webnovel

MENERJANG BADAI

21+ Monica Pertemuan indah dan berkesan tak pernah disangka-sangka kapan akan datangnya. Seorang lelaki dan wanita bertemu dan saling jatuh cinta. Begitulah kisah cintaku dimulai, tetapi tidak seperti cerita dongeng, itu berakhir dengan diriku berdiri di atas kuburan, menyaksikan pangeranku diturunkan ke dalam tanah, bersama dengan semua impian kami. Sekarang dia pergi untuk selamanya dan aku tersesat tanpa arah. Sampai perjalanan dadakan ke rumah pantai keluargaku, membuat aku menghabiskan waktu bersama Roy. Dengan bantuannya, aku belajar untuk hidup seperti sedia kala kembali dan membuat rencana untuk masa depan kami. Roy Dalam perjalanan hidupku, aku merasa seperti ombak di lautan yang mengamuk, menerjang dan memecah bebatuan, tidak pernah menetap sedikitpun. Hingga Monica datang menerjang seperti badai. Menerjang hidup dan hatiku sekaligus. Aku pikir dia akan menjadi kehancuran dalam hidupku, tetapi ternyata dia menjadi ketenangan bagi hatiku. Semakin banyak waktu yang kami habiskan bersama, semakin banyak kehidupan yang dia hirup untuk kami berdua. Tapi waktu berlalu begitu cepat. Waktu yang kita habiskan berdua terasa indah, Monica siap menghadapi masa depannya, masa depan yang tidak bisa aku turuti. Jadi, aku melakukan hal yang mustahil dan berlalu pergi. Tapi hidup itu memang gila, dan cinta tidak mengenal batas sama sekali. Kalian mungkin mengira di sinilah cerita kita berakhir, tetapi kenyataannya adalah... ini merupakan awal permulaan. Bagaimana kisah cinta Monica dan Roy? Jangan lewatkan setiap bab nya...!

aroel_chan · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
271 Chs

BAB 25

Ayah mengangguk.

"Bayi itu milik Roy," bisikku.

"Roy siapa?" dia bertanya perlahan.

"Krus."

"Kapan kau berkencan dengannya?" Dia berdiri, menjatuhkan meja kopi ke belakang beberapa inci.

"Dua bulan lalu… di rumah pantai."

Aku bisa melihatnya saat dia menyatukan potongan-potongan itu. Dia mulai mondar-mandir di ruangan, bergumam pada dirinya sendiri, sementara Ibu dan aku tetap duduk, menunggunya tenang.

"Aku akan membunuhnya," akhirnya dia berkata, berhenti di tempat. "Dia meninggal."

"Dia di Afghanistan," aku tersedak, air mata segar mengalir di mataku.

"Persetan." Wajah Ayah melembut, dan dia melintasi ruangan, menarikku ke dalam pelukannya. Dia memelukku selama beberapa menit, sampai aku bisa mengendalikan emosiku.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com