webnovel

Keputusan Besar

Feroza menjauhkan bibirnya dari kening Natasya secara perlahan lalu ia menatap begitu dalam kedua bola mata berwarna coklat itu, "Aku akan menerima tawaran Om Francis untuk menikah dengan Griselda."

"Apa kau sudah tak waras?" Natasya spontan membentak kekasihnya dengan wajah yang penuh amarah juga kebingungan.

Meskipun sangat tahu dengan apa yang dilakukan Natasya padanya namun Feroza tetap berusaha terlihat tenang dan santai, "Ya, kau benar. Aku memang sudah tak waras sejak aku kehilangan pekerjaan dan semua hartaku, makanya aku mengambil keputusan ini."

"Hanya demi harta, kau mau menikahi wanita gila itu?" tanya Natasya lagi yang masih terlihat begitu tak percaya pada perkataan Feroza.

Namun Feroza yang sudah sangat yakin dengan keputusannya hanya mengangguk pelan, "Aku membutuhkan harta Griselda, bahkan aku tak tahu bagaimana kehidupanku di depan sana jika aku menolak perjodohan ini."

"Kau masih memilikiku, Fero! Aku kekasihmu dan aku juga akan selalu ada untukmu, lagipula aku masih bekerja jadi aku pasti bisa membiayai kebutuhan kita berdua!"

"Aku tak mau merepotkanmu, Sayang. Natasya, dengarkan aku!" titah Feroza sambil menangkupkan kedua tangannya di wajah Natasya.

Kemudian Feroza kembali berkata, "Kalau aku menikah dengan Griselda, maka aku akan kembali menjadi orang kaya. Aku akan sanggup memenuhi semua kebutuhan kita berdua, bahkan apapun yang kau inginkan pasti akan aku kabulkan."

"Tapi melihatmu menikah dengan wanita lain bukanlah hal yang mudah, Fero!" tegas Natasya dengan derai air mata yang mengalir di pipinya.

Bukannya tak mengerti dengan apa yang dirasakan Natasya saat ini hanya saja bagi Feroza mereka berdua akan jauh lebih bahagia jika memiliki banyak harta, "Jangan khawatir, Sayang. Sampai kapanpun juga aku akan tetap menjadi milikmu, dan hanya kau satu-satunya wanita yang aku cintai di dunia ini."

"Beritahu aku bagaimana caranya agar aku bisa mempercayaimu, Fero. Sedangkan hatiku akan sangat terluka jika melihatmu menikah dengan wanita gila itu," sahut Natasya yang masih menangis penuh kesedihan.

Sedang berpikir sangat keras di dalam kepalanya tiba-tiba saja suara ketukan pintu mengejutkan Feroza dan Natasya, mereka begitu kompak menoleh ke arah depan kamar Natasya dengan wajah yang cemas.

"Sepertinya itu ayahku," ujar Natasya sembari perlahan menjauh dari tubuh hangat Feroza.

"Iya, kau benar. Aku harus segera pergi dari sini!" Feroza bergegas turun dari atas kasur Natasya lalu dengan gerakan yang cepat ia buru-buru mengambil semua pakaiannya dan memakainya kembali.

Begitupun dengan Natasya yang ikut menutupi tubuh mulusnya menggunakan dress pendek yang sebelumnya ia pakai, "Jangan sampai ada yang tertinggal."

"Iya, aku tahu."

Tuk tuk tuk

Sekali lagi, suara ketukan pintu dapat mereka dengar dari luar kamar Natasya hingga membuat Feroza semakin panik dan lebih cepat melakukan pekerjaannya.

"Sialan, mengapa dia sangat tak sabar!" gerutu Feroza dengan lirih sambil sibuk menaikkan celana jeansnya.

"Hei! Dia ayahku!" protes Natasya yang tidak menerima umpatan Feroza pada ayahnya.

"Baiklah, maafkan aku. Tak ada satupun barang yang tertinggal, kalau begitu aku pergi dulu!" pamit Feroza kemudian ia bersiap meloncat ke jendela.

"Berhati-hatilah," tukas Natasya dengan wajah yang cukup panik.

Feroza mengangguk paham lalu ia langsung pergi dari kamar kekasihnya melewati jendela, hingga hanya tersisa Natasya di tempat itu dengan hati yang masih berdebar hebat sebab memikirkan masalahnya dengan Feroza.

Klekk

Hingga pada saat Natasya telah mendapatkan ketegaran hatinya barulah ia memberanikan diri untuk membuka pintu kamarnya dan bertatap muka dengan sang ayah, "Ayah, ada apa?"

"Mengapa lama sekali membuka pintu? Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya dengan khawatir.

"Aku hanya sedang membaringkan tubuhku yang pegal di kasur," sahut Natasya datar.

Tatapan Bram seketika berubah drastis dan ia dapat melihat jelas adanya kesedihan di raut wajah putri kesayangannya, "Kau pasti sedang bersedih ya?"

"Tidak, Ayah. Aku baik-baik saja," ujar Natasya lagi sambil terus berusaha menutupi kesedihannya.

"Ayah sudah mendengar semuanya!" tegas Bram pada Natasya.

Mendengar perkataan Bram jelas saja membuat Natasya begitu terkejut sebab ia khawatir jika ayahnya mengetahui permainan yang baru saja ia lakukan bersama Feroza di dalam kamar, "A-ayah mendengar apa?"

"Kabar baik untuk keluarga besar Francis Laurence, tapi kabar buruk untukmu."

Kening Natasya berkerut kencang karena tak paham pada maksud ucapan ayahnya, "Apa maksud ayah?"

"Putri Francis yang bernama Griselda, dia akan menikah dengan Feroza bukan? Kabarnya sudah tersebar luas di seluruh kota, dan kau pasti juga sudah mendengarnya." Bram menjawab pertanyaan anaknya dengan wajah yang sangat bersedih.

Natasya tak dapat mempercayai ini karena awalnya ia kira Feroza belum benar-benar menerima perjodohan yang keluarga Francis buat apalagi kenyataannya kabar hebat ini sudah tersebar luas, "I-iya aku sudah tahu, karena Fero sudah memberitahuku."

"Dia lelaki pecundang, bagaimana bisa ia menerima perjodohan itu padahal kalian berdua masih memiliki hubungan!" gerutu Bram yang akhirnya kesal pada Feroza karena telah mencampakkan putrinya.

"Mengapa sekarang ayah menjadi kesal seperti ini? Bukankah sejak dulu, ayah memang tidak setuju pada hubunganku dengan Fero?" sindir Natasya sangat sinis.

Apa yang Natasya katakan memanglah sangat benar tetapi bagaimanapun juga Bram tidak akan rela jika ada lelaki yang menyakiti putrinya, "Ayah mana yang akan rela melihat putrinya disakiti seperti ini?"

"Sudahlah tak perlu dibahas lagi, karena sekarang nasi sudah menjadi bubur sehingga tak ada yang bisa dirubah!"

Bram hanya terdiam sebab ia tak tahu harus menjawab apa, bahkan ketika Natasya masuk ke kamarnya lelaki itu masih membisu seribu bahasa.

Sedangkan Feroza yang baru saja sampai di depan rumah besar keluarga Francis Laurence masih mematung dan memandangi tempat mewah itu dengan pikirannya yang teramat berat, dalam hatinya Feroza masih tak menyangka jika ia akan segera menjadi menantu terhormat dari keluarga kaya raya yang sangat terpandang di kota itu.

"Sebelumnya untuk bermimpi saja aku tak pernah membayangkan bisa menjadi bagian dari keluarga Laurence," gumamnya seorang diri.

Masih dalam lamunannya tiba-tiba saja seorang penjaga mengejutkan Feroza hingga tubuhnya menegang hebat, "Calon menantu, apa yang sedang kau lakukan di sini? Mengapa tak langsung masuk?"

"Hei! Mengapa kau mengejutkanku? Benar-benar kurang ajar, untung saja aku tak memiliki penyakit jantung!" dumal Feroza sambil mengusap-ngusap dadanya.

"Tapi sebentar lagi kau pasti akan segera memiliki penyakit jantung setelah menikah dengan Nona Griselda," sahutnya sambil terkekeh kecil.

Feroza yang tak paham pada perkataan penjaga itu hanya mendelik sinis lalu ia menjawab, "Sudah, jangan banyak bicara! Lebih baik cepat buka pagarnya karena aku akan masuk ke dalam, untuk bertemu calon istri dan juga calon mertuaku."