Doren menatap kepergian Aimee dengan perasaan tidak enak. Memukul pundak Molly, lalu marah-marah.
"Kau ini! Tidak bisa sedikit saja menjaga mulutmu itu di depan Aimee?" protes Doren.
Menatap tidak mengerti dan menggerutu. Molly merintih.
"Apa-apan sih kau, Doren? Kenapa memukulku? Memangnya aku salah bicara?" balas Molly.
Menatap sinis dan membalas. Doren tidak pernah senang jika ada orang yang mengganggu Aimee meskipun dia tidak sengaja melakukannya.
"Kau tahu Aimee adalah seorang janda tanpa anak. Sama seperti Zack. Dan kata-katamu itu pasti mengingatkannya pada masa lalunya."
Molly menutup rapat mulutnya.
Menatap prihatin dan ikut merasa tidak enak hati.
"Maaf... aku tidak sadar. Mana aku ingat Aimee sudah menikah dan pernah bercerai?! Kejadiannya 'kan sudah lama sekali. Sebelum dia masuk dan bekerja di perusahaan ini. Lalu aku masuk 1 tahun lebih lambat dari Aimee."
Elsa menghela napas.
"Sudahlah, Doren. Aku yakin Molly tidak bermaksud menyinggungnya. Lagipula, kita semua juga tidak sadar. Tapi, kau yakin karena kata-kata kita. Aimee tersinggung?"
Menggeleng dan mengangkat bahu.
"Entahlah. Sepertinya bukan. Tapi, aku ingin memperingatkan kalian untuk mengontrol ucapan kalian ketika bersama dengan Aimee," seru Doren mengingatkan.
"Dia adalah wanita yang sensitif. Lebih senang menarik diri daripada menunjukkan kebenaran atau menjelaskan sesuatu. Aimee adalah wanita yang lebih senang memendam segalanya sendirian daripada berbagi."
Semua orang nampak mengerti dan setuju.
Lagi-lagi Gracia menyelak dengan argumennya yang menyita perhatian.
"Tapi bagaimana Aimee bisa mengikuti visi baru-nya? Tidak ingin menikah dan menjadi wanita kaya di masa pensiunnya?"
Semua wanita saling menatap.
Tidak berani memberikan komentar karena di antara mereka masih ada yang belum menikah.
Tasya, Elsa dan Amanda telah berusia 25 tahun.
Elsa sudah menikah dan punya satu orang anak laki-laki. Amanda sedang mengurus pertunangan dan pernikahannya dengan pacar yang dia pacari selama 4 tahun.
Gracia dan Doren tahun ini akan berumur 28 tahun. sedangkan Molly sama seperti Aimee telah menginjak usia 30.
Gracia masih belum membicarakan soal pernikahan dengan pacarnya. Tapi mereka berencana akan menikah 2 tahun lagi.
Lalu Doren dan Molly sudah menikah pada usia muda. Menginjak usia 19, keduanya memutuskan untuk membina rumah tangga dan beranak cucu. Agar ketika akan anak mereka menginjak dewasa, penampilan mereka dengan para anak-anak tidak terlalu berbeda jauh.
Bisa melihat cucu mereka tumbuh dewasa. Doren sudah memiliki sepasang anak kembar. Sedangkan Molly sudah memiliki tiga orang anak yang masing-masing dari mereka terpaut usia 2 tahun.
Paling kecil berumur 6 tahun dan paling besar berumur 10 tahun.
Lalu ternyata, jika dipikir-pikir lagi. Molly terkadang lupa jika dia sudah berumur dan memiliki buntut.
Tidak bisa menghilangkan kebiasaannya senang melihat pria tampan dan bertingkah seperti anak-anak.
Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan Molly tampak sangat muda tidak kalah dari Tasya dan Amanda.
Doren dan Gracia selalu menjadi yang paling dewasa di antara semuanya. Sering memberikan nasehat dan informasi penting.
Tasya nampak bingung dengan pernyataan Gracia. Wanita yang kelap lebih senang dipanggil Grace.
"Apa sebenarnya maksudmu, Grace?"
Perbedaan usia yang cukup jauh, tidak menjadikan Tasya harus memanggil Grace dengan embel-embel panggilan yang lebih sopan. Karena mereka semua sudah berkomitmen untuk bersikap setara.
Menganggap mereka seumuran dan selalu muda meski umur mereka terus bertambah dan bertambah.
Grace manatap Tasya heran.
"Kau tidak tahu?"
Menggeleng dan mengangkat bahu. Tasya merasa dia belum pernah mendengar hal itu.
"Oh! Ayolah, Tasya! Bagaimana mungkin kau bisa tidak tahu?" protes Elsa.
Berpaling menatap Elsa.
Molly ikut bingung.
"Aku juga sepertinya baru dengar hal ini. kapan Aimee pernah mengatakannya? Kalian melewatkan pembicaraan penting tanpa aku?" protes Molly.
Tidak benar-benar serius marah. Hanya sekedar ingin menegaskan sesuatu.
Gracia, Doren dan Amanda saling menatap.
"Intinya. Aimee tidak ingin menikah lagi, Sya. Dia memutuskan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan menimbunnya. Lalu setelah pensiun, dia tinggal menikmati hasilnya sampai akhir hayat."
Tasya sedikit bergidik mendengar rencana yang sangat Aimee tekuni.
"Apakah ada seorang saja yang sanggup menjalaninya?" tanya Tasya serius.
Doren mengangguk.
"Ada dan banyak. Mereka cenderung seperti itu karena menemukan ada banyak hal yang lebih penting dari sekedar menikah. Sukses dengan jalan mereka sendiri dan bahagia dengan zona aman mereka."
Tasya dan Molly akhirnya paham.
"Aku setuju. Menikah memang bukan segalanya. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup. Dan juga orang yang mementingkan pernikahan di atas segalanya. Keluarga bagi mereka adalah nomor satu. Lalu ada juga yang menciptakan target untuk masing-masing dari mereka,"
Amanda menggoda Molly.
"Hayoh! Kamu berada di pola pikir mana, Mol?" canda Amanda.
Gracia melanjutkan kalimatnya yang tertunda. Menatap Doren dan mengeluarkan pertanyaan lagi padanya.
"Karena itu, dia sangat sulit diajak pergi keluar untuk bersenang-senang? Lebih sibuk daripada kita-kita yang sudah berkeluarga dan harus mengurus anak. Aimee sengaja jarang ikut bergabung karena sayang pada uangnya?"
Menggaruk kepala dan tidak percaya Gracia bisa berpikiran sempit. Doren menggeleng.
"Tentu saja tidak. Aimee tidak sepelit itu. Tapi sangat hemat. Itu sebabnya penampilan Aimee juga sangat sederhana. Aimee hanya terlilit cicilan rumah," tukas Doren menyampaikan informasi penting.
Tasya dan Amanda mengarahkan tatapan mereka pada Doren.
"Aimee akan menjadi ibu kos dan ternyata dengan cara itu dia bisa hidup enak di masa tuanya?"
Seperti ingin mencoba mengikuti jejak Aimee.
Pikiran Tasya dan Amanda melayang kemana-mana.
"Tapi tunggu sebentar. Bukankah sejak tadi kita terus membahas soal pria tampan kita, Zack. Kenapa kita jadi membahas Aimee dan rencana masa depannya?"