webnovel

Menikahi Arjuna Cinta

Renata harus menjadi janda sebelum menikah dan menanggung sendiri kehamilannya. karena kekasihnya meninggal dalam kecelakaan saat akan menemui Renata untuk menikah. sementara Renata harus mau dijodohkan dengan lelaki pilihan ayahnya yang baru ditemuinya beberapa minggu lalu, untuk menutupi kehamilan Renata putrinya yang semakin membesar. pria itu memiliki wajah yang tampan dan kharismatik. membuat hampir semua wanita disekitarnya tertarik kepadanya. mampukah Renata menolak pesona pria yang menjadi suaminya itu? apakah pria itu akan setia selamanya kepada Renata?

Mella_Quen202 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

1. Garis dua

"Cukup mas. Kita harus mengehentikan perbuatan kita ini. Kita sudah terlalu jauh berbuat!" Teriak Renata sambil menepis jemari Arjun yang beberapa saat tadi mulai merayap menyusup pada bagian bawah dress pakaian yang Renata pakai.

Arjun nampak kecewa akan penolakan kekasihnya itu. Biasanya jika Arjun mulai mencumbu Renata. Kekasihnya itu akan menyambutnya dengan bersemangat sekali. Sudah lama mereka melakukan hubungan intim antara kekasih diluar nikah. Renata memberikan dirinya kepada Arjun karena dia percaya akan cinta Arjun yang tidak akan meninggalkan dirinya kelak. Renata polos akan cintanya itu.

Lagi-lagi Arjun melumat garang bibir Renata. Namun Renata berusaha menghindar dan lepas dari pagutan bibir Arjun.

"Kenapa sayang? Apakah kau hari ini sedang datang bulan?" Tanya Arjun heran dan berusaha mengontrol gairahnya yang hampir meledak. Sepertinya Renata sedang tidak mood, pikir Arjun.

Renata membalikkan tubuhnya menghadap Arjun dan menatap Arjun dalam. Arjun melihat ada kubahan menggenang pada sudut mata Renata. Barulah Arjun tersadar ada masalah serius yang dihadapi kekasihnya saat ini. Arjun lalu mengenakan kembali kemeja kotak-kotaknya.

Renata menarik nafas dalam-dalam dan mulai mengatakan yang dia ingin sampai kan kepada Arjun.

"Aku Hamil!!" ucap Renata dengan suara bergetar.

Arjun terkejut mendengar apa yang Renata ucapkan barusan.

"Hamil!! Kok bisa? Kita kan sudah sangat hati-hati. Mengapa bisa?" Arjun berdiri dan meremas kedua bahu Renata dengan jemarinya.

"Apa kamu sudah benar-benar mengeceknya? Apa buktinya?" Tanya Arjuna penasaran.

Renata menunduk dan memperjelas perkataannya barusan lalu mengeluarkan alat test kehamilan dari tasnya, "Hamil ku sudah memasuki empat minggu. Kita pernah melakukannya mas, tanpa pengaman. Saat kita mengikuti acara berkemah dari kampus" ucap Renata sambil menangis dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Arjun meraih alat test kehamilan itu dan melihat garis dua jelas nampak pada alat test itu. Arjun menepuk jidatnya, "Mengapa kita bisa seceroboh itu yah" tukas Arjun sambil terus berpikir.

"Kau akan bertanggung jawab kan mas? Aku takut kalau keluarga kita tau masalah ini dan aku tidak mau menggugurkan bayi ini" ucap Renata sambil mengelus-elus perutnya.

"I-iya aku akan bertanggung jawab. Tetapi lebih baik kita gugurkan saja ya sayang. Aku dan kamu kan masih belum lulus kuliah!" Bujuk Arjun yang bingung akan kehamilan kekasihnya itu.

"Tidak! Sampai kapanpun aku tidak akan menggugurkannya!" Sanggah Renata.

Arjun menggaruk kepalanya berulang kali "Tapi sayang. Bagaimana kita menghadap kedua orang tua kita. Aku pasti akan dibunuh ayahku jika dia mengetahuinya!" Sahut Arjun prustasi.

"Berani berbuat kau harus berani bertanggung jawab mas, kita sudah berbuat dosa. Akankah kita melakukan dosa lagi dengan menggurkan anak ini? Aku tidak mau!" ucap Renata yang terus menangis.

"Oke besok lusa aku akan menghubungi mu. Aku akan mengatakan tempat dimana kita harus bertemu. Aku akan mencoba membicarakannya kepada orang tua ku!" Arjun mencoba menghapus air mata kekasihnya itu.

"Aku mencintai mu Arjun. Aku tidak ingin berpisah dari mu. Jangan tinggalkan aku!" isak Renata semakin sedih, Arjun segera Memeluk Renata.

"Aku juga mencintai mu Rena. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan mu! Ucap Arjun yang berjanji kepada kekasihnya itu.

Arjun pun mengantarkan Renata pulang, ada perasaan Renata yang mengganjal. Renata seakan tidak mau melepaskan Arjun. Dia merasa kalau dirinya dalam waktu dekat ini akan berpisah dengan Arjun.

Renata masih terus menggenggam jemari tangan Arjun.

"Rena sayang. Sudah sampai rumah kamu ini!" ucap Arjun sambil melepaskan genggaman jemari tangan Renata.

Renata menatap dalam mata Arjun dan sekilas mengecup hangat bibirnya.

"Jangan tinggalkan aku yah! Aku merasa kau akan meninggalkan aku?" Tukas Renata.

"Kamu jangan khawatir Rena. Cinta aku akan lebih kuat. Aku akan terus bersama mu. Ucap Arjun sambil mengecup pipi kekasihnya itu.

Renata segera turun dari mobil milik Arjun dan melambaikan tangannya. Arjun segera melajukan kendaraannya meninggalkan Renata yang masih melambai dan menatap kepergian Arjun.

Renata melangkah memasuki pagar rumahnya dan disambut oleh adiknya Rani.

"Kakak sudah pulang. Loh kok mas Arjun tumben gak mampir?" tanya Rani sambil terus melongo melihat keluar pagar.

"Mas Arjun ada urusan jadi harus pulang lebih awal katanya" jawab Renata berbohong sambil melangkah menaiki anak tangga halaman rumahnya.

Rani memperhatikan langkah Renata yang terlihat lemah, "Kakak sakit? Wajah kakak nampak pucat dan sepertinya kakak lemas" tanya Rani yang khawtir akan kondisi kakaknya.

"Euh...Kakak baik-baik saja. Mungkin kakak sedikit letih karena tugas-tugas kuliah.

"Kakak masuk duluan yah. Mau istrahat langsung!" Renata segera memasuki rumah dan bergegegas menuju kekamarnya.

Didalam kamarnya dia menumpahkan tangisnya. Hatinya bergelud akankah Arjun mau bertanggung jawab akan janin yang sekarang berada didalam perut Renata. Ataukah Arjun akan takut mengakuinya.

"Mas...Arjun! Mas...Arjun!! Jangan tinggalkan aku, mas!!" Teriak Renata yang ternyata sedang bermimpi.

"Kak. Kakak!! Kak Rena, sadar kak!!" Rani mencoba menepuk-nepukn pipi Renata yang masih mengigau.

Renata akhirnya tersadar dan melihat Rani adinya dihadapannya lalu segera memeluknya.

"Kakak bermimpi sangat menakutkan. Kakak bermimpi mas Arjun jatuh kedalam jurang dan tidak kembali lagi" Isak Renata yang masih memeluk adiknya.

"Kak. Itukan hanya mimpi. Mas Arjun baik-baik saja kok. Barusan mas Arjun chating aku menanyakan kakak. Tetapi aku bilang kakak sudah tidur" cerita Rani yang mulai mencium ada masalah antara hubungan kakaknya dengan Arjun.

"Rani. Kakak memiliki firasat kalau kakak akan berpisah dengan mas Arjun" ucap Renata sedih.

"Sebenarnya ada apa dengan kakak dan mas Arjun?" tanya Rani penasaran.

Rena diam sejenak, akankah dia harus menceritakan permasalahannya kepada adiknya ini. Namun selama ini tempat curhat yang paling tepat adalah adiknya ini. Meskipun Rani tingkat adik namun pikiran Rani dewasa.

Renata menggenggam jemari tangan Rani dan menatap matanya. Rani melihat pada tatapan kakaknya itu ada ketakutan yang sulit dia katakan.

"Ran...Kakak hamil!!" Ucap Renata lirih.

"Hamil!!" Teriak Rani, Renata dengan sigap menutup mulut Rani dengan tangannya.

"Jangan keras-keras. Nanti ayah dan ibu mendengarnya!" pinta Renata dan Rani menganggukkan kepalanya.

"Ini anak siapa kak? Apakah anak mas Arjun?" tanya Rani semakin penasaran.

Renata mengangguk lemah. Rani melihata air mata kakaknya tertumpah. Dia dapat merasakan kekhawatiran yang kakaknya rasakan saat ini.

"Aku percaya mas Arjun itu pria yang bertanggung jawab. Kakak gak usah khawatir. Tetapi saran aku, ayah dan ibu harus tau" Tukas Rani.

"Dengan dosa yang kuperbuat ini. Aku malu menghadap mereka" tangis Renata semakin tumpah.

"Sekarang kakak istirahatlah dulu. Besok pagi kita bicarakan lagi" Rani segera menyelimuti Renata kakaknya dan Rani kembali ke ranjangnya yang berada disebelah ranjang Renata.

Rani memandang kakaknya dari kejauhan dan berdoa semoga masalah yang dihadapi kakaknya dapat terselasaikan. Rani ingin berbicara kepada Arjun mengenai kehamilan Renata. Rani juga merasakan ada ketakutan jika akhirnya Arjun tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Renata.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Mella_Quen202creators' thoughts