webnovel

Memory Of Love

Kini Bila telah berusia 17tahun, tunai sudah janjinya kepada ayahnya, saat ini ia bisa menjalin hubungan dengan Edwin pria yang telah mencuri hatinya. Namun ada masalalu yang kembali kedalam hidup Edwin, juga seorang teman yang teropsesi untuk memiliki laki-laki itu. Akankah cinta Bila dan Edwin bertahan ditengah deburan masalah yang menerpa, ataukah hati mereka akan berlabuh di dermaga cinta yang lain.

Bubu_Zaza11 · Integral
Sin suficientes valoraciones
109 Chs

Makan Malam Romantis

Edwin sedang mengunjungi restoran tempat mereka akan bertemu, akan tetapi ia ingin memberi kejutan romantis untuk Bila.

Ahirnya ia memutuskan untuk mengajak Bila ke kafe dimana ia menyatakan cinta pada Bila dulu setelah makan malam bersama Vita dan Dimas.

Jam tujuh malam Bila suda bersiap, ia telah mengenakan baju gamis dengan kombinasi brokat berwarna hijau tosca, dengan make up natural, ia mengambil kotak yang ia cari beberapa waktu lalu kemudian membukanya ia mengambil kalung pemberian Edwin ketika hendak memakainya Bila mengurungkan niatnya "Ga ah...ntar dia ke GRan lagi" ucapnya lirih.

Bila sudah menunggu Edwin diruang tamu bersama Vidi dan ke dua orang tuanya, beberapa saat kemudian Edwin datang dengan penampilan perlentenya.

Setelah berpamitan Edwin menggendong Vidi ditemani Bila keluar menuju mobil Edwin, di dalam mobil sepanjang jalan Edwin memperhatikan Bila yang memangku Vidi dan dengan lembut pula Bila menina bobokan Vidi.

"Bil ribet ga jagain Vidi?".

"Ga kok kak, Vidi anaknya manis banget, aku suka sama dia".

"Kalau suka sama anaknya, harusnya suka juga sama dadynya dong" Edwin mulai menggoda Bila.

"Keknya ga deh dadynya ngeselin soalnya"

"Serius..., Bila kalau dipikir kita kayak keluarga seandainya dulu ga ada kejadian itu, kita mungkin juga sudah punya anak" Edwin menatap dalam ke arah Bila.

Wajah cantik Bila bersemu merah karena malu, apa lagi Edwin seolah tak melepaskan pandangannya dari Bila membuat Bila salah tingkah.

Edwin yang tahu benar perasaan Bila bukannya berhenti menggoda, malah ia semakin membuat wajah Bila merekah bak tomat.

"Bil....kita nikah aja yuk, sepertinya aku ga kuat lagi deh menahan godaan kamu".

"Kak Edwin apaan sih, emang kapan aku menggoda kakak?".

"Kemarin....aku takut khilaf lho Bil kalau kamu segenit itu"

Bila semakin tak karuhan dibaut Edwin, ahirnya ia memalingkan muka, juga tak mau membalas pertanyaan Edwin.

Sampai di tempat tujuan Edwin langsung memarkirkan mobilnya, kemudian membukakan pintu untuk Bila, mengambil Vidi dari gendongan Bila.

Mereka berjalan masuk, beberapa orang memandang mereka, bahkan seorang nenek yang berpapasan dengan mereka berhenti sejenak untuk menyapa mereka.

"Waduh...anaknya tidur ya mas?".

"Ya nek".

"Kok ga mamahnya yang gendong" .

Bila hanya tersenyum tak mampu menjawab pertanyaan nenek itu.

"Tadi dimobil tidur dipangku bundanya kok nek, kasihan bundanya capek"

"Wah...benar tuh nak, kasihan istrinya" nenek itu mengelus pipi Vidi "anaknya ganteng".

"Trimakasih nenek" Bila menjawab.

"Mbak yang akur ya sama suaminya, semoga langgeng".

"Iya...Amin.....terimakasih do'anya nek" dengan semangat Edwin menjawab "nek saya pamit dulu, ayo bund".

Nenek itu mengangguk dengan senyum terkembang di bibirnya.

Bila berjalan disamping Edwin dengan canggung, sampai dimeja dimana Vita dan Dimas sudah menunggu mereka.

Melihat anaknya tertidur Vita segera meminta Edwin untuk meletakan Vidi disebuah sofa disamping meja mereka.

Dimas memperkenalkan diri pada Bila, setelah mereka memesan makanan Dimas mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya, ia juga menceritakan peran Edwin dalam hubungan Mereka.

"Bila aku sebenarnya malu ketemu kamu, tapi waktu itu aku sudah berusaha menemui kamu, tapi kamu ga datang".

"Waktu itu saya datang kok mbak,tapi" Bila diam sejenak mengingat ia sudah salah paham ketika melihat Edwin menggenggam tangan Vita "tapi waktu itu saya melihat mbak Vita dan kak Edwin sedang pegangan tangan, terus..." Bila tidak berani melanjutkan.

"Terus kamu lari karena salah paham kan?" Edwin menyela.

Bila menundukan kepala karena malu, sudah memutuskan sebelum mendengar penjelasan dari mereka.

"Bila...aku minta maaf, aku terhasut oleh kata-kata Caca,,karena Caca aku hampir kehilangan mas Dimas, juga merusak hubungan kalian, maaf...." Vita menangis menyesali kehadian masa lalu.

"Ya mbak....saya juga minta maaf, sudah bersikap kekanak-kanaan".

Vita menggenggam tangan Bila, ia juga meneteskan air mata penyesalan "Bila....kamu kembali lagi sama Edwin ya, Edwin sangat mencintai kamu".

Bila hanya tersenyum mendengar permintaan Vita, sementara Edwin langsung menyela dengan menceritakan kejadian tadi sewaktu mereka bertemu nenek yang menyangka mereka adalah suami istri.

"Emang harus ya kak, kejadian tadi diceritain, ga malu apa?".

"Ga sama sekali".

Karena sikap humoris Edwin suasana makan malam mereka jadi lebih akrap, akan tetapi Bila selalu jadi bahan bulyan.

"Bil...jangan banyak-banyak makannya, masih ada kejutan lain lho" Edwin berbisik ketika Bila hendak mulaimakan.

"Kak Edwin, belum juga makan".

Vita melihat Edwin dan Bila dengan geli kemudian menyenggol Dimas.

"Win kamu masih ada acara sama Bila?, sudah sana jangan kemaleman lho nganterin Bilanya".

"Serius kamu?".

"Iya....sana pergi".

Setelah berpamitan Edwin mengajak Bila pergi dari tempat tersebut, Bila mengikuti Edwin dengan wajah cemberut karena kesal dan merasa lapar.

Jahilnya kumat nih si Edwin

Bubu_Zaza11creators' thoughts