webnovel

MENGEJAR CINTA MAS-MAS

Gladys Mariana Pradito "Sudah deh mi... aku tuh bosen dengar itu lagi itu lagi yang mami omongin." "'Makanya biar mami nggak bahas masalah itu melulu, kamu buruan cari jodoh." "Santai ajalah. Aku kan baru 24 tahun. Masih panjang waktuku." "Mami kasih waktu sebulan, kalau kamu nggak bisa bawa calon, mami akan jodohkan kamu dengan anak om Alex." "Si Calvin? Dih ogah, mendingan jadian sama tukang sayur daripada sama playboy model dia." **** Banyu Bumi Nusantara "Bu, Banyu berangkat dulu ya. Takut kesiangan." "Iya. Hati-hati lé. Jangan sampai lengah saat menyeberang jalan. Pilih yang bagus, biar pelangganmu nggak kecewa." "Insya Allah bu. Doain hari ini laku dan penuh keberkahan ya bu." "Insya Allah ibu akan selalu mendoakanmu lé. Jangan lupa shodaqohnya ya. Biar lebih berkah lagi." "Siap, ibuku sayang." **** Tak ada yang tahu bahwa kadang ucapan adalah doa. Demikian pula yang terjadi pada Gladys, gadis cantik berusia 24 tahun. Anak perempuan satu-satunya dari pengusaha batik terkenal. Karena menolak perjodohan yang akan maminya lakukan, dengan perasaan kesal dan asal bicara, ia mengucapkan kalimat yang ternyata dikabulkan oleh Nya.

Moci_phoenix · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
108 Chs

MCMM 17

HAPPY READING ❤

"Nyu, tumben jam segini dagangan lo sudah habis," tegur Jack saat Banyu mendatangi lapaknya. "Padahal hari ini taman lagi rame. Kalau elo gelar dagangan disini pasti untung gede."

"Hari ini gue cuma bawa pesanan doang. Kemarin dan hari ini gue lagi ada obyekan lain. Makanya nggak bawa banyak-banyak," jawab Banyu. "Bikinin gue kopi dong. Mata gue sepet banget. Semalam gue baru bisa tidur jam 3 pagi. Jam setengah 5 sudah bangun lagi buat ke pasar."

"Siap Bos," sahut Jack yang dengan sigap langsung menyiapkan permintaan Banyu. "Gue perhatiin sekarang obyekan lo tambah banyak, nih. Ada apa? Kejar setoran buat kawin?"

"Ah, mana ada sih cewek yang mau sama cowok kere kayak gue."

"Eh, kata siapa nggak ada yang mau. Tuh kemarin si Wanda, anaknya pak Haji yang jual bubur ayam nyariin elo. Malah pak Haji sendiri ngomong sama gue kalau si Wanda naksir elo. Minggu lalu juga ada yang nyariin elo. Cewek cantik yang rumahnya di sebelah barat taman."

"Oh itu mah si Cindy, teman kampus gue. Lebih tepatnya adik tingkat gue."

"Kayaknya dia naksir elo, Nyu."

"Hahaha... nggaklah. Dia itu bilang sama gue kalau dia sudah punya gebetan. Lagipula umur dia jauh di bawah gue. Dia masih anak kemarin sore. Baru masuk kuliah."

"Lho, memangnya kenapa kalau umurnya jauh di bawah umur lo. Biasa kan kalau cewek lebih muda dari cowoknya." Banyu hanya tersenyum mendengar ucapan Jack.

"Elo tau kan kalau gue saat ini belum mikirin urusan kawin. Gue masih harus kumpulin duit buat biaya adik-adik gue."

"Ya, tapi umur lo juga nggak muda lagi." Balas Jack masih belum menyerah. "Gue yakin ibu lo pasti pengen banget lihat elo kawin. Dah, lo lamar aja si Winda. Dia itu kan pak Haji satu-satunya. Usaha bokapnya juga bukan cuma jualan bubur ayam. Yang gue tau, beliau itu punya beberapa cabang kedai bubur."

"Ngeri sama anak orang kaya. Minder gue." Sahut Banyu merendah. "Gue sudah pernah ngerasain pacaran sama anak orang kaya. Ujung-ujungnya ditinggal kawin gara-gara bokapnya nggak mau punya mantu tukang sayur."

"Serius Nyu? Memangnya elo pernah punya pacar?"

"Punyalah. Lumayan lama gue pacaran sama dia sampai akhirnya dia lebih memilih pria lain yang jauh lebih kaya dari gue. Gue ini tipe setia, Jack."

"Saking setianya sampai sekarang masih ingat mantan dan belum bisa move on?" Ledek Jack. "Nyu, walaupun elo cuma tukang sayur, tapi elo tuh beda sama tukang sayur kebanyakan. Elo calon sarjana, orang tua lo cukup berada, wajah lo ganteng. Kalau elo mau cari, pasti banyak cewek yang mau sama elo."

"Ah, bisa aja lo Jack. Nah, elo kenapa masih ngejomblo sampai sekarang? Muka lo juga nggak jelek-jelek amat, walaupun nggak seganteng gue sih." Ucapan yang menyebabkan sebuah bungkus rokok melayang mengenai kening Banyu yang hanya tertawa melihat Jack sewot.

"Som***t! Elo mah benar-benar teman terkutuk ya. Ngangkat teman terus dibanting." Ucap Jack sewot. Banyu tertawa ngakak.

"Elo masih demen cewek kan?" Kali ini ganti Banyu meledek Jack. "Perasaan sejak kenal elo 3 tahun lalu, gue belum pernah lihat elo jalan sama cewek."

"Sebenarnya gue tuh punya bini." Pernyataan yang sukses membuat Banyu hampir tersedak kopi yang diminumnya.

"Serius? Ada gitu cewek yang mau sama elo?"

"An**r.. ya adalah," sahut Jack sewot. "Bini gue orang Tasikmalaya. Dia lebih memilih tinggal sama orang tuanya. Tapi sayangnya bulan lalu dia mengajukan gugatan cerai?"

"Oh ya? Demi apa? Memangnya sudah berapa lama kalian menikah?" Banyu antara mau tertawa dan simpati mendengar cerita Jack. "Kenapa bini lo minta cerai? Kalian sudah punya anak?"

"Kita menikah baru 1 tahun. Sejak awal menikah dia nggak mau gue ajak pindah ke Jakarta. Alasannya nggak mau jauh dari orang tuanya. Ternyata bukan orang tua yang jadi alasan utama tapi mantan pacar. Begitu mantan pacarnya cerai, dia juga minta cerai. Gue cuma jadi ban serep, Nyu." Jack terlihat tak bersemangat. "Untungnya kita belum punya anak."

"Ya sudah sabar aja, bro. Insyaa Allah elo bakal dapat gantinya."

"Doa yang sama buat elo, Nyu. Semoga elo ketemu cewek yang orang tuanya bisa menerima pekerjaan lo." Banyu hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Jack.

"Nyu, liatin deh hari ini banyak banget cewek cantik olahraga di taman. Apa sekarang lagi beautiful girl's day alias harinya cewek-cewek cantik? Tuh, lo liat cewek yang pake kaos dan celana pendek pink. Gila, body goals banget." Mata Banyu menatap ke arah yang ditunjuk Jack. "Kalau gue bukan tukang gorengan dan kopi, gue deketin tuh cewek. Lumayan buat ngelupain si Entin."

Mata Banyu terbelalak saat melihat gadis yang dimaksud, lalu ia buru-buru membuang pandang.

"Kenapa lo Nyu? Haram ya ngeliatin yang kayak gitu. Hehehe.. Biar nggak dosa kelamaan lo ajak kenalan terus lo halalin." Ucap Jack sambil terkekeh. "Seandainya muka gue ganteng kayak elo, pasti gue deketin tuh cewek. Sumpah, gue kalau punya bini kayak gitu bakal gue pasung di rumah. Kagak rela gue kalau dia keluar rumah. Kebayang dong sama elo berapa banyak mata cowok yang bakal ngeliatin dia."

"Sinting lo. Bisa kena perkara lo, kalau punya bini lo pasung di rumah. Bagian dari KDRT. Pelanggaran hak asasi manusia." ucap Banyu tanpa mau menoleh ke arah gadis yang dimaksud oleh Jack.

"Nyu, elo beneran nggak mau ngeliatin tuh cewek? Nanti kalau keburu pergi elo nyesel."

"Nggak. Bahaya ngeliatin yang kayak gitu." Sahut Banyu sambil meminum kopinya. "Elo daripada ngeliatin cewek mulu, mendingan lo gorengin mendoan buat gue. Laper nih gue."

"Yaelah bos, kagak bisa liat orang senang ya. Baru bentaran gue liat tuh cewek." Sungut Jack sambil berjalan ke arah penggorengan untuk menyiapkan pesanan Banyu.

"Elo gimana mau cepat kaya kalau dari tadi gorengan lo kosong melulu. Dari tadi gue perhatiin orang batal mau kesini gara-gara gerobak lo kosong. Kalau gue jadi bos, sudah gue pecat lo." Jack hanya tertawa mendengar ancaman Banyu.

"Makanya gue nggak mau jadi bawahan orang lain bro. Mendingan susah tapi gue jadi bos untuk diri gue sendiri," jawab Jack tak mau kalah.

"Iya, makanya bini lo minta cerai. Mantannya pasti lebih tajir dari elo."

"Si***n lo. Eh, tapi benar juga ya apa kata lo. Kenapa gue nggak mikir sampai situ ya." Jack menggaruk-garuk kepalanya. "Ah, bego banget gue."

"Baru nyadar lo?"

"Kam***t lo Nyu. Dari tadi nyela gue mulu."

"Lagian elo sih, jualan kagak niat. Nanti giliran duit nggak ngumpul elo ngeluh. Padahal emang elonya aja yang malas." Jack hanya nyengir tak lagi membantah ucapan Banyu yang memang benar adanya.

"Nyu, tuh cewek kesini. Ada nyokapnya juga" bisik Jack. "Gue kok jadi deg-degan ya. Berasa jadi Jaka Tarub. Jadi pengen langsung ngelamar."

"Ngaco lo." Banyu berusaha tak peduli dan segera menghabiskan kopinya. "Jack gue cabut dulu ya. Oh ya, nih duitnya. Kembaliannya sebagian lo sedekahin ya."

"Kok buru-buru amat. Nih mendoan apa kabarnya? Sudah mau matang elo malah cabut. Tunggu bentar. Biar gue bungkusin aja buat nyokap lo." Jack menahan Banyu yang sudah mau beranjak pergi.

"Nggak usah Jack. Lo jual aja ke orang lain." Tolak Banyu.

"Kagak bisa. Masa minum kopi lima ribu doang lo bayar pakai seratus ribu. Kebanyakan sisanya bro. Gue nggak mau ah terima sedekah dari elo. Tunggu bentar deh. Gue tirisin bentar minyaknya." Terpaksalah Banyu duduk lagi. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Bang, pesan mendoan, tahu, lumpia. Masing-masing 10 ya." Pesan si ibu kepada Jack yang sedang membungkus pesanan mendoan Banyu. "Sa, ajak neng Adis duduk disini. Dia pasti capek habis olahraga."

"Bentar, Mbu. Aku mau beli dimsum dulu disitu." Sahut anaknya. "Sekalian mau beli es krim."

Si ibu duduk di samping Banyu.

"Nyu, nih pesanan lo. Gue lebihin buat nyokap dan adik-adik lo."

"Eh, aya si Kasep," tegur si ibu yang ternyata adalah Vina, ibunya Khansa. "Habis olahraga juga, Kasep?"

"Eh ambu," Mau tak mau Banyu membatalkan niatannya meninggalkan tempat itu. Dengan sopan ia mencium tangan Vina.

"Lho, elo kenal sama nih ibu, Nyu?" Tanya Jack tanpa mengalihkan pandangannya dari wajan. "Jangan-jangan calon mertua lo, Nyu."

"Ngaco lo Jack. Dia ini calon mertua bos gue, Bang Ghiffari." Bisik Banyu.

"Kasep mau kamana? Nggak mau ketemu sama neng Adis?" Tanya Vina. "Tuh, neng Adisnya lagi beli dimsum dan es krim. Sebentar lagi juga balik. Sini kasep, temani ambu ngobrol."

"Iya Nyu, masa lo biarin si ibu sendirian nungguin gorengannya." timpal Jack sambil terus menggoreng pesanan Vina. Mau tak mau Banyu duduk kembali di samping Vina.

"Kasep, punya pacar nggak?"

"Nggak punya, Bu." Jack yang menjawab. "Ibu punya anak gadis yang masih lajang? Kalau punya jodohin sama si Banyu aja. Sebentar lagi dia bakal jadi sarjana. Obyekannya banyak, usahanya laris manis.

"Bro, nggak usah ngada-ngada deh."

"Kasep usahanya teh naon? Siapa tahu kita bisa kerja sama."

"Hmm... " Banyu ragu untuk menjawab. Bukan karena malu, namun ia khawatir Vina yang menjadi malu karena sudah bersikap baik kepada tukang sayur. "Pekerjaan utama saya.... tukang sayur, Ambu."

"Yang benar kasep? Masa orang seganteng kamu mau jadi tukang sayur? Harusnya orang seganteng kamu tuh jadi model atau aktor. Kalau di novel-novel yang suka dibaca Khansa, orang model kamu gini biasanya jadi CEO muda." Imbuh Vina sambil terkekeh santai.

"Pekerjaan saya nggak elite ya, Ambu? Maaf ya ambu, saya nggak bilang dari awal kalau saya cuma tukang sayur."

"Ah, mana ada pekerjaan halal yang memalukan. Malah buat ibu-ibu model ambu, tukang sayur keliling tuh bagaikan dewa penolong. Wah, kalau kamu tukang sayur kita bisa kerja sama, kasep." Usul Vina.

"APA?! TUKANG SAYUR?" Tiba-tiba terdengar suara menggelegar menyambar rungu mereka. Serentak mereka semua menoleh ke arah datangnya suara. Betapa terkejutnya Banyu saat dilihatnya Gladys berdiri di belakang mereka dengan mata terbelalak dan wajah terkejut.

"Eh, neng Adis sudah balik. Duduk sini neng, dekat ambu." Vina menepuk kursi panjang yang didudukinya. "Ieu ambu teh ketemu sama si kasep. Sa, sini ajak neng Adis kadieu."

"ELO ITU CUMA TUKANG SAYUR?!" Gladys belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Sstt... Dys, nggak usah kencang-kencang ngomongnya. Tuh lihat orang-orang pada ngeliatin elo." Bisik Khansa Sambil menarik Gladys untuk duduk. Untunglah kali ini tanpa penuh drama, Gladys menuruti permintaan Khansa untuk duduk di samping Vina.

"Elo itu tukang sayur keliling?" Kembali Gladys mengajukan pertanyaan yang lebih mirip bisikan dengan nada tak percaya.

Banyu menghela nafas panjang sebelum menjawab, "Iya, gue CUMA TUKANG SAYUR KELILING. Ada masalah dengan hal tersebut?"

"Elo sudah membohongi keluarga gue." Ucap Gladys masih dengan bisikan tak percaya. Banyu kembali menghela nafas panjang sembari berdiri dari duduknya.

"Maaf ambu, saya mohon ijin ngobrol berdua dengan Gladys." Vina mengangguk tanpa berkomentar.

"Ayo, ikut aku sebentar. Aku mau ngomong sama kamu." Gladys diam saja tak bergeming. Dengan menahan perasaan gemas yang tiba-tiba muncul di hatinya, Banyu meraih tangan Gladys untuk berdiri dan mengikutinya. Lagi-lagi kali ini tanpa banyak drama, Gladys mengikuti keinginan Banyu. Rasa ingin tahu membuatnya penasaran.

⭐⭐⭐⭐