webnovel

MENIKMATI KESETIAAN

Liza melanjutkan untuk mengedit naskah lain setelah selesai dengan naskah yang tadi sempat disambung setelah makan.

Ada dua naskah yang harus diselesaikan hari ini, dan ini yang terakhir. Muda-mudahan dua jam waktu tersisa sebelum Bagas keluar kelas udah kelar, gumam Liza dalam hati.

Tak tega melihat Bagas bengong sambil melihatnya menyelesaikan pekerjaan. Padahal dia sendiri menginginkan kedekatan mereka berdua jangan sampai menjadi pengganggu. Sekali pun itu pekerjaan.

Kesetiaan yang sudah belasan tahun mereka jaga sudah saatnya untuk menikmati dan tetap menjaga hingga ke jenjang pernikahan.

Liza konsentrasi penuh melakukan proses pengeditan, supaya cepat selesai dan minggu depan ketika kembali ke Jakarta sudah dapat naik cepat bersama naskah buku karya Bagas.

Sesekali Liza tak luput untuk melihat WA dari stafnya untuk mengkonsultasikan naskah-naskah yang lain.

Membalas WA sambil mengedit naskah terus menerus dilakukan Liza untuk mengejar waktu yang hanya satu jam lagi.

Mudah-mudahan setengah jam lagi selesai, gumam Liza. Sambil terus melanjutkan proses pengeditan.

Sedangkan sisa setengah jam lagi yang tersisa akan ia gunakan untuk mandi dan mempersiapkan dirinya agar dapat membuat Bagas semakin ingin dekat padanya.

Ah, pikiran Liza semakin nakal. Dan refleks menepuk dahinya.

Liza jadi ingat ketika terbersit hormon kewanitaannya untuk pertama kali menggelora saat pertama kali melihat foto Bagas. Sure..., asli banget sungguh.

Namun gelora hormon kewanitaannya tetap terkendalikan. Tak pernah pernah dibagi-bagikan pada pada pria lain.

Gimana pria lain bisa menyentuh tubuhnya? Baru melihat tatapan mesum, Liza langsung menghindari pria seperti itu.

Banyak comelan-comelan yang terdengar dari beberapa teman pria dan wanita baik waktu masih SMA maupun setelah kuliah yang mengatakan sok cantik, sok sucilah yang menerpa pendengarannya.

Liza tak menggubris semua comelan itu. Semua dia biarkan berlalu seiring waktu.

Hmm, akhirnya selesai. Gumam Liza lalu menyimpan laptopnya.

Kemudian didepan cermin sambil duduk dikursi meja rias, Liza melepaskan kaos ketat lengan pendek yang dikenakannya. Sehingga memperlihatkan belahan dadanya yang membusung dan putih bersih dari balik dalaman atas.

Kemudian melepas kancing celana jins pendek dan menurunkan resleting. Lalu melepas celana pendeknya bersamaan dalaman bawah hingga memperlihatkan bagian tubuh intimnya diantara kedua ujung pahanya yang putih bersih dan glowing.

Kemudian melangkah menuju tas pakain dan mengeluarkan kimono pendek dan transparan.

Kedua tangannya terjulur kepunggung untuk melepas kaitan, sehingga dalaman atas terlepas.

Lalu melangkah menuju kamar mandi dengan tubuh polos sambil menggulung rambutnya kebagian belakang membentuk sanggul. Sehingga rambutnya dapat terjaga dari siraman shower.

Lima belas menit lagi Bagas keluar kelas, gumamnya sambil menggosok keseluruhan tubuhnya tanpa mengunakan sabun dibawah guyuran air hangat dari shower.

Dan itu dilakukannya dua sampai tiga kali agar daki-daki akibat berkeringat keluar dari pori-pori kulit, sehingga menghilangkan bau keringat tenggelam pada kulit.

Kemudian mematikan kran shower, lalu mulai menyabuni tubuhnya dengan sabun yang cocok dengan kulitnya yang putih bersih dan glowing.

Terakhir membilas sabun yang sudah menempel dikulitnya, dengan terlebih dahulu memutar kran shower. Tak lupa membersihkan bagian tubuh intimnya dengan sabun pembersih khusus. Sehingga kebersihannya tetap terjaga.

Kimono yang tergantung dipintu kamar mandi diraihnya, dan dikenakan pada tubuhnya yang masih basah. Hingga melekat mengikuti bentuk tubuhnya yang aduhai.

Duduk didepan cermin rias sambil mengoleskan handbody pada bagian-bagian tertentu tubuhnya. Dan menyemprotkan parfume.

* * *

Mendengar bunyi bell pintu kamarnya, Liza bergegas kearah pintu sambil tersenyum dan membukanya perlahan sambil menahan pintu. Sehingga yang terlihat hanya wajahnya.

"Masuk sayang," sambutnya sambil tersenyum dan masih menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu.

Bagas membalas senyuman Liza sambil masuk perlahan dengan menyesuaikan bukaan pintu yang diatur kekasihnya itu.

Setelah menutup pintu, Liza langsung melepas dasi yang dikenakan Bagas hingga tergeletak dilantai.

Sementara Bagas merespon dengan menciumi leher Liza hingga turun pada belahan kimono yang mulai longgar.

Cumbuan Bagas sangat dahsyat hingga mengulum dada yang membusung dan wangi dihadapannya.

Tangan Liza mulai melepas kancing kemeja Bagas, sambil menikmati cumbuan Bagas didadanya.

Panas...

Lalu melepaskan kemeja Bagas dan melemparkannya entah kemana. Dilanjutkan dengan menarik kaos singlet yang masih melekat ditubuh Bagas dan melepaskan kancing pengait celana panjang serta menarik resleting kebawah.

Seketika celana panjang Bagas sudah melorot kelantai.

* * *

Liza baru saja mengenakan stelan baju tidur tanpa mengenakan dalaman atas dan bawah, saat bunyi bell pintu kamar terdengar. Sementara Bagas sedang mandi.

Pasti pelayan resto, gumamnya sambil melangkah menuju pintu. Dan membukanya.

"Mbak, pesanannya."

"Makasih, Mas."

Kemudian Liza menarik meja beroda ke dalam kamar, dan menutup pintu kembali.

Sebagian pakaian dalam dan celana pendek ketat yang ia beli untuk Bagas dan sudah dicuci laundry hotel ada didalam tas pakaiannya. Kemudian Liza mengeluarkan dan meletakkannya diatas tempat tidur.

Bagas keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit dipinggangnya.

Wajah dab tubuh Bagas terlihat fresh setelah mandi.

Liza menyodorkan parfum.

Bagas menerima sambil mengamati.

"Aku beli dua sayang," ucapnya menjawab tanda tanya yang terlihat dari wajah Bagas.

"Sayang, ini pakaian kamu," lanjut Liza, menunjuk pakaian dalam dan celana ketat

"Baru beli?" Tanya Bagas.

"Iya, terus udah di laundry," sahut Liza menerangkan.

Bagas memakainya satu persatu. Ah, Liza perhatian banget, gumam Bagas.

Sementara Liza mulai menyiapkan makananan. Belum terlalu malam, sangat baik untuk kesehatan, gumamnya dalam hati.

"Kita makan, sayang," ajak Liza.

Bagas mengambil makanan yang disodorkan Liza.

Keduanya duduk berhadapan sambil mulai menyedokkan makanan ke mulut masing-masing.

Tapi terkadang Liza pun menyuapi Bagas yang diambil dari piringnya.

"Kebanyakan aku ambil tadi sayang," ucapnya tak berhenti menyuapi Bagas.

"Cukup sayang, nanti aku terlalu kenyang loh," ucap Bagas menolak. Lalu berdiri menuju wastafel dan menyikat giginya.

Sementara Liza mendorong meja beroda ke lorong kamar hotel, sambil menunggu Bagas masih menggunakan wastafel.

"Sudah, sayang?" Tanya Liza sambil memeluk Bagas dari belakang.

Bagas mundur sambil menyentuh gundukan kenyal yang menempel dipunggungnya. Hingga membuat tubuh Liza menggeliat.

Bagas hanya tersenyum, lalu naik ketempat tidur dengan posisi duduk bersandar menggunakan bantal kepala. Sambil menunggu Liza yang menurutnya pasti akan memeluknya.

Tak berapa lama, Liza sudah muncul dengan senyumnya yang merekah. Dan langsung menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Bagas.

Lalu senyuman Liza yang merekah disambut Bagas dengan memagutnya. Keduanya saling merespon hingga napas mereka menjadi tak beraturan.

Jemari tangan Bagas tak diam dibalik baju tidur Liza. Hingga napasnya bergemuruh dalam pagutan Bagas.

Liza menarik tangan Bagas dari balik baju tidur dan menuntun hingga kebagian bawah, menyusup dibalik celana tidurnya.

Kedua matanya terpejam, merasakan jemari tangan Bagas saat menyentuh tubuh intimnya.

* * *