Setelah meletakkan kopi dan juga camilan di meja Wibbi. Dengan segera Ayla keluar ruangan itu, yang ada di kepalanya hanya satu, yaitu menanyakan semua ini pada Wisnu. Orang yang dulu menemuinya sebelum pernikahan terjadi.
'Kenapa dia seakan tidak mengenalku?' batin Ayla. 'Apa jangan-jangan dia sengaja pura-pura tidak mengenaliku? karena aku hanya seorang OB,'
Ayla mengelus dadanya menetralkan segala rasa terkejutnya dengan semua yang terjadi barusan. "Hey OB baru!" Panggil wanita yang tadi mengaku sebagai tunangan Wibbi.
Dengan segera Ayla menoleh ke arah suara yang memanggilnya. "I-iya mbak," jawab Ayla dengan segera dia berjalan cepat mendekati meja wanita yang memanggilnya. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya Ayla dengan sopan.
"Bantu aku memfoto copy semua dokumen ini, setelah itu berikan padaku," ucap wanita itu. Dengan memberikan tumpukan dokumen ke arah Ayla.
Ayla yang memang kurang fokus dengan semuanya menjadi sedikit linglung. "Hah, i-iya mbak," jawab Ayla dengan segera menerima berkas yang di berikan wanita itu padanya.
"Ingat ya, GA PAKAI LAMA," ucapnya lagi dengan penekanan kalian 'gak pakai lama' di akhir ucapannya.
"Iya mbak,"
Dengan segera Ayla meninggalkan tempat tersebut. Ayla membawa tumpukan dokumen yang tadi di berikan kepadanya. Dan perlu di ketahui jika Ayla masih buta akan semua ruangan di lantai 24 tersebut. Sehingga tempat foto copy saja Ayla tidak tahu. Lantas siapa yang perlu di tanya tentang hal ini?
"Kenapa aku tidak tanya tadi dimana tempat foto copynya?" Gumam Ayla.
Ayla menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari orang yang bisa di tanyai tentang hal itu. "Sepi sekali di sini, beda dengan lantai bawah yang biasa aku kerja," gumam Ayla.
"Nona Ayla," panggil seseorang dari arah belakangnya.
Dengan sigap Ayla menoleh ke sumber suara. "Wisnu, kebetulan sekali ada dia disini, jadi aku bisa bertanya dimana tempat foto copynya," gumam Ayla tersenyum ke arah Wisnu.
Wisnu berjalan menghampiri Ayla sambil tersenyum ramah. Dari caranya berjalan seakan Wisnu ingin menyampaikan sesuatu pada Ayla. "Nona, bisakah Nona ikut ke ruangan saya? ada yang perlu saya bicarakan dengan Nona," ucap Wisnu sopan.
"Tapi saya harus memfoto copy semua dokumen ini," jawab Ayla sambil menunjukkan semua berkas yang ada di tangannya. "Bukankah tadi pak Wisnu bilang akan menemani Tuan Wibbi meeting? Kita bisa bicara nanti setelah pulang kerja Pak," sambung Ayla.
Wisnu tersenyum mendengar jawaban Ayla, "Kesempatan tidak akan datang dua kali Nona," ucap Wisnu, lalu Wisnu menepuk bahu Ayla kemudian berjalan meninggalkannya sambil tersenyum penuh makna.
"Hah, apa maksudnya?" Gumam Ayla seakan masih mencerna ucapan Wisnu. "Oh my God, jangan-jangan ini tentang lelaki brengsek itu?, Pak Wisnu tunggu,.." ucap Ayla dengan berlari mengejar Wisnu yang kini sudah hampir sampai di depan ruangannya.
Wisnu tersenyum melihat tingkah Ayla, kemudian Wisnu sengaja membukakan pintu untuk Ayla. "Ma-makasih," ucap Ayla lalu masuk ke dalam ruangan Wisnu dengan nafasnya yang masih terengah-engah sehabis berlari.
"Silahkan duduk Nona," ucap Wisnu.
Ayla pun duduk di kursi depan meja kerja Wisnu. Dengan segera Wisnu memanggil Bayu salah satu OB yang bertugas di lantai 24 untuk masuk ke dalam ruangannya.
Tidak butuh waktu lama, kini Bayu sudah datang, "Bay, foto copy semua dokumen ini, setelah itu berikan kepada Mayang, bilang ke dia kalau Ayla sedang bersamaku," perintah Wisnu pada Bayu.
"Baik Pak," jawab Bayu sopan. Lalu dengan segera mengambil alih tugas Ayla.
Terlihat Ayla masih bingung dengan situasi di ruang kerja Wisnu. Apa yang akan di bicarakan oleh Wisnu padanya? Atau sebaiknya dia duluan menanyakan tentang Wibbi pada Wisnu? Suasana terasa canggung bagi Ayla.
"Nona, sekarang katakan padaku, tadi nona mau menanyakan apa?" Tanya Wisnu dengan santai.
"Oh itu, sebenarnya kedatanganku ke Jakarta ini mau menanyakan tentang uang yang jumlahnya banyak itu, apa maksud dari semua ini? Kenapa mengirimkan uang begitu banyak ke rekeningku?" Tanya Ayla tanpa basa-basi.
Karena bagi Ayla semakin cepat, maka akan semakin baik. Ayla menatap serius ke arah Wisnu, dia menunggu jawaban apa yang akan Wisnu katakan padanya.
Wisnu tersenyum tipis ke arah Ayla, "Sudah sepantasnya Nona mendapatkan itu, karena itu sebagai bukti jika tuan Wibbi masih menganggap Nona sebagai istrinya, dan uang yang Nona terima adalah nafkah tiap bulan untuk Nona," ucap Wisnu dengan tenang.
"Apa!! Apa tuanmu itu sudah gila? Bukankah dia yang meninggalkan aku saat upacara pernikahan, mempermalukan aku dan keluargaku, sekarang dengan seenak hati kalian mengirimiku uang dan bilang jika dia masih menganggapku sebagai istri? Wah-wah, Tuan mudamu ternyata sungguh tidak waras," Ucap Ayla yang sudah mulai tersulut emosi. Dengan menatap tajam ke arah Wisnu.
Mendengar jawaban Ayla yang terlihat emosi, Wisnu berusaha bersikap tenang. Karena bagaimanapun juga perlakuan Wibbi sangatlah tidak pantas meninggalkan mempelai wanitanya setelah ijab qobul terjadi. Dan Wisnu mengerti akan kekecewaan Ayla.
"Nona sebaiknya tenang dulu," ucap Wisnu berusaha meredam emosi Ayla. "Apa Nona sadar? Jika sebenarnya ini semua sudah di atur oleh orangtua Nona, bahkan jatah uang bulanan yang Nona terima adalah sebagian dari perjanjian Tuan muda dengan ayah Nona,"
Ayla terlihat shock mendengar jawaban dari Wisnu, jadi semua ini adalah perjanjian ayahnya dan Wibbi? Begitu bodohnya Ayla tidak pernah berpikir jika semua ini juga termasuk kesalahan ayahnya.
"Seharusnya Nona bersyukur, Tuan muda masih peduli dengan nona, bahkan masih memberikan nafkah setiap bulan, sehingga hidup nona bisa tercukupi dengan uang itu," ucap Wisnu berusaha membela bosnya.
Ayla tersenyum miring mendengar apa yang di katakan oleh Wisnu. "Iya benar, seharusnya aku bersyukur mendapatkan suami yang kaya seperti bos kamu itu, memberiku nafkah setiap bulan, bahkan dengan uang yang sebegitu banyak aku bisa membeli rumah atau pun bisa hidup dengan mewah untuk ukuran wanita kampung sepertiku," sarkas Ayla.
Bahkan asisten pribadi seperti Wisnu juga berpikir bahwa semua kebahagiaan bisa di ukur dengan uang. Apakah semua orang kaya berpikir demikian? Jika uang adalah segalanya?
Ayla tertunduk begitu dalam, seolah larut dengan semua pemikiran yang tidak tahu bagaimana cara penyelesaiannya. Tapi bagaimanapun, Ayla akan tetap meminta cerai dengan lelaki brengsek yang sudah membuat anggota keluarganya malu di hari pernikahannya.
Wisnu melihat ke arah Ayla, tersirat begitu banyak kesedihan di raut wajahnya. "Nona tenang saja, saya tidak akan melaporkan pada tuan Wibbi jika Nona ada di perusahaan ini, karena sesungguhnya tuan Wibbi belum pernah melihat wajah nona," ucap Wisnu.
Ayla bingung dan berusaha mencerna ucapan Wisnu barusan. Ayla mengerutkan keningnya melihat ke arah Wisnu, mencari tahu akan maksud dari perkataan Wisnu. "Apa maksud Pak Wisnu? Dia tidak tahu siapa saya? Tapi dia mau menikah dengan saya?" Tanya Ayla dengan menunjuk ke dirinya sendiri.
Bersambung ...