK!!!
BUUM !!!.
Tabrakan tak bisa dihindarkan!!!
***
Beberapa saat kemudian. Di Rumah sakit penjara.
Tuan Yudisthira menerima telpon dari Dyan Angkasa.
"Roy kecelakaan!"
"Kecelakaan... bagaimana keadaannya?"
"Dia tewas! Mobil itu terbakar, remnya blong!"
"APA?!"
Mobil sport terbaru miliknya, di pakai baru dua kali, harganya miliaran rupiah. Hangus terbakar. Remnya blong!
"Apa ini! Ini pembunuhan di rencanakan! Para pembunuh itu tahu aku akan memakai mobil itu tanpa supir! Mereka membuat skenario. Tuduhan inipun jebakan!"_
Tuan Yudisthira menimbang-nimbang siapa saja yang mungkin terlibat.
Apa Esther Melody terlibat juga?!"_ . Tuan Yudisthira berniat menceraikan wanita materialistis itu.
Esther Melody selingkuh! Tuan Yudisthira belum bisa membuktikan itu dugaannya itu.
Seorang Yudhistira di sekingkuhi. Memalukan!
Tunggulah! Kalau hal itu benar, Esther Melody tidak pantas bernafas lagi.
Kebenaran akan segera terungkap.
Wanita yang bernama Nindy itu memang benar. Aku harus berhati-hati dengan siapapun. Tidak mempercayai siapa-siapa! Dyan Angkasa! Apa dia juga termasuk!_
Tuan Yudisthira menggeleng sedih. Dia benar-benar sendirian. Tidak ada yang bisa di percaya. Sekalipun di rumah sakit penjara ini. Dia masih dalam bahaya.
Pagi harinya.
Sarapan datang.
Tuan Yudisthira ingat pesan Nindy! Makanan itu beracun.
Mereka menyusup jadi koki rumah sakit.
Pelayan yang membawa makanan menyuguhkan sarapan.
Seorang pria berwajah tampan bertubuh tegap.
Dia terlalu tampan untuk menjadi pelayan dapur rumah sakit.
Hmm kemaren yang menyuguhkan sarapan bukan dia!
Tuan Yudisthira waspada.
"Silahkan tuan!" pria itu tersenyum sopan.
"Hmm! Mencurigakan!" tuan Yudisthira melipat tangan, bersandar di bantal dengan nafas tenang.
"Makanlah kamu dulu!"
"Hah! Apa tuan?" pria itu kaget.
"Kamu makan dulu!"
"Apa tuan?!" pria itu gugup.
"Apa kamu tuli! Kamu Makan Dulu!"
"Saya...saya makan ini...ini...sarapan tuan...!" Pria itu menyeka keningnya yang berkeringat. wajahnya pucat.
"Kenapa? Apa makanan ini beracun? Kamu tidak mau mencobanya?!"
"Ohh....itu baiklah!" pria itu mengambil sendok, memakan bubur itu sesuap.
"Habiskan!"
"Apa tuan?"
"HABISKAN!"
"Tapi tuan...saya sudah sarapan...saya sudah kenyang!" pria itu membuat alasan, bibirnya biru, tubuhnya bergetar.
Racun itu bekerja. Padahal dia hanya menyicip saja, itupun tidak di telan.
Pemuda itu mengambil sapu tangannya.
Tuan Yudisthira mengerutkan keningnya.
Pria itu memiliki sapu tangan! Zaman sekarang, orang bersapu tangan hanya sedikit. Itupun hanya kalangan tertentu saja.
"Dia bukan karyawan rumah sakit!"_
Tuan Yudisthira menekan bel. Perawat datang. Dia seorang pria bertubuh tegap.
Apa-apaan ini? Mengapa perawat rumah sakit ini bertubuh tegap juga.
"Ya pak! Ada yang perlu saya bantu?" perawat itu melirik ke pemuda pelayan di depannya.
Tuan Yudisthira mengamati gerak-gerik mereka.
"Kamu cicipi bubur ini!"
"Apa pak?"
"CICIPI BUBUR INI!"
'Saya? Maaf saya tidak suka bubur... lagipula, ini kan...makanan untuk tuan!" pria perawat itu tersenyum dengan wajah pucat dan gugup. Tuan Yudisthira melihat perubahan wajah pria perawat itu.
Aku tidak mungkin memanggil pengawal-ku, mereka berdua bisa nekad.
Oke bersiaplah!_
Bel darurat ada di tangan tuan Yudisthira.
"Kamu harus pastikan bubur itu tidak beracun!"
"Oh...itu! Baiklah. Saya akan bawa bubur ini ke lab!" Pria perawat itu beranjak ingin mengambil makanan di meja.
"Tidak! Hentikan! Kamu makan itu! MAKAN!!"
"Tapi pak!
"MAKAN!!! bentak Tuan Yudisthira.
"Tenang pak... tenang! Anda jangan panik! Kami akan memeriksa makanan ini!"
Kedua pria itu saling pandang. Mereka memberi kode. Mereka akan bertindak sesuatu.
Tuan Yudisthira menekan bel darurat. Alarm kamar berbunyi.
Dua pengawal tuan Yudisthira masuk.
"Tuan Yudisthira!Tuan...ada apa?!" kata seorang pengawalnya, dia nampak bingung.
"Apa mereka berkomplot!" tuan Yudisthira jadi paranoid.
"Ada apa tuan!" kata pengawal lainnya. Dia menatap tajam kepada dua pria di depannya.
Yang mana teman! Yang mana lawan! Tuan Yudisthira mengamati semua orang dari kasurnya.
Baik! Kita lihat apa yang terjadi selanjutnya!_ Tuan Yudisthira tersenyum pahit. Dia menekan bel darurat sekali lagi.
Dokter dan dua perawat wanita datang.
"Apa yang terjadi!" Dokter dan kedua perawat wanita itu kaget. Mereka menatap para pria di ruangan itu.
Siapa yang bisa di percaya sekarang! Dokter, perawat, pengawal. Apa mereka berkomplot. Tuan Yudisthira tambah paranoid.
Bullshit!
"Panggil polisi!" perintah tuan Yudisthira.
"Tuan...tenang tuan!" kata pengawal tuan Yudisthira.
"PANGGIL POLISI!"
"Baik!" perawat wanita balik badan ingin keluar ruangan,
"Dia ingin memanggil keamanan atau ingin kabur! Licik!"_.
"Tidak perlu!" kata dokter.
Tuan Yudisthira menatap dokter itu.
Apa dia masuk komplotan ini juga?_ tuan Yudisthira merasa terkepung.
Musuh semakin banyak.
Mereka berkumpul di sini!
Tuan Yudisthira berusaha tenang. Tidak panik.
Sekarang dia dianggap gila orang-orang ini!
Ya Tuhan! Mereka satu tim?!
"Tidak perlu memanggil polisi. Mereka sedang menuju kemari!" kata dokter itu dengan suara tenang.
Tuan Yudisthira menarik nafas lega. Dia tidak termasuk!
Pintu terbuka. 4 orang petugas keamanan masuk.
Ruangan ini semakin ramai.
"Ada yang bisa kami bantu!"
"Suruh Mereka Semua Menyicipi Bubur Ini!" tuan Yudisthira berkata dengan suara keras.
"APA?" keamanan itu kaget.
"Bubur ini beracun!"
"Hah!" dua orang perawat wanita kaget.
"Tidak mungkin!" kata dokter.
"Semua makanan pasien dijaga dan diawasi pengolahannya , mana mungkin makanan ini bera...!"
"Makanlah!" Tuan Yudisthira tersenyum sinis.
Dokter itu gugup.
"Tunggu apa lagi. MAKAN!"
Pintu terbuka polisi, pengacara Dyan Angkasa, Bi May masuk ruangan.
Ruang perawatan VVIP itu semakin penuh.
Tuan Yudisthira tersenyum. Dia akan menonton pertunjukan ini dengan hati senang.
"Suruh mereka semua menyicipi bubur ini! Kita buktikan bubur ini tidak beracun!"
"Baiklah!" Dokter mengambil sendok lain di meja.
Dia memakan bubur itu. Dua orang perawat wanita itu juga.
"Kamu...kamu makan!" Tuan Yudisthira menunjuk perawat pria itu lagi.
Pria itu maju. Menyuap bubur sedikit.
"Lagi! Ambil lagi!"
Pria itu gugup.
"Masih banyak!" Tuan Yudisthira tak sanggup menahan tawa.
'Hehe...kalian juga...semuanya!" tuan Yudisthira menunjuk petugas keamanan rumah sakit.
Mereka mengantri menyuap bubur, kecuali pengacara Dyan Angkasa dan Bi May dan empat orang polisi barusan.
"Suruh dia lagi makan, sisanya!" Tuan Yudisthira menunjuk si pria pelayan dapur.
Tidak perlu!
Pria pelayan dapur terlihat sudah semakin pucat, sebagian wajahnya sudah berubah warna. Hitam.
BRUKK! Pria itu tersungkur di lantai dengan mulut berbusa. Keracunan.
Dua orang perawat wanita berteriak, kaget, gugup, takut, ngeri! Mereka berdua keracunan juga, termasuk dokter itu, dua orang pengawal tuan Yudisthira, 4 penjaga keamanan.
Rumah sakit penjara itu heboh.
Siapa tersangkanya.
Wartawan yang standby di rumah sakit itu segera memuat berita.
TERJADI PERCOBAAN PEMBUNUHAN MASSAL DI RUANGAN 303!!!