webnovel

TAK MUNGKIN BERSATU

Bagas teringat kembali saat tadi Lusi menanyakan kapan kembali ke Bandung. Lalu menjawab apa adanya karena memang tak akan ada yang harus disembunyikan dari gadis yang baru dikenalnya itu.

Besok malam Sabtu Bagas dan Liza akan ke Bandung. Liza sudah janji sebelum Bagas datang menyusulnya ke Jakarta untuk menemaninya selama weekend di Bandung.

Jam dinding di apartemen Liza sudah menunjukkan sepuluh tiga puluh. Bagas beranjak dari sofa menuju kamar mandi. Akan menjemput Liza dan makan siang bersama.

* * *

Melihat Lusi dan Rara sudah duduk di lobby hotel, salah satu resepsionis hotel mendekati mereka berdua.

"Sebentar ya, Mbak. Mohon ditunggu, sebentar lagi GM kesini," ucapnya memberitahu.

"Ah, jadi merepotkan. Kan cukup disiapkan mobil dan supir saja," ucap Lusi.

"Kita sudah menyiapkan mobil dan supir Mbak, cuma GM mau bertemu," jelas resepsionis.

"Ok, kita akan tunggu," ucap Lusi.

"Terima kasih, Mbak. Saya permisi dulu," ucap resepsionis, Lusi tersenyum.

Kemudian resepsionis meninggalkan mereka.

Hanya menunggu kurang lebih dua sampai tiga menit, GM sudah muncul dihadapan Lusi dan Rara.

"Selamat pagi, Mbak," sapanya dengan formal.

"Oya, pagi Pak," sahut Lusi sambil berdiri yang diikuti Rara.

"Perkenalkan ini Rara, Pak. Asisten pribadi saya," jelas Lusi. Rara menerima uluran tangan GM yang tersenyum, keduanya bersalaman.

Kemudian mereka duduk kembali.

"Katanya mau jalan-jalan ya, Mbak?" Tanya GM.

"Benar Pak, hari ini dalam kota. Terus besok dengan Papa dan Mama keluar kota," jelas Lusi.

"Ok Mbak, saya sudah siapkan mobil dan supir selamat menikmati jalan-jalan di kota Bandung," ucap GM sambil berdiri yang diikuti Lusi dan Rara.

"Terima kasih, Pak," ucap Lusi sambil tersenyum.

"Sama-sama, Mbak. Mari kita kedepan," ucap GM dan mengajak Lusi dan Rara keluar dari lobby.

Didepan pintu lobby parkir sebuah mobil dan supir sedang membuka pintu.

"Ini Mbak Pak Dadang yang akan mengantar," jelas GM.

"Mari Mbak, Silahkan," ucap Pak Dadang yang sudah sejak tadi membuka pintu mobil.

Lusi masuk kedalam mobil diikuti Rara. Kemudian Pak Dadang menutup pintu mobil.

GM terlihat menyampaikan sesuatu pada Pak Dadang yang dijawab dengan menganggukkan kepala berulang-ulang sambil tersenyum.

Lalu masuk kedalam mobil dan duduk dibelakang kemudi.

Sementara GM masih berdiri dan mengucapkan selamat jalan pada Lusi dan Rara serta tak lupa mengingatkan Pak Dadang agar tetap hati-hati berkendaraan.

* * *

Bagas sudah mengemudikan mobil Liza keluar dari basement apartemen dan melaju di jalan raya.

Sementara Liza sedang membereskan meja kerjanya dan menyimpan beberapa naskah yang sejak tadi menumpuk diatas meja kerjanya.

Lalu duduk disofa sambil menunggu Bagas.

Hanya berkisar sepuluh menit Bagas sudah menghubunginya lewat WA.

Liza segera keluar dari ruang kerjanya dan menyapa beberapa staf yang kebetulan berpapasan dengannya.

Dalam lift Liza sudah tak sabar lagi bertemu dengan Bagas, padahal baru berpisah sekitar empat sampai lima jam dengan Bagas. Rasanya sudah terasa berhari-hari tak bertemu.

Pintu lift terbuka. Liza terus melenggang kearah mobilnya yang terparkir dengan Bagas sedang menunggunya didalam.

Saat sudah mendekat, tangannya membuka pintu depan dan duduk disamping Bagas yang sudah menunggunya dengan senyuman yang selalu ia nikmati.

Apalagi saat Bagas menariknya dalam pelukan sambil membelai wajahnya. Liza sangat menikmati belaian tangan Bagas dan diikuti dengan kecupan dan meningkat pada lumatan dibibirnya. Lalu mereka saling membalas, berpagutan yang diikuti napas yang menderu. Hingga kedua mata Liza terlihat terpejam, sampai akhirnya Bagas menyudahi dan menatapnya yang sudah membuka mata meskipun terlihat masih sayu.

"Mau makan apa sayang?" Tanya Liza sambil melepaskan pelukan Bagas.

"Masakan padang," sahut Bagas.

"Kalau begitu disekitar sini saja," jelas Liza.

"Oke, udah lapar Banget aku," ucap Bagas sambil mengemudi dan keluar dari basement kantor Liza.

Menuju jalan raya dengan kecepatan sedang dan menunggu aba-aba dari Liza letak rumah makan padang.

Berkisar lima ratus meter dari kantor Liza, mereka sudah sampai ditempat parkir dan segera masuk untuk memesan makanan.

Kemudian masuk ke ruang VIP dan duduk sambil menunggu pesanan.

Tidak terlalu lama menunggu pesanan. Lalu kedunya mulai menyantap makanan yang dihidangkan cukup banyak jenisnya, tinggal pilih mau makan yang mana.

"Hari ini aku mau makan yang banyak," ucap Bagas seperti mau memberi informasi pada Liza.

"Terserah kamu aja sayang, sisanya kita suruh bungkus dan bawa pulang untuk nanti malam," ucap Liza yang mulai mengikuti Bagas menikmati menu masakan padang.

Dari mulai kikil sapi, ampela ayam, rendang sapi dan gulai sapi telah dilahap Bagas sampai habis.

"Hmm, lapar atau doyan sayang?" Tanya Liza sambil menggoda.

"Kayaknya dua-duanya sayang," sahut Bagas tersenyum dan menunjukkan wajahnya terlihat puas.

Liza balas tersenyum sambil melihat kearah badan Bagas.

"Kenapa lihat badan aku?" Tanya Bagas protes.

"Sepertinya sudah sering makan banyak, tapi badan kamu sayang nggak gendut?" Tanya Liza.

"Mungkin yang ngasih makan nggak iklas, sayang," ucap Bagas diikuti gelak tawanya.

"Iih, ngomongnya kok gitu sih sayang?" Protes Liza.

"Nggaklah, aku kan cuma canda...," ucap Bagas terputus, seperti mau minta maaf.

"Emang kamu mau kalo aku gendut?" Tanya Bagas melanjutkan.

"Nggak mau ah, olah raga ya sayang?"

Bagas kembali dengan gelak tawanya. Dan membuat Liza ikut tergelak.

Sesaat mereka terdiam.

Sementara Liza masih terus menyelesaikan sisa makanan dipiringnya. Bagas dengan sabar menunggu sambil menikmati juice jeruk hangat.

Selesai makan, terlihat masih banyak sisa makanan. Meskipun tak harus dibayar, Bagas dan Liza sepakat membungkusnya dan memasukkan dalam nota makanan yang sudah mereka makan.

Kemudian Liza beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan VIP menuju kasir dan kembali dengan seorang pelayan.

Liza duduk kembali dihadapan Bagas, sementara pelayan mengangkat makanan yang tersisa dan membawanya.

"Sayang, dari sini kita pulang aja. Terus besok pagi kita ke Bandung," jelas Liza.

"Kenapa nggak sekalian sebentar malam?" Usul Bagas.

"Nggak terlalu mepet waktu kita sayang?" Tanya Liza seperti mengisyaratkan sesuatu. Dan Bagas tersenyum, bahkan wajahnya terlihat sangat senang dengan rencana Liza.

"Ayo kita pulang," ajak Bagas.

"Kamu udah nggak sabaran ya sayang?" Goda Liza.

Bagas hanya tergelak mendengar godaan Liza yang keluar duluan dari ruangan VIP dan menuju kasir untuk membayar dan sekaligus mengambil bungkusan makanan.

Dalam perjalanan menuju apartemen, terlihat mereka berdua sesekali saling bertatapan.

Tangan Liza menyentuh leher belakang Bagas, dan ia tahu jika Bagas sangat menyukai diperlakukan seperti itu.

Tak lama mereka sudah sampai di basement apartment Liza. Keduanya keluar dari mobil menuju lift.

Hanya dua sampai tiga menit, keduanya sudah masuk dalam apartemen.