Setelah Ara bosan menanggapi aku, Ara pergi tanpa mau menoleh lagi padaku. Dia tetap berjalan lurus menuju ruangan yang sama sekali aku tidak bisa masuk ke dalam. Pintu itu ditutup rapat, oleh Ara lalu terdengar pintu itu telah dia kunci dengan sengaja.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa teriak memanggil namanya dari luar ruangan itu. Tidak tahu dia dengar atau tidak, karena Ara sama sekali tidak mau membukakan pintu itu walau hanya sebentar. Pintu itu tetap tertutup rapat, bahkan suara dari dalam tidak terdengar sedikit pun. Mungkin Ara juga tidak mendengar suara teriakan dari ku.
Begitu lelah nya aku, saat mengalami apa yang aku takutkan selama ini. Padahal aku takut Ara membenci ku bukan karena hal ini, yang sangat terpangpang jelas di otakku adalah pada saat Ara menemukan keluarga kandungnya. Namun belum juga hal itu terjadi, Ara sudah lebih dulu menjauhi ku. Bahkan lebih parah dari apa yang aku dugakan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com