webnovel

Marvel Dc: Pahlawan Bajingan

Hari ketika dia terbangun dari tidur menyenangkan, Yves menyadari bahwa dirinya tak lagi ada di dunianya yang asli. Dunia ini sangat berbeda, ada Pahlawan Super yang memiliki kekuatan besar, Penyihir dengan umur panjang, serta Supervillain yang mampu meledakkan sebuah galaksi hanya dengan satu jentikan jari! Yves yang diberi kesempatan kedua tentunya tak tinggal diam, dia langsung mengerahkan seluruh tenaganya untuk menjemput para wanita-... Tidak, tidak, tentu saja mencapai puncak kehidupan di dunia baru ini! Tunggu... Ibu Steve Rogers hamil? Wonder Woman terlihat bergandengan tangan dengan laki-laki yang tak dikenal? Ancient-One menyerahkan gelarnya ke pria lain??? Wtf! *** Advanced chapters available on; patréon.com/Mizuki77

Mizuki77 · Cómic
Sin suficientes valoraciones
226 Chs

Bab 88

Hukum kekekalan energi bukanlah omong kosong belaka, di dunia ini tidak ada orang yang tak terkalahkan. Di langit, masih ada langit!

Tidak ada orang yang tak terkalahkan, hanya ada taktik yang tak terkalahkan. Ambil contoh Iron Man, baju besinya sangat bagus dan kuat, kan? Tapi bagaimana jadinya jika dia bertemu dengan Magneto? Iron Man vs Magneto seperti seorang anak yang mencoba melawan ayahnya.

Magneto memang kuat, tapi bagaimana jadinya jika dia bertemu dengan Charles? Nasibnya akan sama seperti Iron Man.

Charles dan Steve memang kuat, tapi jika mereka bertemu dengan Yves, kedua anak angkat itu harus memanggilnya Ayah. Hal ini merupakan sebuah kebenaran yang nyata.

Magneto vs Superman? Magneto akan dipukuli menjadi babi, tapi jika Superman bertemu dengan Zatanna, Superman akan akan berlutut sambil berkata, "Kakak Ipar, tolong ampuni aku."

Superman bertemu dengan Yves? Pria super itu harus memanggilnya ayah! Hahaha.

Di dalam ruangan tertentu, Yves memeriksa perlengkapan uji coba untuk menguji ide barunya. Di pinggir ruangan, Sinthea duduk sambil menonton apa yang dilakukan pria muda itu. Dalam hati dia bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang dilakukan Yves?

Yves sibuk mengutak atik sebuah cairan serta tabung kecil panjang. Setelah selesai, dia mencoba menulis beberapa kata. Tak lama kemudian, suara *pop!* terdengar. Karena kelonggarannya, tabung plastik itu langsung terpisah dari bola besi kecil yang terpasang di ujung.

"Sungguh? Membuat hal ini saja susah sekali." Yves membuang tabung plastik yang rusak ke samping sambil menghela nafas tak puas.

Kemarin Yves berpikir keras apakah dia harus membuat Bolpoin atau tidak, pada akhirnya dia tidak bisa menolak godaan akan paten baru yang akan mempermudahnya membeli kebutuhan bayi di masa depan. Oleh sebab itu dia sibuk di dalam ruangan ini untuk menerapkan idenya.

Karena Yves dan Red Skull masih bekerja sama di permukaan, jadi semua barang-barang dan peralatan dapat digunakan sesuka hatinya.

Percobaan selanjutnya, Yves mencetak bentuk bolpoin sesuai kebutuhannya. Setelah menuangkan tinta ke dalam tabung, sekarang saatnya untuk mencoba bolpoin itu lagi.

Yves mengambil kertas putih lalu menulis secara acak di atasnya. Pada walnya, karena tidak ada penetrasi, hanya ada tanda kata tanpa tinta. Tapi setelah menggores beberapa kali, akhirnya tinta itu keluar.

Sinthea yang selama ini diam bertanya dengan rasa ingin tahu, "Kamu sedang melakukan apa?"

Yves menunjukkan bolpoin yang selesai dia buat sambil memutarnya di tangannya dengan ahli. "Sinthea, aku harap kamu memanggilku 'Suami'. Ini adalah bolpoin, alat yang lebih sederhana dari pada pena manual. Selain memiliki stabilitas yang baik, harganya juga lebih murah." Yves memberikan bolpoin itu kepada Sinthea untuk dilihat.

Hal itu hanyalah gadget kecil, tidak perlu terlalu pelit. Meskipun bolpoin ini akan laris manis, tapi setelah masuk ke abad 21, penggunaan bolpoin akan berkurang karena mainstreamnya komputer dan laptop.

Sinthea yang mendengar pria itu ingin dirinya memanggil dengan sebutan suami langsung mencbir. Yves masih belum memiliki kualifikasi itu, paling-paling hanya pacar. Jika bukan karena pria itu mengambil sesuatu yang sangat berharga darinya, dia tidak akan peduli kepada pria itu.

Sinthea mengambil bolpoin itu lalu menuliskan sesautu di atas kertas. Ketika melihat hasilnya, dia merasa bersemangat. Meskipun hal itu bukanlah penemuan besar, tapi yang pasti hal ini adalah inovasi yang hebat!

Yves tidak khawatir penemuan barunya akan dicuri, dia langsung menemui Dr. Zola lalu menyerahkan bolpoin tersebut. "Dr. Zola, bagaimana kalau kamu mencoba pena ini?"

Zola yang sedang sibuk melakukan pekerjaannya dengan enggan menoleh ke arah pria itu. Jika Yves adalah orang biasa, maka dia akan langsung menyuruhnya untuk pergi.

"Hmm? Ini seperti pena, lebih efisien dan juga nyaman di gunakan. Apakah ini penyempurnaan dari pena yang sudah ada?" Zola bertanya.

"Bukan pena, tapi Bolpoin. Dengan alat ini, anda tidak lagi perlu menyerap tinta untuk dapat menulis, selama tinta masih ada di dalam tabung, anda dapat terus menulis. jika kebutuhannya berbeda, maka tinta itu dapat di rubah warnanya."

"Ngomong-ngomong, senior, bisakah aku meminta bantuanmu?" Yves tersenyum.

Mulut Dr. Zola berkedut, bajingan itu pasti ingin mencoba memanfaatkannya, "Katakan, jika aku bisa membantumu, maka aku tak akan keberatan."

Yves langsung merasa gembira, Yves menjawab sambil menepuk bahu Dr. Zola secara akrab. "Senior, karena anda sangat mengenal lingkungan Berlin, bisakah anda mendaftarkan paten untukku? Aku yakin hal ini akan dapat menghasilkan banyak uang!"

"Jangan khawatir, saya akan memberi anda bagian."

Dr. Zola terdiam. Selama ini dia hidup dalam pembiayaan militer. Dia tidak terlalu tertarik dengan uang ataupun wanita. Selama ini dia makan, minum dan tidur dibiayai oleh negara!

"Oke, aku akan menanganinya dalam dau hari kedepan." Zola menangguk.

"Tidak, tidak, kita akan menyelesaikannya hari ini. Ayo, aku akan menemani anda!"

Dr. Zola tidak dapat berbuat apa-apa, bajingan yang satu ini memang cukup merepotkan. Dia menyesal, mengapa dia mencoba mendekati pria muda ini?

Dengan koneksi Zola yang sangat kuat di Jerman, proses paten tersebut selesai dalam waktu kurang dari satu hari. Zola yang marah segera kembali untuk melanjutkan penelitiannya.

Adapun Yves, dia dengan senang hati mengambil sertifikat paten barunya tersebut kemudian pergi dengan Sinthea dengan kendaraan militer.

"Mau kemana?" Tanya Sinthea dari kursi penumpang.

"Pergi ke Howard, aku akan menyerahkan paten ini kepadanya. Dia yang bertanggung jawab dalam menghasilkan uang untukku." Yves berkata tanpa malu-malu.

"Apakah kamu tahu di mana dia sekarang?"

"Aku tidak tahu, tapi kamu pasti tahu." Yves tersenyum.

"Dasar bajingan..." Sinthea tahu apa maksud Yves. Jika dia bisa, dia ingin menembak kepala pria ini!

-----

baca bab di 181;

patréon.com/mizuki77

ko-fi.com/mizuki77