webnovel

Berhenti Pada Cinta Pertama

Berhenti pada cinta pertama, bukan keputusan yang bodoh tapi bukan juga keputusan yang pintar.

***

Ratu tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia memeluk Athalla begitu cowok itu selesai meminum tehnya. "Thal, maafin gue. Harusnya tadi gue nungguin lo."

Athalla diam beberapa saat waktu Ratu memeluknya tapi setelah itu dia membalas pelukan saudaranya. "Udah enggak apa-apa, lagian salah gue juga yang langsung pergi gitu aja."

Kalau sedang berada dalam keadaan seperti ini, Athalla dan Ratu seakan bisa saling memahami. Mereka meminta maaf dan juga memaafkan dengan cepat. Walau pun sering berdebat, mereka tidak pernah marahan dengan waktu yang lama.

"Eh, tapi bukan salah gue juga sih," kata Athalla yang tiba-tiba saja membantah ucapannya sendiri.

Ratu melepaskan pelukannya. Dia melihat Athalla dengan tatapan penuh curiga. "Lo mau bilang ini salah gue?"

"Bukan," sangkal Athalla lagi.

"Terus?"

"Gue mau bilang ini salah Kak Karin, tadi dia yang maksa gue buat ngantar dia pulang. Belum sempat nolak dia udah narik gue duluan."

"Iya, gue heran tadi ngeliatnya. Lo kenapa bisa pulang sama dia sih?"

"Tadi gue ngomongin masalah latihan teater yang sudah disepakati sama kelompok. Terus pembimbing kelompok lo datang dan dia mau ajak Karin bicara. Dari yang gue dengar intinya mereka debat terus putus. Si Karin bilang kalo dia bisa dapatin cowok yang lebih baik dari pacarnya itu."

"Terus, cowok yang dia maksud itu lo?" tanya Ratu. Dari nada bicaranya dia terdengar tidak terima kalau Karin memilih Athalla sebagai ganti Prima.

"Kalo pun iya, gue juga enggak bakalan mau. Asal lo tau ya, sepanjang jalan tadi gue cuma bisa dengar ocehannya. Gue sampai malu diliatin orang yang ada di jalan," jelas Athalla.

Mendengar itu Ratu bisa bernapas lega. Dia pun mengalihkan pembicaraan mereka, "Lo lapar nggak? Biar gue siapin makanan."

"Boleh deh."

Makan berat di sore hari tentu bukan ide yang bagus. Apalagi nanti malam mereka juga harus makan malam bersama dengan mamanya. Namun suana yang seperti ini membuat perut mereka terasa lapar.

Ratu pun memilih memasak mi instan saja. Selain cepat masak dan enak, makanan itu juga tidak terlalu membuat mereka kenyang. Walau pun tidak terlalu mempunyai manfaat bagi tubuh.

Mi instan yang berkuah menjadi pilihan yang tepat disuasana yang dingin seperti saat ini. Ratu memasak dua bungkus dan nanti akan dia jadikan satu di mangkuk yang besar. Dia ingin makan sepiring berdua dengan Athalla.

***

Seperti yang inginkan Ratu, mereka makan mi instan semangkuk berdua. Makan dengan duduk bersebelahan.

"Kata Kak Yolla lo diantar pulang sama Kak Kevin tapi kata Kak Kevin lo diantar sama Kak Prima. Mana yang benar?"

"Kak Kevin," jawab Ratu sambil menyeruput kuah mienya.

"Oh, lo diantar sama Kevin." Athalla menganggukkan kepalanya.

"Bukan. Maksud gue yang benar itu Kak Kevin. Gue diantar sama Kak Prima."

"Dia yang nawarin lo pulang bareng?" tanya Athalla dengan penasaran tapi setelah itu dia malah melanjutkan perkataannya lagi, "Kalau itu benar, berarti Prima emang cowok yang nggak bener. Masa iya dia baru kenal sama lo udah modus ngantar pulang. Pasti dia itu mau tau rumah lo."

"Salah. Sok tau lo," cibir Ratu, "Kak Prima ngantar gue pulang karena mau tanggung jawab."

"Lo hamil?" Mata Athalla terbelalak.

Ratu memekul bahu Athalla dengan keras membuat cowok itu mengaduh kesakitan. "Bisa nggak sih dengarin gue selesai ngomong dulu? Kak Prima mau tanggung jawab karena pacarnya itu ngebawa lo pulang dan ninggalin gue."

"Oh, gitu." Athalla kembali mengangguk. "Tapi menurut gue, dia itu tetap aja modus pengen tau rumah lo di mana."

"Terserah lo deh."

Ratu lalu teringat tentang ajakan Prima yang memintanya untuk berpacaran. Namun saat dia memikirkan ulang soal itu, Ratu menjadi ragu. Ekspresi wajah Prima tadi tidak menampakkan keseriusan.

Selain itu, Ratu juga tidak mau bercerita dulu pada Prima sebab takut saudara kembarnya itu makin mengacau. Kalau Athalla tau, pasti dia akan berpikiran kalau Prima bukanlah cowok yang baik-baik. Jadi Ratu memutuskan untuk tidak memberitahu soal ajakan pacaran itu pada Athalla.

"Woy." Athalla menjentikkan jarinya di hadapan wajah Ratu. "Lo ngelamunin apa?"

Ratu yang tersadar dari lamunannya kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Dia hanya melirik Ratu dengan salah tingkah.

Athalla menatap penuh curiga ke Ratu. "Jangan bilang lo kebawa perasaan karena diantara pulang sama dia?"

"Ya enggaklah," jawab Ratu membantah tuduhan Athalla. Kemudian dia bangkit dari tempat duduknya. Dia menaruh sendok bekasnya di wastafel. "Lo habisin deh, gue kenyang."

"Tuh kan, lo menghindar. Pasti lo kebawa perasaan kan karena di antar Prima."

Ratu terus saja berjalan melewati pintu dapur. Dia tidak mau menjawab omongan Athalla. Kalau Ratu menjawab dengan penolakan dan dia malah berujung dekat dengan Prima itu hanya akan membuat Athalla merasa menang. Lebih baik dia diam saja.

***

"Apa gue bisa membuka diri buat orang lain?" tanya Ratu pada pantulan dirinya di cermin meja rias miliknya.

"Cinta pertama bukannya enggak akan bisa terganti?" tanya Ratu lagi yang tidak akan mendapat jawaban apa pun.

Kalimat 'cinta pertama tidak akan bisa terganti' membuat Ratu selalu berada di tempat yang sama. Dia percaya kalimat itu hingga membuatnya tidak bisa ke mana pun. Tidak pernah satu kali dalam hidupnya pernah terpikir untuk melupakan cinta pertamanya.

Makanya saat Prima berkata bahwa dia ingin melupakan Karin, Ratu meremehkan cowok itu. Sebab dia merasa tidak ada yang bisa menggantikan cinta pertama. Padahal, jika dipikir ulang, Ratu-lah yang tidak mau mencoba melupakan cinta pertamanya. Dia terus saja membandingkan orang lain dengan cinta pertamanya itu.

"Apa omongan Kak Prima soal pacaran itu benar?" Bibir Ratu jadi cemberut. "Kalo ucapannya tadi aku anggap serius dan ternyata dia cuma bercanda, gimana?"

Makin memikirkannya, makin tidak ada kejelasan. Namun dia juga takut meminta kejelasan pada Prima tentang hubungan mereka.

"Lagian, salah lo juga sih kenapa pakai ngomong gitu sih tadi."

Ratu menunjuk ke arah cermin yang memantulkan bayangannya. Dia memang mengutuk kebodohannya karena telah mengeluarkan asumsi bodoh dan malah disetujui oleh Prima yang lebih bodoh. Inilah kemiripan Ratu dengan Athalla, suka sekali mempunyai asumsi yang sering kali berada di luar jalur kenyataan.

"Ouh." Ratu mengembuskan napas panjang. Kemudian dia mengeluh, "Makin pusing."

Ratu pun mengambil handuknya yang tergantung di balkon kamar. Hari sudah sore, sebelum mamanya datang dia sudah harus rapi. Kalau tidak seperti itu dia akan mendapat ocehan dari mamanya.

Mandi mungkin akan membuat pikiran Ratu menjadi lebih rileks. Sehingga dia bisa berpikir dengan jernih soal hubungannya yang saat ini terlihat tidak jelas dengan seseorang.