webnovel

Main Love

Dua insan manusia dengan latar belakang yang berbeda. Maya Salim adalah seorang yatim piyatu berumur 20 tahun yang tinggal bersama dengan adik laki-lakinya yang masih seorang pelajar dan bibi angkatnya. Menjalani kehidupan yang sulit karena kisah kelam di masa lalunya. Marven Cakra Rahardi, seorang pewaris utama dari grup Cakra perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia, yang membuatnya menjadi salah satu pria muda terkaya di Indonesia, ia merasa kesal dengan kakeknya yang mendesaknya untuk menikah dengan wanita kaya pilihannya dan selalu menghina ibu kandungnya yang hanya seorang wanita miskin. Sebuah desakan dan penghinaan, menjadi sebuah amarah berujung sebuah pernikahan kontrak. Marven melamar Maya, seorang pelayan dihadapan semua tamu kakeknya hanya untuk membuat kakeknya merasa terhina. Sandiwara cinta terpaksa dijalankan, tapi perlahan menjadi terbiasa dan berubah menjadi sebuah harapan namun dendam Maya di masa lalu selalu menghantui. Cinta yang perlahan muncul bersama keraguan. Rasa tidak percaya dengan cinta yang datang begitu cepat. Sebuah rahasia besar dibalik kisah asmara berselimut dendam masa lalu. Akankah cinta dapat menang melawan keraguan dan rasa sakit hati? (mengandung konten dewasa, mohon bijak sana dalam membaca 18++) *** hi, terimakasih karena sudah membaca novel buatan ku 。◕‿◕。 Aku akan sangat menghargai setiap review serta komen yang kalian berikan. (*˘︶˘*).。*♡ Kalian bisa menghubungi ku di : lmarlina8889@gmail.com

mrlyn · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
281 Chs

All I Do (4)

"Lebih baik aku mati dengan caraku sendiri dari pada mati dipukuli olehnya." Rara menjerit penuh emosional sambil meraih garpu ditangannya dan berniat menusukannya ke pergelangan tangannya.

"Jika mau mati, jangan disini. Merepotkan sekali." Dengus Bisma, ia dengan santainya memakan roti bakar yang baru saja di hidangkan oleh pelayan.

Maya tersenyum, ia sangat menyukai bagaimana Bisma mematahkan semua tipuan licik wanita dihadapannya ini, jika Marve tidak disini maka ia telah memberikan pisau pada wanita itu.

"Bisma.." Marve menegur, Maya lantas melirik kesal, mengapa Marve malah terkesan melindungi Rara membuatnya merengut, begitupun dengan Bisma yang lantas meletakan potongan roti yang belum dimakannya habis dan segera meraih ponselnya.

Ia lantas menghubungi pengacara andalan Marve dan memintanya membantu perceraian Rara agar wanita yang terlihat seperti rubah baginya cepat segera mengangkat kaki dari rumah Marve dan Maya.

"Ia akan menemuimu siang ini. Ceritakan semua kepadanya dan dapat dipastikan kamu akan berhasil bercerai dengan suamimu serta mendapatkan hak asuh atas putrimu secepatnya." Jelas Bisma, Rara mengerutkan keningnya, ia ingin proses perceraiannnya dengan suaminya berjalan lebih sulit agar ia dapat lebih lama tinggal di rumah ini dan mendapatkan kesempatan untuk mendekati Marve kembali.

"Akan lebih baik kamu kembali kekeluargamu agar mereka dapat membantumu." Ucap Marve, oh akhirnya.. Maya berteriak senang dalam hatinya karena akhirnya Marve menyuruhnya pergi dari sini juga.

Rara terdiam, ia sungguh disudutkan oleh semua pembicaraan ini membuatnya merasa jika mereka semua tengah mengusirnya secara halus. Ia menatap bagaimana Maya menganggkat kepalanya lalu tersenyum tipis, wajah itu sangat menghinanya membuatnya benar-benar ingin menyiram segelas air ke wajah Maya.

"Keluargaku menikahkanku dengan suamiku karena mereka ingin memutuskan hubungan denganku, mereka menjodohkanku dengannya karena mereka ingin mengeluarkanku dari kartu keluarga mereka. Aku sungguh tidak punya siapa-siapa lagi yang ku kenal dekat selain Marven." Rara menangis kembali, ia lebih histeris dari sebelumnya, tentu saja.. bahkan jika perlu Rara dapat mengeluarkan air mata darah agar Marve mau tetap menampungnya.

Wah, wanita ini harusnya mendapatkan piala oscar, pikir Maya dengan sinis.

Maya sudah menebak, ia sangat tahu Marve memiliki hati yang hangat, jadi sudah dipastikan jika suaminya pasti merasa iba dan benar saja dugaannya karena Marve sudah mengerutkan keningnya.

"Baiklah.. kamu bisa tinggal dirumahku yang lain." Ucap Marve, ia tidak tega dengan keadaan Rara namun ia juga tidak dapat membiarkan istrinya terus terbakar api cemburu yang mungkin saja akan merusak kebahagiaan mereka.

Maya tersenyum, setidaknya ia tidak perlu merasa risau kalau-kalau Rara menggoda Marve ditengah malam tanpa sepengetahuannya, ia percaya pada Marve tapi tidak pada Rara, bagaimanapun mereka pernah memiliki masa romansa dan Maya masih dapat ingat dengan jelas bagaimana Marve menceritakan tentang dirinya yang patah hati akibat ditinggalkan oleh Rara, bisa saja Marve menjadi khilaf dan akhirnya membiarkan Rara menguasainya. Maya tidak akan pernah membiarkan sedikitpun wanita yang masih menangis dihadapannya ini menyentuh bahkan sehelai rambut Marve.

"Aku tidak mau.. bagaimana kalau-kalau ia datang mencariku dan membunuhku tanpa sepengetahuan orang lain. Aku tidak mau mati sia-sia." Rara berdalih, ia harus tetap tinggal dirumah ini bagaimanapun caranya.

"Mudah saja, kita bisa mengirimkan pejaga untuk menjagamu selama proses perceraian kalian berlangsung." Maya akhirnya angkat suara, ia sungguh geram dengan wanita dihadapannya, air mata palsunya membuatnya muak bahkan disaat tengah menangispun ia masih bisa-bisanya mencuri pandang pada Marve.

Marve mengangguk, ia sangat setuju dengan usulan Maya. "Betul kata istriku.. begitu jauh lebih baik."

"Ya.. Maya betul." Sahut Bisma menambah suara, kini sudah dipastikan jika Rara akan angkat kaki dari rumah ini.

Rara terdiam sejenak, ia memutar otaknya dan mencari cara apa lagi yang harus dikatakannya untuk tetap tinggal dirumah ini, ia kemudian menyeka air matanya.

"Hanya satu minggu saja, aku akan segera pergi dari rumah ini. Aku sungguh ketakutan hingga aku selalu mengalami mimpi buruk, aku telah pergi bersembunyi dirumah sahabatku dan ia tetap datang dan memukuliku hingga akhirnya aku berada disini karena hanya kamu yang memiliki kuasa dan suamiku tidak akan berani mendekati kediamanmu Marven. Aku mohon Marven.." Rara memohon sambil menempelkan tangannya, ia terlihat benar-benar sepeti seseorang yang memiliki trauma yang dalam.

"Baiklah.. hanya satu minggu, dan Bisma pastikan proses perceraiannya tidak lebih dari satu minggu." Ucap Marve, Maya menoleh, ia sungguh kecewa dengan sikap yang di ambil oleh Marve tapi ia tidak dapat menolak keputusan yang diambil oleh Marve, bagaimanapun ini adalah rumah Marve dan Maya tidak dapat berbuat apa-apa.

Akhirnya drama di pagi ini berakhir saat Marve berangkat kekantor bersama dengan Bisma.

Verronica kemudian datang, ia terlihat terkejut dengan kemunculan seorang wanita cantik yang tengah duduk santai menonton televisi sedangkan Maya malah sibuk membantu benerapa pelayan menata bunga dalam vas.

"Siapa wanita disana?" Verronica bertanya setelah berjalan mendekati Maya.

Maya mendesah "Mantan kekasaih Marve.."

"Apa?" Ini pertama kalinya Maya mendengar Verronica memekik karena begitu terkejut, hatinyapun masih tidak dapat menerima kenyataan suaminya menampung mantan kekasihnya dirumah mereka.

Verronica menggelengkan kepalanya "Marven sungguh bodoh." Cibirnya tidak tahan, Maya hanya dapat tertawa getir "Dia memang bodoh, baik hati dan kebodohan terkadang berbeda tipis." Sahut Maya, Marve memang bodoh seperti yang dikatakan oleh Verronica baru saja, siapapun akan mengatakan hal yang sama jika mengetahui jika ada seorang pria yang menyimpan mantan kekasihnya didalam rumahnya bersama dengan istrinya.

"Maya.. kamu tidak boleh mengendur.. Pastikan wanita itu tidak dapat menyentuh Marven, aku dapat merasakan niat jahatnya dari caranya bersikap di rumah ini." Verronica menasehati, mereka sudah semakin dekat jadi ia tentu saja memihak Maya karena Maya dalah istri sah Marve.

"Tentu saja.. aku bukan wanita yang mudah dikalahkan." Maya tersenyum, sebenarnya ia merasa dadanya terasa sangat sesak karena masalahnya dengan Kania bahkan belum terselesaikan dan kini ia harus mengeratkan gigi agar tidak lengah dan membiarkan wanita itu memiliki kesempatan untuk mendekati Marve kembali.

...

Hari sudah mulai sore saat Verronica akhirnya berkemas karena pelajaran hari ini telah selesai.

"Ingat kataku baik-baik, kamu tidak boleh lengah dan terlihat cemburu di hadapan wanita itu, cemburu akan membuatmu bertengkar dengan Marven dan itu adalah yang diharapkannya." Verronica menasehati sebelum akhirnya pulang.

Maya tersenyum, ia telah mengingat baik-baik apa yang telah dikatakan Verronica tentang cara menghadapi Rara.

....

Rara duduk menghampiri Maya saat Maya tengah berkumpul dengan beberapa pelayan.

Maya tidak berkata, ia hanya melirik sebentar dan kembali asik mengobrol sampai kemudian ponselnya berdering.

Dilihatnya 'Suamiku' tertera dalam layar ponselnya, Marve menghubunginya dan dengan penuh semangat Maya mengangkatnya.

"Kenapa?"

"Aku merindukanmu.." terdengar suara lembut dari balik telepon, wajah Maya seketika memerah sambil tersenyum ia menjawab dengan malu-malu "Aku juga merindukanmu mas."

Mereka berbicara dengan mesranya dibalik telepon membuat Rara memanas, Maya seperti sengaja memperlihatkan hubungan mesranya dengan Marve.

"Aku akan pergi mengunjungi Marve." Maya berbicara saat ia telah menutup ponselnya.

"Boleh aku ikut, aku sangat bosan." Rara bertanya tanpa malu dengan mata berbinar, Maya dapat membaca dengan jelas maksud Rara, ia kemudian tersenyum.

"Tidak." jawabnya singkat, membuat para pelayan menahan tawanya karena ketegasan Maya.

"Kalau kamu bosan, maka bantu saja pekerjaan bu Dewi mengurus rumah ini." Lanjut Maya sebelum akhirnya berjalan kekamarnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah.

...

hai.. Maaf atas keterlambatan upnya, aku cuma mau kasih sedikit info kalau aku gak bisa janji up dihari jum'at dan sabtu.

Tapi aku akan berusaha untuk up lebih baik paling tidak 1 bab sehari dihari lainnya.. terima kasih ????

mrlyncreators' thoughts