"Pergi ke alamat ini, ya, Pak."
Sopir taksi itu pun langsung menganggukkan kepala setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di belakangnya saat ini.
Selama perjalanan Jane tidak henti-hentinya tersenyum karena setelah sekian lamanya ia baru bisa kembali bertemu dengan pria itu sehingga saat ini dirinya sangat tak sabar untuk segera memeluk erat David.
Di saat semua orang menjauhinya hanya karena berita miring tentang pria itu, akan tetapi tidak dengan seorang wanita yang satu ini.
Maka dari itu, David sangat tidak ingin kehilangan Jane, begitu pun sebaliknya. Mereka sama-sama saling mencintai, tetapi salah satu di antara keduanya selalu merasa ada sesuatu yang menghalangi sehingga sampai saat ini statusnya masih tetap bertahan sebagai seorang sahabat.
Terkadang rasa ingin memilikinya sangat begitu besar dan menggebu-gebu, tetapi saat mengetahui sebuah kenyataan bahwa David tidak bisa mengubah status mereka lebih dari sekadar sahabat dengan alasan 'takut kehilangan' membuat perasaan Jane kembali menciut.
Mengingat kenyataan yang selama ini dijalaninya membuat Jane tersenyum, ia menyunggingkan kedua sudut bibirnya sejenak sebelum akhirnya dirinya menghela nafas.
Saat ini Jane sedang menatap wallpaper ponselnya sendiri yang memperlihatkan foto David yang sedang tersenyum membuat wanita tersebut merasa sesak.
"Aku mencintaimu, David. Aku akan tetap bertahan untukmu."
***
Seorang pria baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung berjalan menuju walk in closet untuk mencari sebuah piyama tidur miliknya. Setelah itu keningnya langsung berkerut ketika teringat bahwa Jane belum sama sekali mengabarinya membuatnya menghela nafas.
David langsung berjalan keluar dari sana dengan pakaian tidurnya. Pria itu sedang mencoba menghubungi seseorang yang mungkin saja masih berada di dalam perjalanan.
Hingga akhirnya panggilan pun tidak terjawab membuat David langsung meremas ponselnya sendiri dengan kekhawatirannya yang begitu luar biasa.
"Jane, kau membuatku tidak tenang. Sebaiknya aku cari dia saja."
Dengan cepat pria itu langsung mengambil kunci mobil yang berada di atas meja sebelum akhirnya berlari keluar kamar untuk mencari seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
Ia menuruni tangga dengan tergesa-gesa hingga akhirnya dirinya kini langsung berlari menuju ke pintu utama.
Sesaat setelah David baru saja keluar dari Mansion, ia melihat sebuah taksi yang berhenti tepat di depannya membuat dirinya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.
Terlihat seorang gadis yang berada di depan sana baru saja keluar dari dalam taksi membuat David bernafas lega. Tadinya ia pikir mungkin saja telah terjadi sesuatu kepada wanita itu sehingga dirinya harus segera pergi menyusul untuk mencarinya.
Hingga sesaat setelah Jane menurunkan koper dari dalam bagasi, wanita itu tersenyum ke arahnya dengan menarik koper tersebut sembari berjalan ke arahnya.
"Oh, kau belum tidur?" Jane menaikkan kedua alisnya setelah menyadari keberadaan David di hadapannya. "Hay, David. Selamat malam."
Sementara itu seorang pria yang berada di hadapannya pun langsung menghela nafas dengan kedua matanya yang tidak pernah lepas memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
Jane melihat seseorang yang berada di hadapannya saat ini yang sedang menggenggam kunci mobil yang membuat wanita itu langsung kembali memandang wajah dari seseorang tersebut.
"David, kau mau pergi ke mana?" lanjutnya lagi dengan kedua alis yang terangkat.
Beberapa saat kemudian pria itu langsung memeluk erat seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
Jane terkejut dengan apa yang baru saja terjadi kepadanya saat ini hingga akhirnya wanita tersebut langsung melepaskan salah satu pegangannya pada koper untuk sekadar membalas pelukan dari seorang pria yang berada di hadapannya saat ini.
"Aku pikir terjadi sesuatu kepada dirimu, Jane."
Wanita itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas, kemudian menyunggingkan kedua sudut bibirnya sejenak sebelum akhirnya mengusap punggung milik seorang pria yang berada dalam pelukannya saat ini.
"Tidak, kau tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja, David."
Inilah kenyamanan yang selalu mereka bagikan kepada satu sama lain. Rasa yang memberikan semua yang dibutuhkan oleh Jane dan David. Terutama, saling menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki satu sama lain.
"Aku tidak akan melepaskanmu lagi," ujar David yang kini mencium leher wanita itu. "Kau benar-benar membuatku gila."
***
Kini keduanya berada di meja makan karena Jane yang memaksa untuk makan malam bersama. Sejujurnya David sangat jarang untuk makan di Mansion karena pria itu yang selalu memilih untuk makan di luar saja.
Akan tetapi kali ini kedatangan Jane membuat pria itu harus makan di Mansion sehingga kini David dengan bosan menunggu wanita itu selesai memasak.
"Jane," panggil pria itu dengan wajah yang lesu. Sedangkan seorang wanita yang berada di hadapannya saat ini pun langsung mendongakkan ketika mendengar suara yang memanggilnya.
"Ya, ada apa David?" tanya Jane yang saat ini sedang berkutat di dapur.
"Apa kau masih lama? Perutku memang lapar, tetapi aku sudah mengantuk."
Wanita itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya Jane pun kembali berkata, "Tunggu, makanannya akan segera matang sebentar lagi."
Akhirnya David pun dengan pasrah menunggu wanita itu selesai memasak hingga bau wewangian yang begitu menggoda membuat pria tersebut menjadi merasa lapar dan rasa kantuk pun sudah hilang.
Tepat di depan sana Jane sedang berjalan mendekat ke arahnya dengan masakan buatannya tersebut yang baru saja matang.
Wanita itu tersenyum sebelum akhirnya menyimpan makanan tersebut di atas meja, kemudian Jane mulai menarik kursi dan mendudukkan dirinya tepat di hadapan David.
"Wah, sepertinya sangat enak," puji David dengan senyum yang begitu lebar. "Aku sangat suka setiap kali kau membuatkan sesuatu untukku."
Jane yang mendengarnya langsung terkekeh sembari menggelengkan kepala sebelum akhirnya wanita yang berada di hadapannya itu pun berbicara.
"Kau ini bisa saja, padahal tadi kau sempat mengeluh karena menungguku terlalu lama."
Pria itu langsung menipiskan bibirnya sejenak dengan satu tangan yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum akhirnya menatap seseorang yang berada di hadapannya sembari tersenyum.
"Sudah, ayo kita makan. Sedari tadi cacing di perutku terus saja berteriak meminta untu di asupi makanan," lanjut Jane yang langsung diangguki oleh David.
"Ayo, selamat makan!" sahut David dengan antusias.
Jane yang melihatnya pun menggelengkan kepala terheran melihat seorang pria yang berada di hadapannya saat ini yang begitu lahap menyantap makanannya.
Sikap David yang jarang diketahui oleh orang lain, bahkan keluarganya sendiri. Di satu sisi Jane juga merasa kasihan kepada pria di hadapannya itu, akan tetapi di sisi yang lainnya wanita itu ingin selalu ada di sampingnya, meskipun pada kenyataannya akan terasa sangat sulit.
"Kenapa kau malah melihatku? Ayo cepat makan, atau biar aku yang menghabiskan semuanya."
Mendengar itu membuat Jane langsung kenaikkan kedua alisnya dan berkata, "Hey, kau enak saja. Aku akan mencekikmu jika kau berani melakukannya, huh!"
Sementara itu David yang berada di hadapannya pun langsung menyeringai puas melihat bagaimana wajah Jane yang sedang kesal.