Bodohnya aku dulu kenapa bisa mengejar - ngejar Irfan ya, malu - maluin.
"Kamu kenapa memandangku seperti itu?" Tanya Irfan dengan mengerutkan keningnya.
"Aku baru tahu kalau ternyata makanmu banyak juga." Jawabku sambil menutup mulutku menahan ketawa.
Irfan terlihat masa bodoh dengan jawabanku, dia jadi sok budek mungkin karena dia malu saat aku tahu kalau Irfan makannya banyak.
Tapi aku mencoba tidak menertawainya karena makanku juga banyak, cuma Irfan belum tahu saja.
Kalau pun Irfan tahu, pasti dia juga akan menertawakanku, seperti aku menertawakannya.
Aku memasukkan piring Irfan kedalam rumah.
Ibu juga terlihat heran saat melihat piring yang aku bawa sudah kosong.
Mungkin Ibu juga berpikiran yang sama denganku.
Orang seperti Irfan bisa makan banyak juga, karena tampang Irfan terlihat cool.
Beda banget dengan Arkan, Arkan memang tampan tapi wajah Arkan masih terlihat orang desa, karena memang Arkan dari desa.
Kalau Irfan sudah mirip sekali dengan orang luar.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com