webnovel

MULAI MENYESAL

"Iiiih Sister, bikin kaget aja," ucap Rara sambil membalut kembali tubuhnya dengan handuk.

Lusi balas dengan tersenyum dan diikuti gelak tawa.

"Ayo ah cepetan," Lusi mengingatkan Rara.

Lusi mengenakan celana jins yang dipadukan pada bagian atas dengan kemeja kasual yang berbahan halus dan membiarkan satu kancing bagian atas terbuka hingga memperlihatkan bra yang dikenakannya hanya menutupi sebagian belahan kembar didadanya dan terlihat seksi.

Rara sedang duduk didepan cermin rias masih dengan handuk membalut tubuhnya saat ditinggal Lusi menuju balkon. Tak ingin menggaggu sahabatnya itu.

Sementara Rara sudah selesai merias wajah dan sempat memperhatikan wajahnya dan tidak percaya dengan yang dilihatnya pada pantulan di cermin.

Apa karena pakai make up mahal milik Lusi? Gumamnya dalam hati.

Ah, sekarang ini yang mahal memang barang bagus, gumamnya kembali.

Kemudian berdiri menuju tasnya dan mengeluarkan pakain dalam, lalu mengenakan celana dalam dan bra dengan bergantian.

Dilanjutkan dengan mengenakan celana jins dengan atasan kaos ketat warna ungu.

Kemudian menyisir rambut seadanya lalu mengikatnya kebelakang. Lalu berjalan ke balkon.

"Ayo Sister kita jalan," ajak Rara tanpa memperhatikan yang sedang dilakukan Lusi.

Sahabatnya itu menempelkan jari kebibir dan menunjukkannya kearah Rara.

"Hallo Bang," sapa Lusi

"Lagi dimana nih?" Tanya Lusi.

"Ooo, di Jakarta," ulang Lusi sambil tersenyum kearah Rara yang sudah duduk disampingnya.

"Lama Bang di sana?" Tanya Lusi terlihat wajahnya tegang.

"Malam Sabtu udah nyampe ya?" Lusi seperti memastikan.

"Oke deh Bang sampai jumpa di Bandung," ucap Lusi seperti ingin mengakhiri pembicaraan.

Kemudian Lusi menatap Rara yang juga diam balas menatapnya.

Rara tak ingin bertanya, karena itu tidak untuk ia lakukan. Biarlah Lusi yang memulai dan ia kan menjadi pendengar.

Wajah Lusi tampak termenung dan seperti memikirkan sesuatu.

"Ra...," ucap Lusi seperti berbisik dan terputus.

"Iya Sister?" Tanya Rara menyambung yang sudah siap mendengar apa saja yang akan keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Sepertinya aku telah bertepuk sebelah tangan," lanjut Lusi seperti menyesali diri sendiri.

"Jangan ngomong kayak gitu dong Sister," ucap Rara menguatkan hati Lusi.

"Aku merasa kalo Bagas ngomong kesannya biasa aja gitu," akhirnya Lusi berterus terang.

"Hhmm mungkin dia lagi ada masalah atau apalah gitu," Rara masih berusaha menyakinkan Lusi.

"Denger ya Ra, dia itu kalau ngomong dengan aku nggak pernah nanya. Mesti aku yang nanya, artinya dia nggak care sama aku," ucap Lusi sambil melihat kearah lain.

"Kalo emang udah ngerasa seperti itu, yang sabar aja ya Sister," ucap Rara mencoba menenangkan hati Lusi.

"Nggak taulah Ra, Kenapa ya aku bisa bertemu dengannya?" Ucap Lusi yang mulai menyesal pertemuannya dengan Bagas.

"Sister, maaf ya? Aku mau mengatakan sesuatu pada kamu. Tapi jangan marah ya?" Ucap Rara yang terlebih dahulu meminta maaf.

"Maksud kamu apa, Ra?" Lusi balik bertanya.

"Ini sih cuma dugaan aku aja, mudah-mudahan aku salah. Kayaknya Bagas udah punya cewek Sister," jelas Rara.

"Tau dari mana sih, Ra?" Tanya Lusi.

"Loh, kan cuma dugaan aku aja," ucap Lusi beralasan.

"Kamu mau bilang kalo Bagas type cowok setia gitu?" Ucap Lusi dan bertanya.

"Bisa seperti itu, meskipun Bagas suka sama Sister. Dengan terpaksa dia tetap pada kesetiaannya," jelas Rara. Kemudian mendekat pada sahabatnya itu dan memeluk. Rara merasakan badan Lusi mulai terguncang dan sesunggukan menahan tangis dalam pelukannya.

Cukup lama Rara menenangkan sahabatnya itu. Hingga tangisnya meredah baru Rara melonggarkan pelukan pelukan dan ibu jari menyeka air mata yang masih tersisa.

* * *

Bagas yang sedang duduk disofa apartemen Liza sedang termenung memikirkan Lusi yang baru saja menghubunginya lewat ponsel.

Apa sebenarnya yang diinginkan Lusi darinya, gumamnya dan mengingat kembali awal perkenalan mereka mulai saling bertatapan saat Lusi keluar dari mesin ATM. Dan membalas senyuman Lusi yang merekah saat itu hingga merasakan detak jantungnya tak beraturan mendapatkan senyuman dari seorang gadis cantik dan menawan yang juga hendak menanjak menjadi wanita dewasa.

Perkenalan yang menurutnya sangat lumrah jika saat itu mengejarnya sampai ke halte s

hingga meninggalkan HRVnya diparkiran, kemudian berusaha mendekati Lusi yang sedang menunggu angkot di halte. Perkenalan mereka berlanjut hingga sampai naik angkot menuju terminal kota lalu bertukar nomor handphone. Namun tidak saling memberitahu nama.

Setelah perkenalan itu, tak ada lagi komunikasi diantara mereka.

Sampai satu minggu kemudian Lusi meneleponnya saat di Surabaya, dan dapat menangkap setiap ucapan yang keluar dari mulut Lusi tidak hanya sekedar say hello. Sehingga ia pun tidak mau merespon dengan memberikan harapan pada Lusi. Bahkan ia berusaha membatasi setiap perkataan yang akan mengakibatkan salah paham.

Bagas menarik napas meskipun terasa berat saat menghembuskannya.

Tak ada yang perlu dipermasalahkan dari perkenalannya dengan Lusi, apalagi sampai mengatakan pada Liza.

Baginya Lusi hanya sebagai teman yang baru dikenalnya, Tak lebih dari itu. Meskipun saat bertemu di Bandung saat makan siang di resto dan sempat membuatnya terkejut ketika Lusi seperti melepas rindu dengan memeluknya. Dan tidak hanya memeluk, Lusi bahkan memberikan kecupan pada kedua pipinya dengan bergantian.

Ia pun tidak mungkin menunjukkan penolakan saat Lusi menciumnya. Apalagi didepan orang banyak yang saat itu hampir semua mata memandang kepada mereka. Akan sangat fatal jika ia mengecewakan Lusi. Seorang wanita cantik dengan tubuhnya yang menawan tak ingin ia permalukan didepan orang banyak. Meskipun ia tidak menyukainya, orang-orang yang menatap mereka saat itu pun akan tetap menyalahkan dirinya jika sampai berbuat kasar pada Lusi.

Saat itu ia baru menyadari dari tatapan kedua mata Lusi dan wajahnya yang sumringah saat memeluk dan menciumnya di resto.

Tak mungkin Bagas akan memperondak-rondakan hati Liza hanya karena baru mengenal Lusi. Baginya selama belasan tahun hingga sekarang dan selama-lamanya Liza tetap cinta sejatinya.

Biarlah dirinya menggap Lusi sebagai teman yang baru ia kenal dan disaat Lusi menghubunginya, maka ia akan memperlakukan Lusi tak lebih dari seorang teman.

Bagas sangat berharap agar Lusi tidak berharap banyak dari perkenalan yang pernah terjadi diantara mereka. Apalagi sampai salah mengartikan.

Kalau dipikir-pikir, setiap pria pasti menyukai menjalin hubungan yang sangat serius dengan Lusi.

Bagas tahu persis siapa sebenarnya Lusi yang dia baca dari media cetak dan elektronik, terlebih pemberitaan di media sosial. Gadis yang akan menanjak dewasa itu bukan hanya seorang mahasiswi yang memiliki penampilan yang sangat menarik karena kecantikannya. Juga seorang putri dari pemilik salah satu hotel terbesar di kota Bandung.

Dan beberapa hari yang lalu juga diberitakan pengalihan saham dari kedua orang tuanya kepada Lusi sudah dilakukan. Sehingga gadis itu menjadi satu-satunya pemegang saham Utama dan juga yang akan menentukan siapa yang akan ditunjuk sebagai menejer jika terjadi pergantian.