webnovel

Sebelum terjadi

Dan semua prahara itupun berlalu setelah kata cerai keluar dari mulut Nico,

Kini di rumah ibunya,Malika meratapi nasibnya yang sendirian,tanpa Zidan dan tanpa ibunya,

Di bawah derasnya air hujan,Malika berdiri dan menangis sejadinya meluapkan seluruh kekecewaan yang dia rasakan saat ini,penyesalan dan kekecewaan yang sekian lama dia pendam kini meluap menjadi amarah yang tidak bisa dia luapkan,

Hanya air mata yang jatuh penolong amarah itu sedikit terlampiaskan,meskipun belum sepenuhnya amarah Malika keluar,

Malika begitu terpukul atas kejadian yang menimpa anaknya tepat didepan matanya sendiri,

"Semua ini salahku,semua salahku...ahh"

Teriak Malika dalam penyesalannya,dia tak bisa berhenti menangis di depan pusara anak tercintanya itu,kali ini Malika merasa benar-benar sangat menyesal karena sudah mencintai pria yang salah,

Kesetiaan yang selama ini dia pertahankan demi laki-laki yang dia cintai nya tidak lebih hanyalah sebuah kebodohan yang sangat dia sesali sekarang,

"Pembunuh,kau pembunuh,suami tidak berguna ahh"

Teriak Malika histeris mengingat semua kenangan yang Nico berikan padanya,

Semua kenangan pahit yang tidak akan pernah Malika lupakan seumur hidupnya,

Seolah menjadi kutukan dalam hidupnya salah memilih suami,

Malika dibutakan oleh cintanya,hingga dia terjebak dalam rumah tangga yang penuh konflik,hidup dengan suami pemarah,dan suka main perempuan menjadi kutukan dalam hidupnya,suami tidak berguna

"Kenapa aku tidak mendengar semua yang mereka katakan dahulu,kenapa?"

Ucapnya lirih dalam hati meratapi nasibnya dengan air mata,

Penyesalan yang teramat besar dia rasakan karena telah salah memilih teman hidupnya, penyesalan yang membuat dirinya kehilangan segalanya,termasuk

Ibu dan anaknya,

Kehilangan seorang anak sangatlah menyakitkan dan bahkan menjadi luka terbesar bagi dirinya,luka yang tak akan bisa dengan mudah hilang begitu saja,meski dengan apapun,terlebih saat dirinya melihat sendiri di depan mata, anaknya terenggut nyawa,

"Zidan anakku maafkan ibu nak"

Air mata Malika masih tidak bisa dia tahan,

Suaranya sudah hampir habis karena tangisannya,

Malika masih tidak percaya Zidan yang masih berusia 4 tahun kini sudah pergi untuk selamanya meninggalkan dirinya,dia merasa takdir sedang tidak adil kepadanya,mengapa semua ini harus terjadi kepadanya,

Terbayang dipikiran Malika senyum tawa Zidan saat bermain dengannya,semua terasa indah dalam bayangannya,namun seketika bayangan itu pudar tatkala senyum Nico muncul dalam bayangannya,

"Pembunuh,kau pembunuh"

Malika kembali berteriak dengan tangannya mencakar tanah pusara Zidan,

"Mas Nico,kau sangat jahat sekali mas,kau tega membiarkan anak kita meninggal"

Ucapnya sangat kehilangan,

"Malika ayo kita pulang,kamu sudah kebasahan,nanti kamu bisa sakit,"

Tiba-tiba saja Tiara sahabat yang selalu ada untuknya datang menghampiri Malika yang sudah basah kuyup karena kehujanan,

Malika menolak ajakan Tiara untuk pulang,dia masih ingin berada di makam anaknya,dia masih ingin bersama Zidan mengenang semua masa indah bersamanya,

"Aku tidak ingin pulang Tiara,biarkan aku disini"

Jawab Malika

"Ingat Malika,jika Zidan melihatmu seperti ini,aku yakin,dia pasti sedih,bukankah Zidan sangat menyayangimu,jadi jangan buat dia sedih,ayo pulanglah"

Tiara coba kembali membujuk Malika,

Perasaan Malika pun mulai sedikit tenang,dan akhirnya Tiara pun berhasil mengajak Malika untuk pulang,

Dengan baju yang basah kuyup,Malika masuk mobil Tiara,dengan setianya Tiara selalu mendampingi Malika,

"Pakailah jaket ku,kau bisa masuk angin nanti"

Tiara memakaikan jaket nya pada Malika,

"Terimakasih"

Ucap Malika sedikit tersenyum padanya,Tiara pun membalas senyumannya,

"Ku harap kau bisa ikhlas melepas Zidan ka"

Ucap Tiara pada Malika agar Malika bisa sadar bahwa Zidan memang sudah tiada,dan dia harus bisa merelakannya,

"Akupun berharap bisa seperti itu Ra,tapi apa mungkin aku bisa melupakan semua yang aku lihat didepan mataku sendiri Ra,sungguh aku sangat takut sekali jika mengingat itu"

Jawab Malika meluapkan semua ketakutannya,

"Maafkan aku,bukan maksudku mengingatkanmu akan kejadian itu,tapi aku yakin kau tahu apa yang harus kamu lakukan,kamu wanita tangguh,kamu wanita kuat,seberat apapun masalahmu,aku yakin kamu pasti bisa melewatinya"

Semua perkataan Tiara akan pujiannya pada Malika membuat Malika terharu,dan berusaha kuat seperti apa yang Tiara katakan,

Karena memang Malika adalah seorang wanita yang kuat Dimata semua sahabat dan teman-temannya,

Seberat apapun masalah yang dihadapi Malika,dia akan selalu berusaha bangkit dan keluar dari masalah itu,

Bahkan tak jarang teman yang lain justru selalu meminta solusi kepada Malika saat mereka sedang ada masalah,

Dan kini masalah terbesar sedang Malika hadapi,

Malika yang kini genap berusia 25 tahun,terbilang masih sangat muda untuk menjadi seorang ibu diantara teman-temannya,

Karena dia menikah muda saat itu,Malika terpaksa menikah dengan Nico saat usianya baru menginjak 22 tahun begitupun dengan Nico selisih 2 tahun lebih tua darinya,

Malika terpaksa bersedia menikah dengan Nico karena dia hamil diluar nikah oleh Nico sendiri,dan semua itu diketahui oleh ibunya Nico yang memang ingin sekali Malika menjadi menantunya,

Bu Sarah ibunya Nico sengaja menyuruh Nico untuk menjebak Malika agar dia tidak berpaling dari pria lain,karena Bu Sarah mengetahui jika Bu Arum ibunya Malika tidak menyetujui hubungan Nico dan Malika,sehingga Bu Sarah merencanakan sesuatu yang membuat Malika terpaksa menerima lamarannya,

Nico bisa dikatakan anak broken home,orangtuanya berpisah saat dia masih kecil,jadi wajar sekali jika dia sangat kurang kasih sayang dari seorang ayah,karena ayahnya memilih untuk menikah kembali dan tinggal bersama istri barunya meninggalkan ibu dan kedua adiknya,

Nico dan Malika berpacaran sejak dari bangku sekolah menengah pertama (SMP) kemudian mereka sama-sama melanjutkan SMA di sekolah yang sama,hubungannya sangat kuat,meskipun godaan silih berganti datang kepada mereka,mulai dari orang ketiga,sikap Nico yang keterlaluan dan pemarah tidak membuat hubungan mereka kandas begitu saja,sekalipun putus,2 atau 3 hari mereka akan kembali lagi,

Nico sangat mencintai Malika,hingga dia tidak ingin seseorang pun mengganggunya,jika kedapatan ada seseorang yang mengganggu Malika,mau itu laki-laki ataupun perempuan,Nico tidak segan-segan memberi mereka pelajaran,

Itu sebabnya Nico sangat sering sekali berurusan dengan guru BP nya karena ulahnya sendiri yang tempramen,dan ringan tangan kepada siapapun,

Tapi semua itu dia lakukan karena cintanya kepada Malika,

Sempat Malika sudah tidak tahan karena sikap tempramen Nico kepada Malika dan sekelilingnya,Malika merasa ruang lingkup pergaulannya sangat terbatas bersama Nico,Malika sempat meminta putus padanya,

Namun apa yang terjadi,

Nico menyadari kesalahannya dan tidak ingin putus darinya,sampai-sampai Nico membuat permintaan maaf pada Malika di halaman sekolah dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali putaran dengan spanduk yang dia bawa bertuliskan permintaan maaf dirinya pada Malika,

Semua murid di sekolah melihatnya dan memuji kesungguhan Nico akan cintanya kepada Malika,hingga Malika pun kembali dibuat luluh olehnya,

Dibawah terik matahari Nico terus berlari mengelilingi lapangan,

Malika mulai khawatir akan kondisi Nico,Malika khawatir Nico akan sakit jika terus berada dibawah terik sinar matahari,akhirnya Malika memutuskan untuk meminta Nico untuk berhenti dan memaafkannya,

Tentunya Nico sangat merasa bahagia karena Malika telah memaafkannya dan tidak jadi putus,

Hubungan pun terus berlanjut hingga lulus SMA,

Malika memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas swasta di Bandung, Malika mengambil jurusan ekonomi sesuai dengan hobinya menghitung nilai-nilai besar,