Setelah telepon berdering tiga atau empat kali, Ezra mengangkatnya, "Kiki?"
Suaranya terkesan anggun dan indah, dan ada sentuhan nada kebingungan di sana, karena Kiki tidak pernah secara aktif menelponnya.
Kiki mengerutkan bibir bawahnya, "Bisakah kau datang ke sekolah?"
"Ada apa denganmu?" Suara Ezra tidak tenang lagi.
Kiki menyahut dengan susah payah, "Aku bertengkar dengan ... seseorang, dan menyakiti mereka!"
"Oh…" Dia bahkan tersenyum lembut, "Apa kau menang?"
Kiki bersenandung dan berpikir, bukankah ini intinya?
Tetapi Kiki tidak mengatakan bahwa dia sedang bertengkar dengan Linda...
Ezra merenung, "Aku akan sampai di sana dalam 30 menit, tidak apa-apa?"
Jika tidak memungkinkan, dia mungkin harus naik helikopter…
Kiki sedikit tersanjung. Dia berpikir jika Ezra bisa datang, maka dia akan bisa menyelesaikan masalah ini.
Kiki tergagap, "Ya..."
Ezra sudah berdiri dari kursinya. Dia menarik mantelnya dan keluar. Rani kebetulan sedang membawa setumpuk dokumen, dan berkata, "Presiden, ini adalah dokumen tentang komoditi yang mendesak di New York..."
"Aku akan membicarakannya lagi saat aku kembali sore ini." Ezra tidak berhenti dan langsung melangkah ke lift, meninggalkan Rani.
Ketika berbalik, dia melihat ekspresi Rani sedikit linglung ...
Setibanya Ezra tiba di kantor kepala sekolah, kepala sekolah tidak tenang.
Apa kau tidak menelepon orang tuamu? Mengapa kau menelpon pacarmu?
Meskipun begitu, Erza masih pacar yang sukses dan kuat.
Ezra memperkenalkan dirinya seperti ini, "Kepala Sekolah Wawan, aku pacar Kiki."
Kepala Sekolah Wawan bergeming sebentar. Dia lalu segera bangkit, dan berjabat tangan dengannya.
Kiki berdiri di samping Ezra dan tetap linglung.
Sebelumnya, Ezra tidak memanggil dirinya dengan sebutan seperti itu.
Tentu saja, Mai masih tertegun
Begitu pula dengan Linda…
Ezra benar-benar mengatakan kalau Kiki adalah pacarnya. Gadis yang sudah terdesak tidak punya banyak pilihan ini … apa nasibnya akan menjadi lebih baik?
Ezra berbicara dengan tak acuh, tetapi ada nada keagungan sebagai seorang atasan di suaranya, "Kudengar kalau ada masalah soal Kiki di sekolah ini. Aku akan meminta pengacaraku menindaklanjuti masalah ini."
Dahi Kepala Sekolah Wawan sudah berkeringat, ini sangat buruk ...
Sekarang Tuan Ezra sedang berbicara. Bahkan Kiki benar-benar wanita seperti yang dituduhkan berita di area sekolah, tidak akan ada seorangpun yang benar-benar berani mengatakannya.
"Salah paham! Semua ini salah paham belaka!" Kepala Sekolah Wawan mengeluarkan sapu tangannya. Dia memiringkan tubuhnya sedikit untuk menyeka keringatnya, dan berkata berulang kali.
Dia berpikir sejenak, dan menambahkan kalimat lain, "Tentang masalah ini, aku akan menemukan orang yang menyebarkan berita itu, dan mendidiknya dengan lebih keras!"
Ezra mendengus pelan, "Aku ingin hasilnya dalam waktu 24 jam."
"Artinya, kami pasti akan menanganinya secepat mungkin..." Kepala Sekolah Wawan berkata dengan penuh hormat, dan kemudian mengantar Ezra ke pintu.
Saat berada di dekat pintu, Erza menoleh, "Aku ingat ada perpustakaan di Universitas B yang perlu sumbangan…"
Mata Kepala Sekolah Wawan berbinar. Seolah-olah ada gunung emas yang bertumpuk di depannya, "Maksud Tuan Ezra..."
"Aku akan menyumbang atas nama Kiki!" Ezra tampak tenang.
Kepala Sekolah Wawan tetap dalam keadaan linglung, dan kemudian menoleh memandang Kiki. Saat ini, Kiki bukan lagi seorang siswa bermasalah, tetapi sosok yang sama berharganya seperti berlian yang sangat besar. "Ya, ya, perilaku Nak Kiki masih sangat baik, baik di fakultasnya, maupun di sekolah. Aku telah berpikir untuk merekomendasikan Nona Kiki untuk belajar di luar negeri. "
Setelah selesai berbicara, Kepala Sekolah merasa salah bicara lagi. Sudah sejauh ini, bagaimana jika Tuan Ezra merasa enggan mengiyakan?
Ezra berkata, "Itu ... tidak buruk."
Saat dia berkata, Kiki mendongak, dan menatap Ezra.
Apa Ezra benar-benar ingin Kiki belajar di luar negeri?
Tetapi dia tidak berani menanyakannya, dan masalah ini juga sudah jauh lebih baik.
Mai dan Linda juga berusaha menyelesaikan masalah ini...
"Tuan Ezra, bukan Linda yang mengatakannya!" Mai merasa agak bersalah. Dia agak takut pada Ezra, dan dia juga ingin berdamai, "Lihat! Kiki yang memukul Linda seperti ini..."
Tatapan Ezra tertuju pada wajah Linda, dan memang bekas pukulan itu agak memalukan...
Dia menoleh lagi dan melihat ke arah wajah Kiki. Hanya ada bekas lima sidik jari di sana. Pasti itu bekas pukulan pertama Linda.
Ezra diam-diam menghela nafas di dalam hatinya. Jika suatu hari Erza memprovokasi Kiki, apa dia juga akan begitu galak padanya?
Melihat penampilan Ezra yang tidak tergerak, Mai merasa sedikit cemas. Jadi dia berkata dengan tak acuh, "Bagaimana menurutmu, Linda juga tunangan Prambudi..."
Dan Kiki hanyalah wanita simpanan Ezra...
"Bagaimana dengan Jinrong? Mengapa dia tidak kemari dan mengurusi masalah sebesar ini?" Ezra terkekeh, lalu memandang Mai dan Linda. Kiki, dia orang yang penting bagiku. "
Wajah Linda memucat. Arti ucapan Ezra sangat jelas, berarti jika terjadi sesuatu pada Kiki, maka Erza sendiri yang akan membereskan masalah itu.
Linda ingin mengatakan sesuatu, tetapi dihentikan oleh Mai. Suara Mai bernada menyanjung, "Wajar saja, Linda dan Kiki kan saudara, nanti juga mereka akan kembali akrab dan saling membantu…"
Saat mendengarnya, Kiki merasa ingin muntah.
Ezra juga tidak tertarik menonton Mai berakting. Dia meraih tangan Kiki dan menoleh ke arahnya, "Apa kau sudah makan?"
Kiki menggelengkan kepalanya dengan hampa. Baru saat itu, dia merasa perutnya benar-benar lapar.
Ezra tersenyum dan membawanya ke luar sekolah. Kiki mengikutinya, "Mau kemana? Aku masih ada kelas di sore hari."
"Makan!"
Tapi ... apa Ezra perlu menggenggam tangannya?
Kiki menunduk, dan menatap tangan Ezra yang sedang menggenggam tangannya. Ezra lantas meremas tangan Kiki dengan erat. Suara pria itu terkesan hangat, "Kiki, aku belum tahu apa-apa tentang pertengkaranmu di sekolah. Coba ceritakan padaku?"
Ezra sudah berkata jujur, dan berjalan keluar bersamanya ... Matahari di luar sangat menyilaukan, dan terus-menerus menyinari sosok mereka.
Di belakang dua baris panjang pohon yang membentang, ada sebuah sosok yang jelas berdiri di sana. Sosok itu menatap ke arah Ezra dan Kiki dari kejauhan ... Sorot matanya agak datar.
Jaguar hitam Ezra diparkir di luar gerbang sekolah. Tetapi wartawan ada di sekitar, dan kamera serta berbagai macam peralatan jurnalis diarahkan ke gerbang sekolah.
Kiki tanpa sadar bersembunyi di belakang Ezra karena tidak ingin difoto.
Tidak peduli betapa besar pengaruh Ezra, bukanlah hal yang mulia jika Kiki menjadi wanita simpanannya!
Tapi Kiki tetap diajak keluar oleh Ezra, dan suara pria itu terdengar agak berat, "Apa yang kau takutkan…"
"..." Kiki menatapnya.
Ezra memegangi wajah mungil Kiki. Dia mencium dahinya, dan menatapnya, "Kiki, aku tidak punya pacar dan tidak ada kontrak pernikahan. Normal-normal saja jika kita bersama."
Tidak ada yang bisa dikatakan, kecuali hati nurani Kiki merasa bersalah.
Dan sekarang, Ezra tidak menganggap Kiki sebagai wanita yang dibelinya. Selain kebutuhan fisik, ada hal lain yang membuat Ezra suka dengan Kiki, seperti dia bisa membuat mie ayam, atau ternyata gadis itu lumayan bodoh…
Tatapan mata Kiki tampak agak kebingungan, dan Ezra menundukkan untuk mencium mulut mungilnya lagi. Suara pria itu agak serak, "Apa kau siap?"
Siap? Apa yang harus disiapkan?
Kiki diam beberapa saat, lalu berjalan menuju mobilnya dengan lengan melingkari bahunya.
"Tuan Ezra, apa hubungan antara Anda dan Nona Kiki?"