webnovel

Bab 2: The Family

Peraturan aplikasi Pacar Sewaan nomor dua, tidak boleh ada hubungan yang melibatkan keluarga. Sebenarnya, ada beberapa peraturan yang tertera pada laman deskripsi aplikasi Pacar Sewaan demi melindungi para talent alias para pekerja yang nantinya akan disewa sebagai pacar.

Tidak boleh ada kontak fisik berlebihan, hubungan keluarga antara kedua belah pihak dan segala macam hal yang akan merugikan talent semuanya dilindungi oleh perusahaan. Hari ini, belum ada dua jam Hana bersama Ganendra, lelaki itu sudah melakukan dua pelanggaran peraturan yang dibuat aplikasi. Hana sendiri sekarang tengah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Kalau ia menolak perlakuan Ganendra, bisa-bisa kliennya itu akan memberi rating rendah pada aplikasi yang akan memengaruhi penilaiannya. Tapi di sisi lain, kalau Hana melapor pada perusahaan, dirinya juga tidak akan berada pada posisi yang menguntungkan. Mendadak, Hana merasa frustrasi.

Sekarang, sudah dua puluh menit Hana diminta untuk menunggu di luar ruangan, setelah sebelumnya mendengar pernyataan yang sangat tidak masuk akal dari Kakek Sudiro. Sambil melihat papan nama yang tertera di luar ruangan VIP, Hana mencoba mencari tahu siapa orang bernama Sudiro Dharmawan dan juga Ganendra Dharmawan. Namun, betapa terkejutnya Hana saat mengetahui bahwa keluarga Dharmawan adalah keluarga pendiri sekaligus pemilik perusahaan properti terbesar di kota ini. Bahkan di usia yang sudah menginjak 32 tahun, Ganendra sudah berhasil menjadi salah satu direktur dari anak perusahaan Darma Group. Ternyata kliennya kali ini benar-benar bukan orang biasa.

Tempat wisata, jalan tol, mall, lintasan kereta api, hampir sepertiga dari fasilitas kota selain milik pemerintah adalah milik Darma Group, perusahaan milik keluarga mereka. Mendadak Hana jadi panik setengah mati. Bagaimana bisa orang biasa seperti dirinya bisa berurusan dengan keluarga yang memiliki kekuasaan besar seperti mereka. Buru-buru ia menyimpan ponselnya pada tas tangan yang ia bawa dari rumah. Hana tidak ingin terkena masalah yang lebih besar lagi dari ini.

"Teressa, itu nama kamu?" tanya seseorang yang tiba-tiba duduk begitu saja di sampingnya.

Kalau menurut data yang Hana dapatkan di internet, orang ini bernama Jagad Darmawan, berusia 65 tahun, ayah kandung dari Ganendra sekaligus merupakan direktur utama Darma Group. Hana yang panik, segera mengangguk cepat. Meski itu hanyalah nama yang ia pasang di aplikasi, saat ini semua orang mengenalnya dengan nama itu. Teressa Lim.

"Kamu nggak banyak bicara rupanya." Jagad terkekeh pelan. "Berapa usiamu?"

"24 tahun, Pak," jawab Hana cepat. Entah kenapa, rasanya ia tidak ingin membuat kesalahan saat ini.

"Sudah berapa lama bekerja di bidang ini?"

"Ma-maksud anda?" Hana kebingungan setengah mati. Apa jangan-jangan ia sudah ketahuan?

"Saya kenal Ganendra. Dia itu bukan tipe orang yang punya banyak waktu luang untuk berkencan. Jadi, kamu pasti salah satu pekerja dari aplikasi yang sedang terkenal itu, kan?" Jagad tampak berpikir sejenak. "Apa ya namanya?"

"Pacar Sewaan, Pak."

"Nah, itu dia!" Pria itu terkekeh pelan. "Kalau tahu program dari aplikasi itu akan melejit seperti sekarang, dulu saya akan beli saham di sana."

Mendadak, Hana jadi tidak bisa berkata-kata. Sejak tadi, yang gadis itu lakukan hanya mengangguk seraya tersenyum kikuk. Di tempatnya, Jagad menggaruk keningnya yang tak gatal. Sadar, kalau kali ini dirinya sudah terlalu banyak bicara.

"Maaf-maaf, nggak seharusnya saya membicarakan hal itu sama kamu," ucapnya kemudian. "Saya hanya mau bilang, kamu nggak perlu cemas. Ganendra tidak akan menikahi kamu dan terima kasih atas kerja kerasmu. Maaf sudah melibatkanmu dalam urusan keluarga kami."

"Anda tidak perlu meminta maaf." Hana menggeleng pelan, merasa tidak enak dengan ucapan Jagad barusan.

"Tidak, saya merasa harus melakukannya. Kamu pulanglah, sudah larut."

Hana mengangguk seraya tersenyum sekali lagi pada Jagad Dharmawan, pria paruh baya yang cukup banyak bicara. Rupanya Jagad tidak jauh berbeda dengan bapak-bapak pada umumnya, padahal anaknya tidak terlihat seperti itu. Mengingat ekspresi kaku Ganendra, Hana buru-buru menggeleng. Ia harus bergegas pulang, paling tidak, ia tidak bertemu lagi dengan putra tunggal pemilik perusahaan besar itu. Berurusan dengan orang-orang kaya hanya akan mempersulit hidupnya.

***

"Saya belum bisa beri tanggal pastinya," ucap Ganendra, berusaha agar nada bicaranya tetap dan tidak naik barang satu oktaf.

"Kakek sudah tidak punya banyak waktu. Kakek mau melihat kamu menikah sebelum mati."

"Kakek akan baik-baik saja, sampai saya menikah dan punya anak. Kakek nggak perlu menghawatirkan apa-apa, cukup fokus pada pengobatan kakek," ucap Ganendra lagi.

Tidak ada jawaban apa pun dari sang kakek. Beliau hanya menghela napas kemudian kembali berbaring begitu saja. Penyakit jantung kronis yang diderita kakeknya memang bisa kambuh kapan saja, bahkan dokter pun sudah memberi vonis. Namun, meski begitu Ganendra yakin, bahwa kakeknya akan baik-baik saja seperti selama ini. Ia bahkan sampai mengunduh aplikasi Pacar Sewaan di ponselnya hanya demi menenangkan sang kakek. Padahal sebelumnya, Ganendra bersumpah untuk tidak akan pernah mengunduh apalagi menggunakan aplikasi itu.

Ganendra mengusap wajahnya kasar. Ini bukan perihal penting, tapi apa pun yang jadi keinginan Kakek Sudiro adalah perintah bagi Ganendra. Setelah memastikan kakeknya beristirahat, ia segera keluar ruangan. Namun, betapa terkejutnya Ganendra ketika tak mendapati keberadaan Hana di sana. Hanya ada sang ayah yang sedang duduk sendirian sembari memainkan game di ponselnya.

"Ke mana gadis itu, Yah?" tanya Ganendra panik, membuat Jagad refleks menoleh pada putra satu-satunya itu.

"Dia bukannya pacar kamu?"

"Ayah nggak ngomong apa-apa, kan, sama dia?" tanya Ganendra lagi. Ia mulai curiga kala melihat senyum dari wajah ayahnya.

"Ayah suruh dia pulang aja. Jangan lupa kamu bayar dia dengan layak, kelihatannya dia ketakutan tadi."

Ganendra sudah tidak terkejut lagi mendengar ucapan ayahnya. Biar bagaimanapun, orang yang paling dekat dengannya hanyalah sang ayah. Jadi meski Ganendra sangat pandai menyembunyikan apa pun dari semua orang, ia tidak akan bisa membohongi sang ayah.

"Kenapa malah Ayah suruh pulang?! Endra mau antar dia." Entah kenapa Ganendra mendadak panik. Ia bahkan belum sempat berterimakasih pada gadis itu.

"Perhatian amat, biasanya kamu cuek," ucap Jagad asal.

"Ayah, nih! Yaudah, Endra mau ke bawah dulu."

Namun, Ganendra terlambat. Hana sudah tidak ada di tempat. Beberapa kali Ganendra sempat menghubungi nomor Hana yang tertera di aplikasi, namun tetap tidak terhubung. Hana memang sengaja mencantumkan nomor yang berbeda dengan nomor pribadinya di aplikasi untuk mencegah orang-orang iseng yang akan menghubunginya. Mencari gadis itu bukanlah hal yang rumit untuk seorang Ganendra, namun satu hal yang Ganendra sadari baru saja terjadi pada dirinya. Hal gawat yang akan membuat hidupnya dipenuhi hal-hal tidak penting lainnya. Perlahan, Ganendra menghela napas pelan sembari mencari cara untuk menemukan gadis itu. Ia bertekad untuk menemukan gadis itu, bagaimanapun caranya.

"Saya pasti akan menemukan kamu."

***