Dinda dengan wajah kesalnya itu sampai di kediaman Dev, kekasihnya itu sejak beberapa hari lalu terus berulah dengan mengabaikan dirinya.
Dan, begitu Dinda sampai di depan pintu. Dia menempelkan jempolnya di alat sensor sidik jari tepat di samping handle pintu.
"Loh?"
Dinda terheran heran, sebab tak seperti biasa. Kali ini sesornya tak bisa mendeteksi sidik jari Dinda.
Sudah ia ulangi beberapa kali, tetap saja pintunya tak mau terbuka. Dinda beralih mengotak atik handle, hasilnya sama saja.
Pintu tetap akan terkunci, dari sini Dinda sadar kalau Dev sudah menghilangkan sidik jari Dinda dari sensor.
"Dev!" panggil Dinda tak lupa mengetuk pintu, awalnya hanya ketukan pelan.
Namun, sudah ditunggu sepuluh detik. Tak ada tanda tanda Dev akan muncul.
Dinda lakukan sekali lagi, masih sabar. Sampai pada akhirnya, Dinda terpancing emosi. Dia menggedor pintu itu dengan ke lima jemarinya.
Tak lagi menunjukkan sopan santunnya sebagai tamu, Dinda nekad berteriak di sana.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com