webnovel
#ROMANCE
#COMEDY
#MISTERI
#PERNIKAHAN

Mendadak Menikah

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee Juara 4 WPC 32 #59 Female Lead Menikahi Pria Asing || Vol 1-3 TAMAT ======================== "Jadi, Mas, dosen aku?" tanya Audia saat mereka berdua dalam perjalanan di dalam mobil pribadi Alvin. Alvin berdehem sekali. "Ya, begitulah." "Pantes aku, kok, kaya ngerasa kenal sama muka Mas Alvin," tutur Audia menyocokan memorinya. "Mas ngajar apa, ya?"  "Arsitektur." Audia menganggukan kepala sambil mulutnya membentuk huruf 'o'. 'Eh?  ....  Wait  ...  what?' Tiba-tiba syaraf-syaraf otaknya menekan memori di hipokampus. "Pak Mandala?" tanya Audia memastikan. Yang langsung mendapat anggukan dari Alvin. "No way!" jerit Audia tidak percaya. Matanya membulat menatap lekat Alvin. "Kenapa?" tanya Alvin heran. "Pak Mandala yang kutau, mengajar memakai kacamata. Kok, bisa beda banget, ya, tanpa kacamata?" ujar Audia masih tidak percaya, bahwa yang di hadapannya ini adalah 'pak Mandala yang itu'. Dosen angkuh, sok cool, pelit senyum, muka datar,  killer. Sangat berbeda dengan Alvin yang kini menjadi suaminya. Tak disangka 'pak Mandala yang itu' dan Alvin—suaminya, ternyata adalah orang yang sama. 'Orang menyebalkan itu ternyata suamiku?' batinnya. 'Oh tidaaaaaak!' * * *** Calon mempelai wanita mendadak mengundurkan diri dari pernikahan karena perjodohan. Kemudian kabur dan tidak diketahui kabar beritanya. Tinggallah sang calon mempelai pria terdiam terpaku di hadapan tamu undangan. Bimbang sesaat. Membatalkan akad nikahnya atau mencari calon mempelai wanita pengganti dadakan. Hingga netranya menangkap seorang wanita bergaun putih yang duduk di antara tamu undangan. Yang tak lain adalah mahasiswa di kampusnya tempat ia baru saja mengajar. Sebagai dosen pengganti. Bagaimanakah kelanjutan kisah pernikahan mereka ini? Akankah benih-benih cinta tumbuh di antara dua orang asing ini? Dengan segudang tanda tanya pada hati sang mempelai wanita, mengapa dirinya yang dipilih di antara sekian banyak wanita lajang lainnya yang turut hadir di pernikahan akbar anak salah satu pengusaha real estate terkenal di Indonesia itu. Cover www.freepik.com === SIMAK KOMENTAR DI SETIAP BAB, SUDAH TAYANG KUIS DADAKAN DAN BERHADIAH SOUVENIER MENARIK UNTUK PEMBACA SETIA MENDADAK MENIKAH ^^ MASUKKAN COLLECTION/TAP LOVE/ADD SEBELUM BACA. AGAR CERITA INI ADA DI DALAM DAFTAR BACAAN KAKAK DAN MENDAPAT NOTIFIKASI SAAT UPDATE BAB BARU ^^ DUKUNG TERUS CERITA INI YA KAK DENGAN MELEMPAR POWER STONE SI BATU BIRU UNTUK CERITA INI! — 1 POWER STONE NANTINYA KAKAK DAPAT 1 VOUCHER GRATIS LHO BUAT BUKA BUKU YANG TERKUNCI. JANGAN LUPA, REVIEW BINTANG 5 YA! MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Elegi Cinta Asha 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Annethaxia Luo Putri Negeri Salju 6. Saat Kita Muda 7. Angela the Alpha's Mate TERIMA KASIH

Serenity_Lee · Urbano
Sin suficientes valoraciones
250 Chs
#ROMANCE
#COMEDY
#MISTERI
#PERNIKAHAN

S1 015 Tanjung Lesung 3 (21+)

Matanya begitu lekat mengikuti ke mana Audia melangkah dan berhenti tepat di tepi kolam. Audia yang sedari tadi menyadari tatapan Alvin, menjulurkan lidahnya. Terburu-buru melepas bathrobenya dan menceburkan dirinya ke kolam renang. Menimbulkan riak dan percikan besar air kolam, mengenai tubuh Alvin.

"Audia!" Audia tertawa keras.

Alvin segera meluncur mendekati Audia yang masih menertawakannya.

"Awas kamu, ya. Ngerjain mas!" Audia semakin tertawa keras, ikut meluncur menjauhi Alvin.

"Gak kena, weee ...." Audia menjulurkan lidahnya, mengejek Alvin.

Selama beberapa saat Audia berhasil mengelak dari kejaran Alvin. Meluncur dengan berbagai gaya renang, gaya bebas, dan gaya katak, selebihnya gaya punggung, agar tetap bisa mengejek Alvin. Tanpa sadar ....

"Didi, awas!!" Alvin bergerak cepat meluncur mendekati Audia dan menariknya.

"Auw!!" Kepala Audia membentur pinggiran kolam renang. Beruntung, benturannya tidak terlalu kencang, karena berhasil Alvin tahan, meski sedikit terlambat.

Ini pertama kalinya mereka berenang, dan dengan pakaian yang sangat minim. Audia akhirnya mengenakan bikini yang diberikan Alvin. Merah menyala. Dan, begitu menggoda.

Alvin memeriksa bagian kepala Audia. Memastikan kepalanya tidak cedera. Yang tidak Alvin sadari, dengan jarak sedekat ini, dan pakaian minim membalut tubuh keduanya. Wajah Audia memerah. Matanya tak henti-hentinya mengagumi tubuh atletis Alvin. Baru kali ini, Audia benar-benar melihatnya dengan seksama. Menimbulkan gelanyar aneh di bawah perutnya.

Tanpa sadar, Audia meletakkan kedua tangannya di dada Alvin. Seketika, Alvin menghentikan pemeriksaannya dari kepala bagian belakang Audia.

"Sepertinya semuanya normal. Gak ada luka serius." Tangan Alvin bergerak dari belakang kepala, berhenti di antara telinga dan pelipis Audia.

"Hah?" Audia tiba-tiba baru menyadari tangannya telah berada di dada Alvin. Mencoba mengelak, namun kalah cepat.

Bibir mereka kembali menyatu. Alvin menciumnya dengan lembut. Menyesapnya perlahan, hingga Audia merasa sekujur tubuhnya meremang.

Alvin mendorong pelan tubuh Audia hingga ke pinggir kolam. Punggungnya menyentuh dinding kolam.

Bibir Alvin mulai bergerak dari bibir Audia, menjelajah setiap bagian lekukan tubuh Audia yang lain.

"Mas, Alvin ...." suara Audia terdengar tertahan. Dan, Alvin mengabaikannya. Terus menyusuri bagian-bagian favoritnya.

"Mas ... Alvin ... kita ... di luar ... aaach ...." Audia tiba-tiba merasa pening. Sensasi yang diberikan Alvin membuatnya tidak berkutik. Terlena.

Mata Alvin telah diliputi kabut gairah. Tidak peduli mereka masih berada di kolam renang. Dengan satu tarikan, Alvin berhasil melucuti pakaian Audia. Tinggal selangkah lagi, Alvin pun melepas pakaiannya. Mendorong Audia agar makin merapatkan tubuhnya ke dinding kolam.

Alvin mengangkat tubuh Audia, melingkarkan kakinya di tubuhnya. Dan tubuh mereka pun menyatu, merasakan kembali ekstasi yang membawa Audia dan Alvin melayang ke nirwana.

"Mas Alvin, igh ...." Wajah Audia terlihat memerah.

"Kamu cantik dan seksi pakai itu." Alvin kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Audia.

"I love you."

"I love you, too?" Audia mengerling nakal, menggoda Alvin. Membuat Alvin gemas.

Sekali lagi, Alvin mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya di atas bibir Audia.

Tiba-tiba Audia melepaskan tautan bibirnya, dan bersin.

"Sudah waktunya kita naik." Alvin mengangkat Audia ke tepi kolam dan menyampirkan bathrobenya, memastikan seluruh tubuhnya tertutupi. Kemudian Alvin pun ikut naik dalam keadaan saat ia lahir ke dunia.

"Mas Alvin!!" seru Audia dan memejamkan matanya. Wajahnya memerah. Alvin mengacak rambut Audia dan tertawa.

Usai mandi pagi yang terlambat, Alvin membuatkan segelas jahe hangat untuk Audia. Memastikan suhu tubuh Audia dan sekali lagi memeriksa kepala belakang Audia. Alvin tertegun sesaat.

Audia merasa Alvin menghentikan gerakan jari jemarinya di kepalanya. Penasaran, lalu bertanya, "Ada apa? Apa kepalaku luka?"

"Tidak. Tidak ada yang luka, hanya saja ...." Alvin menggantungkan ucapannya.

"Hanya saja apa?" Audia mengerutkan dahi.

"Apa Didi pernah jatuh sebelumnya?" Audia menggeleng.

"Memang ada apa di kepalaku?" Audia menarik tangan Alvin, agar duduk di sampingnya.

"Ada bekas luka ...." Audia mengangguk.

"Kata mama, Didi pernah operasi di kepala. Tapi, Didi gak inget." Audia menundukkan kepalanya.

"Hei, Didi kenapa?" Alvin memegang dagu Audia, agar ia menatap wajah Alvin.

"Didi jadi cacat, kan. Pasti Mas Alvin nyesel nikahin Didi. Apalagi tanpa rencana." Alvin tersenyum.

"Siapa bilang?"

"...."

"Biar pun pernikahan kita tidak direncanakan. Mas, gak nyesel, kok. Mas nikahin Didi, karena mas memang tertarik sama Didi." Pengakuan Alvin, membuat Audia membelalak.

Benarkah, mas Alvin tertarik pada Audia? Batinnya menyangsikan. Karena selama ini, sebelum pernikahan terjadi, sikap yang Alvin tunjukkan sama sekali bukan sikap orang yang tertarik pada wanitanya.

Atau, jangan-jangan Alvin berbohong? Demi menghibur Audia. Lagi-lagi, batinnya curiga.

Audia merasakan kelembutan yang basah dah hangat. Lama, sesuatu yang kenyal itu menempel di pipinya.

"Jangan terlalu lama melamun." Audia tersenyum. Dan tiba-tiba memeluk Alvin.

"Hei." Alvin terkejut sesaat karena pelukan Audia yang tiba-tiba. Namun, tak urung, Alvin membalas pelukan sang istri. Membelai rambutnya.

"Kita cari makan, yuk. Kamu mesti lapar. Kepala Didi udah gak sakit, kan?" Audia melepaskan pelukannya, dan mengangguk.

Alvin membawa Audia ke dalam mobil mereka. Perlahan, CR-V hitam meninggalkan cottage, menuju kawasan pantai di tempat lain, jauh dari cottage mereka menginap.

Mobil yang ditenagai dua pilihan mesin Petrol berkapasitas 1498 cc, panjang 4623 mm, lebar 1855 mm, wheelbase 2660 mm. Dan, memiliki kapasitas 7 penumpang, tiba di sebuah pantai tidak jauh dari penginapan yang ada di sepanjang pinggir pantai.

Audia menoleh, memandang Alvin. Setelah mengetahui, di mana mobil itu berhenti melaju.

"Teringat sesuatu?" Alvin tersenyum, Audia mengangguk.

Pantai yang mereka kunjungi hari ini, adalah pantai yang sama, saat Audia terseret ombak, menjauhi pinggir pantai.

Malam yang nahas itu, ombak yang sangat besar, berhasil menggulung dan mengalahkan Audia yang sebetulnya memiliki kemampuan untuk berenang. Ada sesuatu hal, yang hingga kini membuat Audia pun bertanya-tanya.

Bagaimana bisa? Dirinya bisa terseret hingga hampir ke tengah lautan, dan hampir merenggut nyawanya.

Jika saja, pria di sampingnya ini, yang kini menjadi suaminya, tidak datang menolong. Audia diselamatkan dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa mas bawa kamu ke sini." Audia mengangguk ragu-ragu.

"Sejujurnya, mas awalnya tidak tahu, siapa orang yang mas selamatkan." Alvin menatap mata Audia begitu dalam. Begitu intens.

Alvin melepas kacamatanya, mengurut bekas tempat kacamata itu bertengger di hidungnya. Kemudian berkata, "Mas baru tahu, setelah lifeguard itu datang. Ternyata ... itu kamu."

"Jadi, mas bawa Didi ke rumah sakit terdekat, berharap yang terbaik buat kamu."

'Aku gak sanggup, melihat lagi kematian yang akan datang, tanpa melakukan sesuatu untuk mencegahnya, seperti dulu,' lanjut Alvin dalam hati.

"Tapi, kata Erika, Mas terburu-buru pergi setelah membayar biaya rumah sakit Didi ...." Audia tidak melanjutkan.

"Karena aku, ... mas saat itu masih sama Laras .... Mas punya tanggung jawab lain, menemaninya kembali ke acaranya malam itu." Alvin berhenti bertutur.

Hening beberapa saat.

Audia paham, saat itu, mereka bahkan tidak saling mengenal dengan baik. Untuk apa Alvin menunggunya hingga ia selesai ditangani? Laras lebih berhak daripada dirinya saat itu.

Pikiran Alvin, berbeda dengannya. Ada alasan lain, mengapa Alvin tidak ingin menunggu Audia selesai ditangani.

"Mau turun? Di dekat sini, ada makanan laut yang diolah sangat enak." Alvin memecah keheningan. Ia pun beranjak keluar dari mobilnya, diikuti Audia.

***