webnovel

Mantra Cinta

Ketika cinta ditolak, dukun bertindak. Kisah petualangan cinta Ganang dan Arumi yang tak kunjung bersatu. Masa lalu menjerat mereka pada hubungan yang rumit. Akankah Ganang dan Arumi dapat bersatu?

D_Poetry · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

Sial

Part 19, Sial

Ganang masih duduk dalam posisi yang sama ketika pulang dari kediaman Arumi, di apartemennya, setelah mengantarkan Anggun yang sedang mabuk berat. Ada rasa bahagia mengetahui keberadaan Arumi dan tempat tinggalnya. Ia bisa dengan mudah mengunjungi gadis itu.

Namun, tidak disangka bahwa ternyata Arumi sungguh berbeda dari gadis lain yang pernah dikenal Ganang. Dia adalah gadis mandiri yang berpikir positif dan realistis terhadap segala sesuatunya. Tidak heran bahwa gadis itu dengan mudahnya menolak tawaran Ganang.

Sejak semalam, Ganang tak mampu memejamkan kedua matanya. Pikirannya masih tertuju pada Arumi, yang menolaknya mentah-mentah. Baru kali ini Ganang merasa ditolak oleh seorang perempuan. Biasana, tanpa meminta, para gadis itu akan berdatangan mengharapkan cintanya.

Arumi sungguh berbeda, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan para gadis lainnya. Para gadis itu akan dengan senang hati bila mendapatkan tawaran darinya. Namun, tidak dengan Arumi yang penuh dengan teka teki.

Mata Ganang hingga kini masih terbuka lebar. Padahal sudah terasa panas di pelupuknya. Ingin memejamkan mata barang sejenak, tapi kedua matanya seolah tidak mau diajak kerja sama.

Dalam posisi duduk dan tatapan mata tertuju lurus ke depan, akhirnya Ganang mampu memejamkan mata.

***

"Tahukah kamu, bahwa kamu telah mencuri hatiku?" ucap Ganang pada Arumi yang berada dalam dekapannya. Tatapan mata gadis itu menusuk tajam menembus jantungnya. Mata yang memikatnya, yang membuatnya jatuh cinta.

Rambut hitam panjang milik Arumi diterpa angin pantai, hinggap di wajahnya, menyentuh bibir mungil miliknya yang tanpa ada sentuhan lipstick. Gadis ini masih sangat memukau, sangat memikat hatinya.

"Kamu berbohong," ucapnya dengan tegas.

Ganang tergelak mendengar ucapan singkat Arumi. Gadis itu masih tidak mempercayainya. Meskipun Ganang telah melakukan semua, untuk menunjukkan kepedulian dan kasih sayang, tapi Arumi masih tak kunjung mempercayainya. Ganang terkadang merasa putus asa dengan perbuatan gadis itu.

"Untuk apa aku berbohong, aku bersungguh-sungguh. Nyatanya, tidak ada satu orang gadis pun yang kudekati selain kamu," ucap Ganang, jujur.

Memang benar, selama beberapa hari terakhir ini Ganang tidak pernah lagi terlibat berhubungan dengan wanita mana pun. Biasanya, sepulang dari diskotek, ia akan membawa pulang seorang wanita. Kini jauh berbeda, ia seolah tidak memiliki ketertarikan pada seorang wanita lagi, selain Arumi.

Sungguh tidak masuk di akal Ganang, betapa pengaruh Arumi teramat besar dalam hidupnya. Ganang yang mendapatkan julukan 'Playboy' kini seolah bertekuk lutut pada seorang wanita.

Bersyukur bahwa akhirnya Ganang dan Arumi saling menyukai, sehingga hati mereka saling bertaut satu sama lain. Dan itu adalah sumber kebahagiaan yang dirasakan oleh Ganang, kini ia telah berhasil memenangkan hati Arumi.

"Apakah aku sedang bermimpi, karena berhasil memilikimu?" tanya Ganang, lirih.

Senyum tipis di bibir Arumi yang memerah seolah satu ungkapan bahwa ia pun memiliki rasa yang sama denganya. Rasa saling mencintai, dan memiliki satu sama lainnya.

"Aku milikmu, saat ini, Sayang…," bisik Arumi di telinga Ganang, yang membuat tubuhnya menegang menahan hasrat.

Arumi mendekatkan bibirnya perlahan ke bibir Ganang, kemudian mengecupnya, lama. Ganang yang telah lama memimpikan memiliki Arumi merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Ia kemudian membalas kecupan Arumi.

"Aku mencintaimu, Arumi!" bisik Ganang di telinga Arumi.

"Apakah kamu akan selalu mencintaiku. Selamanya?" Arumi bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Tentu saja, Sayangku." Ganang kembali mengecup bibir lembut Arumi, tenggelam dalam semua rasa yang menyatu. Tubuhnya bergetar, merasakan sensari yang muncul, yang tak ingin dilewatinya begitu saja.

Getaran di tubuhnya kian kuat terasa, berulang kali.

Drrt… drrt… drrt…

Ganang seolah tak lagi mampu menahan hasrat dalam jiwanya, hingga bagian bawah tubuhnya bergetar sedemikian rupa. Dirabanya tubuh bagian bawahnya yang bergetar kian kencang, kemudian, tangannya memegang suatu benda berbentuk persegi panjang.

Benda itu bergetar, sangat kuat, hingga akhirnya membangunkan Ganang dari dalam mimpinya.

Ganang membuka pintu apartemennya, seketika itu pula kepala Sherly muncul dengan senyum lebar di bibirnya.

"Pagi, Abang …." Sherly menyapa Ganang dengan ceria. Ketika melihat wajah Ganang dengan kantung mata menghitam seperti Panda, Sherly terlonjak. "Hei, ada apa dengan matamu, Bang?"

Ganang melebarkan pintu, kemudian membiarkan Sherly menutupnya. Sementara ia berjalan menuju ke bagian dapur, mengambil segelas air putih yang berada di atas meja makan.

Sherly yang merasa diabaikan mengangkat bahunya, lalu mengekori langkah Ganang menuju kearah dapur. Matanya nanar memperhatikan kondisi apartemen Ganang yang tampak berantakan di bagian dapur. Piring dan gelas kotor menumpuk di tempat cucian piring.

Tanpa diminta, gadis itu segera mencucinya, kemudian meletakkannya di atas keranjang khusus perlengkapan dapur. Semua dikerjakannya dengan cekatan, dan semua piring serta gelas kotor yang menumpuk kini telah siap dipakai dan tertata di atas keranjang.

Ganang memperhatikan Sherly yang sedang mengelap meja di bagian dapur. Dengan menggunakan rok hitam pendek di atas lutut, memperllihatkan kakinya yang putih mulus. Hari ini gadis itu memadu padankan atasan dengan kemeja lengan panjang berwarna ungu muda, membuatnya tampak anggun.

"Abang sudah sarapan?" Sherly bertanya pada Ganang yang sedang duduk di kursi dengan satu gelas kosong di telapak tangan kanannya.

"Ada apa? Pagi-pagi sudah datang kemari?" tanya Ganang setelah sedari tadi diam saja.

"Hmm … ga ada apa-apa sih. Memangnya ga boleh main ke sini?" Sherly kembali bertanya dengan alis mata diangkat. Gadis itu duduk di hadapan Ganang. Dengan kedua tangan terlipat di atas meja. "Abang punya apa aja? Biar kubuatin sarapan, ya?"

Sherly berdiri kemudian berjalan mendekati kulkas yang berada di samping meja dapur. Sherly mengangkat bahunya, melihat isi kulkas yang lumayan banyak isinya. Sayang sekali kalau tidak diolah.

Dipakainya celemek yang tergantung di samping kulkas, kemudian mengeluarkan bahan makanan yang akan diolahnya. Ia memasak nasi pada mesin otomatis yang bisa memasak dengan cepat. Sambil menunggu nasi matang, gadis itu dengan cekatan memotong sayur-sayuran, serta mempersiapkan bumbu-bumbunya.

Ganang yang sedari tadi memperhatikan Sherly yang asyik memasak di dapur, kemudian memilih masuk ke dalam kamarnya. Ia ingin membersihkan diri. Ganang ingin menyegarkan dirinya setelah malam panjang tanpa tidur dan mimpi indah yang harus berakhir karena kedatangan Sherly.

Ganang mendengus kesal mengingat mimpinya barusan yang harus terpotong secara tiba-tiba. Padahal seharusnya ia bisa menikmati mimpi itu hingga tuntas. Dan bayangan wajah Arumi mulai hadir menari-nari di pelupuk matanya.

"Arumi Kinanti. Aku pasti bisa mendapatkanmu," gumam Ganang, lirih. Kedua jemarinya saling mencengkeram, seolah ingin memaksakan diri agar gadis pujaannya dapat bertekuk lutut di hadapannya.

Hawa dingin dari pendingin ruangan seolah tak lagi dirasa. Yang tersisa adalah rasa panas menyelubungi tubuhnya, terutama pada bagian kepalanya. Terlebih lagi hatinya yang tak dapat diajak bekerja sama. Seolah memberi dukungan atas niatnya.

***