webnovel

HUBUNGAN JARAK JAUH

Jaman benar-benar sudah maju, meskipun masing-masing tinggal berjauhan masih ada sarana yang dapat mengurangi kesedihan.

Seperti saat ini, keluar dari kelas langsung menuju kamarnya untuk mandi. Liza pasti sudah menunggunya, sudah janjian video call.

Dengan mengenakan celana ketat pendek dan kaos singlet, Bagas berbaring diatas tempat tidur sambil melakukan panggilan video call.

"Hai sayang," sapa Liza yang langsung memperlihatkan zoom pada wajahnya yang sangat menawan.

Seketika Bagas tersenyum dan tampak senang melihat kembali wajah kekasihnya.

"Keliatannya kamu kecapean sayang," ucap Liza.

"Dikit aja sayang, tapi setelah ngeliat kamu pikiran aku udah kembali lagi segar," jelas Bagas sambil tetap tersenyum.

"Oya? Hahaahaaa," Liza tertawa lebar.

"Udah mandi belom?" Tanya Bagas dengan senyumannya yang menggoda.

"Iya udahlah, sayang...," sahutnya terputus dan menunjukkan wajah cemberut.

"Emangnya aku keliatan seperti nggak mandi ya sayang?" Lanjutnya sambil bertanya.

"Habis..., baunya sampai kesini sih," sahut Bagas masih tetap menggoda.

"Iiih, yang ada bau wangi kali?" Ujar Liza sambil menunjukkan bibirnya yang manyun.

"Masa sih?" Bagas masih menggodanya.

"Kalo nggak percaya datang kesini," tantang Liza sambil tertawa lebar.

Wajah Bagas tampak murung.

"Sayang, wajah kamu yang tampan itu biar murung tetap aku suka," Liza mencoba menghibur.

"Ah kamu, bisa aja," ucap Bagas tersenyum senang.

"Kamu rindu nggak sama aku?" Liza tiba-tiba bertanya dengan wajah serius.

"Maksud kamu, sayang?" Bagas ikut serius.

"Waktu aku nggak ngebales surat kamu yang kedua," ucap Liza tetap serius.

"Aku benar-benar kecewa saat itu, tapi mau bagaimana lagi. Harus berpikir positif, meskipun sangat berat. Apa lagi aku juga bisa menduga, kamu bukan gadis sembarangan...," sesaat Bagas lalu menatap wajah Liza.

"Kamu menyerah saat itu?" Sambung Liza bertanya.

"Nggak, wajah kamu yang cantik sepertu sekarang ini mana mungkin aku menyerah," ucap Bagas terus terang.

Sesaat mereka terdiam, hanya saling menatap.

"Aku yakin suatu ketika akan dapat bertemu kembali, meskipun tidak ada bayangan pertemuan seperti apa? Mungkin kamu dan aku udah punya pasangan dan tentunya sangat berharap kita masih sendiri, nggak ada orang lain. Aku benar-benar nggak mau kehilangan kamu sayang. Sepanjang hari, bulan dan tahun harapanku dapat secepatnya bertemu dengan kamu," lanjutnya.

"Maafkan aku ya sayang?" Terdengar pelan suara Liza dan terlihat kedua matanya mulai berkaca-kaca.

"Sayang, kamu nggak perlu sesedih itu," ucap Bagas mencoba menghibur.

"Aku nyesel banget, gara-gara aku kita berdua menderita selama belasan tahun," tangis Liza meledak setelah mengakhiri ucapannya.

Bagas terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Hanya berharap setelah itu Liza akan legah, mungkin ini bukan tangisan yang pertama dalam penyesalannya selama belasan tahun.

"Ternyata aku benar-benar telah berbuat bodoh," ucap Liza setelah tangisnya meredah.

"Nggak perlu sayang kamu ngomong seperti itu," ucap Bagas seperti ingin mengingatkan Liza semua sudah terjadi.

"Sekarang aku benar-benar nyesel sayang," ujar Liza menyalahkan dirinya.

"Tapi kamu benar-benar telah menjaga diri kamu hanya untuk aku. Jadi mulai sekarang jangan ulangi lagi perkataan seperti itu, karena kamu wanita yang sangat sempurna dimataku, please honey," ucap Bagas berusaha menghibur wanita yang sangat dicintainya itu.

"Sayang, kamu jangan ninggalin aku ya?" Pinta Liza dengan menatapnya sendu.

"Tuh kan, mulai lagi? Lagian, siapa sih yang ninggalin kamu? Aku nggak bakalan minggalin kamu sayang," ucap Bagas untuk menyakinkan.

* * *

Keduanya masih saling bertatapan.

"Lima belas tahun yang memisahkan kita, bagi aku bukan waktu yang pendek. Jadi jangan lagi meragukan aku, sayang," Bagas kembali berusaha untuk menyakinkan Liza.

"Aku mau mengatakan betapa besar cinta kita, terbukti tanpa komitmen apa pun kita tetap setia dalam belasan tahun menjaga hati kita masing-masing agar tidak memberikannya pada orang lain," ucap Liza seperti ingin mengingatkan Bagas agar tetap menjaga kesetiaan.

"Tanpa komitmen atau janji pun kita tetap setia, apa lagi setelah kita sudah saling mengakui. Dalam minggu terakhir ini kamu benar-benar membuat aku bahagia dan telah menjadikan aku sebagai lelaki pilihan hati kamu. Itu sudah cukup menjadi bukti bahwa kamu sangat mencintai aku. Terus apalagi yang harus aku ragukan? Rasa cinta kamu terhadap aku sudah mengalahkan segala-galanya, tak ada lagi keraguan dalam hati aku sayang," ucap Bagas panjang lebar.

"Kamu tau nggak sayang, kenapa aku berbuat seperti itu?" Tanya Liza.

"Kenapa?" Bagas balik tanya.

"Aku ingin menebus kesalahan yang pernah aku perbuat terhadap kamu, walaupun aku akui itu belum apa-apa," ucapnya dan terlihat kedua matanya mulai berkaca-kaca.

"Ah, jangan mulai lagi sayang. Aku ingin memeluk kamu please don't cry again, Okey?"

Liza mengganggukkan kepala, lalu berusaha untuk tersenyum.

"Kayaknya belom makan malam sayang? Gi makan dulu," Liza mengingatkan.

"Nanti habis makan, aku masih pengen ngeliat kamu," ucap Bagas dengan nada menggoda.

"Emang mau apa sayang?" Gelak tawa Liza balas menggoda.

"Dari tadi yang aku liat cuma wajah kamu, please i want to see your body honey," ucap Bagas seperti mohon untuk dikabulkan.

"Kamu rindu banget ya sayang?" Tanya Liza.

"Iya," sahut Bagas dengan mimik wajah less.

"Nanti ya? Kamu makan dulu sayang," ucap Liza tersenyum menggoda.

"Sekarang aja sayang," bujuk Bagas dengan wajah memelas.

"Nggak, makan dulu sayang," ucap Liza, kali ini dengan wajah serius.

"Aduuuh, tega banget sih kamu sayang?" Rengek Bagas masih memohon.

"Makan dulu sayang, kalo sakit gimana?" Bujuk Liza.

"Janji ya?"

"Iya, Apa sih yang nggak untuk kamu? Gi makan sana," ucap Liza dan menyudahi video call.

Bagas tersenyum.

Kamu benar-benar kekasih idaman, gumam Bagas dalam hati.

Lagian mana mungkin aku mau kehilangan kamu, gumamnya lagi. Baik hati, cantik dengan tubuhnya yang menawan dan pintar. Hanya laki-laki tak waras yang akan berbuat seperti itu.

Bagas turun dari tempat tidur dan menuruti ucapan kekasih untuk makan malam.

Ah, Liza sangat khawatir padanya jangan sampai sakit. Benar-benar wanita idaman.

Jadi ingat bagaimana Liza sangat memperhatikan segala kebutuhannya dari mulai Surabaya, Liza benar-benar mengabulkan apa pun yang diinginkannya.

Setelah membeli tiket pesawat dari Surabaya Bandung, dengan alasan supaya Bagas tidak kecapean. Kemudian datang menemuinya di Bandung, tak perduli harus menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk biaya hotel. Serta beberapa pasang pakaian yang terdiri dari celana panjang dan kemeja, bahkan sampai pakaian dalam pun Liza belikan, juga kebutuhan lain seperti perlengkapan untuk mandi serta parfum juga ia sediakan.

Sepertinya Liza tak ingin melewatkan hari-harinya tanpa memperhatikan kebutuhan Bagas.

Benar-benar waktunya untuk menggantikan tahun-tahun yang hilang akibat kebodohannya. Dan penyesalan yang panjang belum terobati, masih butuh waktu.

* * *