webnovel

Me Vs Dad

"Kenapa bukan ayahku yang mati? Kenapa harus Nana? Tuhan, ambil saja nyawanya. Aku rela menukar kebahagianku agar bisa hidup bahagia bersama dengan Nana" Pikiran itu yang terlintas pada benak Isabella, gadis muda berusia empat belas tahun yang begitu membenci ayahnya, , dan hanya memiliki Nana - nenek yang selalu mencintai dan melindunginya. David Mahendra. Pria tampan kaya raya, memiliki hati bengis terhadap putrinya sendiri. Menganggap Isabella sebagai hama yang perlu dibasmi. Seketika kehidupan mereka berubah, saat mereka terbangun pada tubuh yang salah dan jiwa mereka tertukar. Apa yang akan terjadi pada David dan Isabella? Bisakah mereka saling mencintai sebagai ayah dan anak?

Sita_eh · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
171 Chs

David: "Aku Sudah Kembali Ke Tubuhku!!"

Masih didalam kamar David.

Ayah dan anak itu sibuk dengan tugas masing-masing. Bella sedang mengerjakan tugas sekolah diatas tempat tidur ayahnya, sedangkan David masih berkutat didepan layar komputer.

Tatapan David begitu serius melihat laporan pekerjaan yang menumpuk pada kotak masuk di email pribadinya. Seringkali dia mengumpat kesal, dan mengatakan sesuatu yang tidak di pahami oleh Bella.

Pemandangan yang sungguh aneh karena tubuh keduanya masih bertukar. Siapapun yang mungkin masuk ke dalam kamar, dan melihat kedalam kamar tersebut. Pastinya akan merasa aneh, saat melihat sosok David mengerjakan pekerjaan rumah, dan Bella yang justru sibuk dengan komputer milik David.

Hari sudah menjelang malam, tidak ada yang sadar ketika jam makan malam sudah terlewati begitu saja.

Saat suara ketukan pintu terdengar jelas, hinga wajah David menyembul dari balik layar monitor.

"Tuan David?" Panggil Lily dari balik pintu masuk.

"Uhmm.., ada apa?" Justru David yang menjawab dengan suara Bella.

"Tuan David?" Lily tampak bingung ketika dia tahu bukan majikannya yang menyahut. "Nona Bella, apa itu kau?" panggilnya kembali.

"Sial! Aku lupa..!" Umpat David kesal menepuk keningnya. Dia segera saja melompat turun, dan bergegas menuju pintu kamar.

"Oh... Nona Bella?!" Wajah Lily terlihat cemas, ketika dia melihat sosok Bella yang baru saja membukakan pintu.

"Apa kau baik-baik saja, Nona Bella? Sungguh aku sangat mengkwatirkan keadaanmu. Bahkan kau melewatkan makan malammu. Ayo... kita pergi ke ruang makan, tidak baik jika kau mengganggu ayahmu."

Lily berceloteh dengan panjang sambil ia meraih lengan David. "Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu," ucap Lily sambil memaksa.

"Tapi... tunggu," David melihat ke arah tempat tidur. Dia melihat tubuhnya sedang berbaring lelap, dan juga buku sekolah milik Bella.

Lily ikut melihat ke arah dalam kamar, "Astaga, jangan sampai Tuan David bangun. Ayo, Nona Bella," ucap Lily.

"Aku... aku harus mengambil bukuku," David membuat alasan dengan senyuman lebar.

Untuk beberapa detik Lily memperlihatkan wajah gelisah. "Baiklah, cepat... dan jangan sampai ayahmu terbangun,"

Akhirnya Lily tidak memegangi tangan David, membiarkannya untuk mengambil buku dan tugas sekolah yang sudah dikerjakan oleh Bella.

Dengan kesal ia memasukkan semua buku pelajaran pada tas merah jambu. Dan ada satu buku yang berada tepat di wajah Bella. David memperhatikan wajahnya sendiri,

"Sampai kapan akan terus begini," ucapnya pelan. Tapi David mengambil buku tersebut dengan menarik cepat.

Bella yang tadinya tidur menelungkup, menggeser sedikit tubuhnya hingga dia terlentang, dan masih dalam keadaan terlelap. Setelah itu, David segera pergi meninggalkan kamarnya sendiri.

Lily tampak ceria dan bisa bernapas lega ketika melihat sosok Bella yang sudah keluar dari kamar David.

"Untunglah, dia masih tertidur. Kita tidak ingin ada keributan malam hari ini," ucap Lily sambil mengambil tas yang dipegan oleh David. "Biar aku saja yang membawakannya. Ayo... kau pasti senang dengan makan malam kali ini. Aku dan Felix bersusah payah untuk membuatnya,"

"Uhmm..? Apa maksudmu?" Tanya David tidak paham, tapi Lily hanya terus berjalan tanpa memberikan jawaban.

Kenyataannya Lily tidak membawa David menuju ruang makan utama. Mereka berdua sudah berada di halaman belakang, dengan kain merah yang menghampar pada rerumputan.

Diatasnya ada banyak makanan dan minuman yang tersedia. Berbagai potongan buah dan camilan yang terlihat lezat, jika itu memang ditujukan untuk Bella. Tapi saat itu adalah David, dan dia merespon dengan heran bahkan mengarah tidak suka.

"Apa maksudnya ini?" David mengernyit ketika melihat banyak makanan yang mengandung glutan dan gula.

Selama ini dia menjaga pola makannya, agar tubuhnya tetap proporsional. Bahkan olahraga berat yang rutin ia lakukan, agar posturnya semakin terlihat mempesona di hadapan pada wanita yang seringkali tergoda akan pesonanya.

"Kejutan, Nona Bella!" Felix muncul begitu saja, entah dari mana sambil membawa sebuah kotak merah dengan pita emas yang melilit dengan indah.

"Hah? Kejutan. Aku pikir ini bukan ulang tahunku," ucap David dan belum menerima pemberian Felix.

"Nona Bella, apa kau lupa?" Lily membungkuk dan memegangi kedua bahu David. Tatapannya meneliti wajah David, dan seperti mencurigai sesuatu.

"Memangnya, apa yang sudah aku lupakan?" tanya David semakin bingung.

"Astaga Nona Bella, apa karena kepergian Nana membuat keadaanmu seperti ini?" Lily membelai sisi wajah David, membuat pria itu bergidik seram dan menggerakkan wajahnya.

"Hentikan itu! Kau... tidak boleh menyentuh wajahku..."

"Nona Bella. Bukankah kau pernah bilang ingin menikmati makan malam dibawah langit malam yang penuh bintang," Felix memotong perkatan David segera.

"Hah? Aku mengatakan hal itu? Sungguh?"

Tapi berkat Felix, akhirnya Lily menegakkan tubuhnya. Wanita itu tersenyum puas sambil melipat kedua tangannya.

"Kau lihat, bukan? Malam ini sangat indah, tadinya... kami pikir kami tidak akan bisa melakukkannya untuk,u. Namun.., karena kau melewatkan makan malammu, hingga ide ini bisa kami lakukan," ujar Felix dan menyodorkan kotak hadiah ke arah David.

"Oh..? apa bagusnya makan malam diluar seperti ini?" ucap David pelan dan masih menunjukkan wajah tidak suka. Meskipun kedua orang yang ada di hadapannya tidak sadar dengan sikap David.

Mau tidak mau, suka tidak suka, David sudah duduk diatas rumput hijau malam hari itu. Bersama dengan dua orang yang mengapitnya, dan segelas susu hangat yang baru ia habiskan separuh.

"Lihat malam ini sangat indah bukan. Oh... aku merindukan Nana," ucap Lily tanpa sadar dan kedua matanya sudah berkaca-kaca.

Felix segera berdeham, agar Lily tidak merusak suasana malam hari itu.

"Maafkan aku, Nona Bella. Aku terlalu egois, padahal kau pastinya lebih merindukan Nana," ucap Lily segera menyeka pelupuk matanya.

"Hhh... apa kita sudah selesai?" tanya David dengan malas.

"Kau sudah selesai dengan makanmu?" Felix menatap ke arah makanan yang hanya disentuh sedikit oleh David.

"Hehehe... aku terlalu kenyang, dan jujur saja, aku sangat lelah hari ini. Kalian berdua bisa melanjutkannya tanpa ada aku," David beranjak dari duduknya sambil merapikan bajunya yang tampak kusut.

Felix dan Lily tampak bingung bercampur dengan kecewa. Tapi mereka juga tidak bisa memaksakan sosok yang mereka anggap sebagai Bella.

"Nona Bella?" panggil Lily ketika David akan membalikkan tubuhnya.

"Apa?"

"Ini, kau melupakan hadiahmu," Lily menyodorkan kotak hadiah tersebut.

"Uhmm... terimakasih," ucap David dan menerima hadiah itu dengan terpaksa.

***

David sudah berada di kamar putrinya yang masih terasa asing. Dinding kamar dengan warna merah jambu, yang seringkali membuatnya merasa mual untuk terus berada didalam kamar tersebut.

Dia baru saja mengganti bajunya, mengenakan piyama dengan gambar unicorn yang berada pada bagian dadanya. Dan lebih terparahnya, ketika piyama itu memiliki ekor warna-warni.

"Oh... ini sungguh membuatku sangat muak," ucapnya kesal.

Duduk pada tepi tempat tidur, dan tatapan David mengarah pada kotak hadiah pemberian Felix dan Lily.

"Bodoh sekali mereka. Untuk apa mereka peduli dengan Bella?"

David tadinya tidak ingin membuka kotak tersebut. Tapi rasa penasaran itu terus saja muncul, hingga akhirnya ia meraih dan membuka tali pita emas yang melilit kotak hadiah Bella.

Saat melihat isi didalamnya, membuat David mengerutkan keningnya dengan segera. Sebuah album foto dengan sampul merah muda, dan nama Bella dan Nana tertulis di bagian sampul.

"Huh... hadiah sampah," ucapnya mendengus kesal.

Tapi kenapa David ingin membuka album foto tersebut. Dia melihat ada banyak kumpulan foto Bella dan Nana. Banyak senyuman yang terpancar dari setiap foto tersebut.

"Ternyata selama ini kalian berdua bisa bahagia? Huh... menjengkelkan!" ucap David geram dan kesal.

"Bagaimana kalian bisa bahagia!! Bodoh!" ucapnya kesal dan membaringkan tubuhnya. Tidur dengan mata memejam, dan perasaan yang masih saja jengkel.

***

Pagi hari.

"Uhmm...?"

David bisa mendengar suara alarm yang nyaring. Tubuhnya merespon dengan menggeliat, "Ahh.., kenapa sudah pagi. Apa aku harus ke sekolah lagi? Sial...! Aku benci sekolah! Aku benci anak-anak bodoh itu!" masih saja dia sempat mengumpat dalam keadaan mata tertutup.

Suara alarm masih terdengar begitu nyaring, hingga tiba-tiba saja...

"Tunggu sebentar..!"

Kedua mata David terbuka begitu saja, melebar dengan cepat dan dia melihat dinding kamar berwarna abu-abu.

"Bukankah itu suara alarm yang biasanya berada di kamarku?" ucapnya dengan heran.

David menegakkan tubuhnya dan melihat tubuh aslinya. "Apakah ini sungguh nyata! Aku... aku kembali ke tubuhku!" ucapnya dengan tidak percaya.

David mencuibit pipinya sendiri, untuk memastikan dia tidak bermimpi, dan rasanya sangat sakit.

"Ouch... ini sakit! Aku... aku sudah kembali ke tubuhku!" serunya dengan senang.

David turun dari tempat tidur dan berlari ke arah cermin, dia melompat senang saat melihat tubuh aslinya, memegangi wajahnya terus menerus.

Suara ketukan pintu terdengar, hingga David menoleh ke arah pintu masuk.

"AYAH!!" Suara Bella terdengar dari balik pintu kamar.