Audia kembali termenung sendiri. Memainkan ponselnya. Diputar-putar di atas meja makan, ke kanan dan ke kiri. Kepala di atas meja, dengan pipi menempel. Matanya ikut bergerak seiring pergerakan ponselnya. Menghela napas beberapa kali.
Membosankan.
Tiba-tiba ponsel yang tengah bergerak itu bersuara. Membuat Audia menegakkan tubuhnya, melihat siapa yang menghubunginya. Alvin.
Dengan suara dipaksakan ceria, Audia menyapa suaminya. Percuma juga, sih, berpura-pura ceria, karena Alvin melakukan panggilan video.
["Didi, Sayang. Didi belum hubungi asisten yang kemarin?"] tanya Alvin tanpa basa-basi.
Audia menggeleng sambil tersenyum garing.
["Kenapa, Sayang? Emang Didi gak bosen di dalam hotel terus seharian?"]
Ditanya begini, Audia harus jawab apa coba? 'Oh, gak, Mas. Didi cemburu sama wanita itu, karena dia cantik.' Masa iya, menjawab seperti itu? Gak juga, kan?
"Belum ada ide mau jalan-jalan ke mana, Mas," jawab Audia akhirnya. Jawaban asal, sungguh!
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com