Ustadz Ali Maksum terus menyerang Farah dengan bacaan ayat-ayat Ruqyah beliau tidak memperdulikan jerit dan tangis Farah yang kesakitan, semua yang berada di situ merinding suasana mencekam ditambah lagi Arga terus muntah darah keadaan Arga semakin melemah dan akhirnya pingsan.
Farah melirik Arga dengan sorot mata tajam.
"Aku akan membawa dia pulang" suara Farah serak, sambil melirik Arga dan mencoba meraih tubuh Arga.
"Siapa yang akan kamu bawa pulang!" Ucap ustadz Ali Maksum pura-pura nggak tahu apa yang sedang Farah bicarakan.
"Laki-laki itu! akan ku jadikan dia pengikutku khe ... he ... he aku akan memiliki pengikut yang tampan!" Farah terkekeh, sorot matanya tajam seakan ingin melumat habis tubuh Arga.
"Dasar iblis laknatullah kamu tidak akan pernah bisa membawa siapapun sebab aku yang akan mengirimu ke neraka!" ucap ustadz Ali kasar.
"Memang tempatku adalah neraka dan aku akan membawa sebanyak-banyaknya manusia kesana, kuberikan mereka kenikmatan dunia agar mereka mau mengikuti ku greeeh ... grehhh" Farah mendesis dan berusaha mendekati Arga yang masih pingsan itu.
"Bentengi Arga jangan sampai ruhnya dibawa oleh iblis ini!" perintah ustadz Ali kepada murid-muridnya, para murid mengangguk dan terus membacakan ayat-ayat Al Qur'an mereka duduk melingkat di samping Arga untuk melindungi nya.
Suasana ruangan itu benar-benar mencekam, para murid ustadz Ali berusaha menyadarkan Arga dari pingsannya, sebab kalau Arga pingsan sangat berbahaya untuk keselamatan jiwanya, takutnya ruh Arga akan dibawa iblis yang ada di tubuh Farah dan tidak bisa kembali lagi ke jazad Arga.
Andini ibu dan Anton terus berdzikir hati mereka sungguh takut namun mereka tahu mereka harus bisa melawan rasa takut itu, sebab sedikit saja lengah bisa jadi mereka yang akan jadi sasaran Farah, ibu dan Andini saling berpegangan tangan begitu juga Anton dia memegang erat tangan istrinya seolah ingin berbagi energi positif agar istrinya tenang.
Farah benar-benar kuat, ustadz Ali mulai kewalahan dan di ambilnya batang pohon Bidara juga batang kelor lalu di cambukkannya batang pohon itu ke tubuh Farah La haulla Walla quatta Illa Billah Allahu Akbar.
Farah menjerit keras dan tubuhnya terkulai lemah lalu pingsan, ustadz Ali mengecek denyut nadi Farah Alhamdulillah denyut nadinya masih ada, lalu ustadz Ali menyuruh para santri terus membacakan wirid di dekat Farah sebab ustadz Ali berniat mengecek kondisi Arga yang belum juga siuman, takutnya ruh Arga benar-benar dibawa pergi oleh mahluk yang berada di tubuh Farah tadi.
Ustadz Ali membacakan doa-doa lalu di usapkan ke wajah Arga 3 kali dan di sapukan ke seluruh badan Arga Qadarullah setelah itu Arga muntah cairan kental hitam berbau anyir juga busuk, ustadz Ali menekan tengkuk Arga sambil terus membaca doa Arga kembali muntah semakin ustadz tekan cairan hitam itu semakin keluar hingga berkantong-kantong pelastik hitam habis untuk menampung muntahan Arga, Ustadz terus menekan lama-lama muntahan Arga berubah warna dari hitam ke warna merah, lalu pink dan sekarang tinggal warna putih.
Aroma busuk dan amis tercium di seluruh ruangan itu, membuat semua yang ada di ruangan ingin muntah, lalu dua orang murid ustadz Maksum di temani Anton mengubur kantong berisi muntahan itu, setelah itu ruangan tempat ruqyah di semprot dengan parfum beraroma untuk menghilangkan bau amis tadi.
Setelah beberapa menit Arga sadar dari pingsannya, wajahnya begitu pucat, matanya langsung cekung wajar saja sebab Arga kehabisan cairan akibat muntah tadi, ustadz Ali memberikan air putih yang sudah di bacakan doa untuk Arga.
Arga sendiri nampak kebingungan dengan semua yang terjadi.
"Ibu ... kita ada dimana?" tanya Arga saat sang ibu memeluk Arga sambil menangis. "Kenapa badan Arga bau amis kayak gini Bu? dan itu kenapa ada Farah disini?" Ibu Arga tidak bisa menjawab apa-apa dia hanya bisa membelai rambut Arga sambil menatap wajah Arga dengan haru. Arga benar-benar nggak tahu apa yang telah terjadi dia hanya bisa menurut saat sang ibu menyuruh Arga mengganti kaos yang di pakainya dengan baju bersih yang sudah ibu persiapkan.
Kini giliran Farah dengan bacaan ayat-ayat yang murid ustadz Ali lafazkan kini dia mulai siuman, seperti halnya Arga wajah Farah juga nampak pucat dan matanya cekung.
"Kamu sudah sadar Farah!" ucap ustadz Ali. Farah hanya menunduk seolah takut atau mungkin malu dengan keluarga Arga.
"Kamu nggak usah takut kamu aman disini, namun kamu harus di ruqyah beberapa kali lagi!.
Farah hanya diam saja tak menjawab, Andini dan ibunya bersikap cuek kepada Farah rasanya memandang pun mereka nggak Sudi, sebab Farah dalang dari semua yang terjadi apalagi gara-gara Farah hampir saja nyawa Arga tidak selamat.
"Ibu dan mba Andini? saya tahu bagaimana perasaan ibu dan mba Andini kepada Farah, namun berusahalah bersikap legowo maafkanlah semua kesalahan mba Farah." ustadz Ali Maksum menasehati.
"Maafkan kami ustadz ... kami mau memaafkan Farah kalau dia benar-benar berjanji tidak akan menyakiti dan merusak rumah tangga anak saya atau rumah tangga siapapun" jawab ibu tegas.
Mendengar itu Farah menunduk, sedang sikap Arga ke Farah benar-benar berubah 100% dia yang kemaren sangat lembut dan tatapan matanya penuh cinta sekarang sedikitpun Arga tidak menatap Farah.
InsyaAllah ruqyah kali ini sudah selesai, silahkan mas Arga dan keluarga beristirahat dulu di ruang keluarga kami, sebab istri saya sudah menyiapkan hidangan kecil buat ibu dan keluarga, kalau ada yang mau ke toilet silahkan di dalam ruangan ini juga ada toilet barang kali mas Arga mau bersih-bersih sebab tadi mas Arga banyak sekali muntah.
Arga menurut dengan di temani ibu Arga pergi ke toilet, sedang Farah dia hanya duduk diam merasa terasing, dia yang kemaren sok jumawa dan bersikap sombong kepada keluarga Arga kini dia merasa sangat kecil di hadapan mereka.
Akhirnya semua kini sudah berkumpul di ruang keluarga milik ustadz Ali Maksum.
"Ibu dan semua ... silahkan mencicipi hidangan ala kadarnya" Ucap ummi Mahmudah.
"Terimakasih ummi maaf kami merepotkan!" ibu berbasa-basi dan akhirnya merekapun makan dengan lahap. Selesai makan adzan Maghrib berkumandang, lalu mereka semua melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dan ustadz Ali sebagai imam.
Saat semua sedang berdzikir tiba-tiba terdengar suara Farah menjerit-jerit, dia berguling kesana kemari masih dengan mukena di tubuhnya. Ibu, ummi dan Andini mencoba memegang Farah, sedangkan ustadz Ali dan para muridnya terus berdzikir ustadz Ali memberi isyarat kepada salah satu muridnya untuk menjaga Arga, lalu murid tersebut langsung duduk di samping Arga dengan terus membaca dzikir.
sreeek ... sreeek ... Farah menyobek mukena yang dia pakai, sambil berteriak Api ... Api ... Api! Andini bingung dia menoleh kesana kemari mencari api.
"Tolong ... tolong ... Api ... Api!" Farah terus berusaha merobek mukena itu, ummi Mahmudah memegangi tubuh Farah, ibu dan mba Andini terus ikuti bacaan Abi kalau nggak bisa mengikuti kalian bisa berdzikir sebisa nya dan pegang tubuh Farah kuat-kuat.
Andini dan ibunda mengikuti perintah ummi Mahmudah sambil terus berdzikir sebisanya, akan tetapi tenaga Farah sungguh kuat sehingga ibu dan Andini terpental jatuh begitu juga dengan ummi Mahmudah.
"Abi! kami nggak kuat!" teriak ummi Mahmudah, lalu ustadz Ali dan muridnya buru-buru memakai sarung tangan karet dan berusaha memegang tangan dan kaki Farah, Farah terus meronta kepanasan dan ustadz Ali memegang kepala Farah sedangkan Farah tidur terlentang, matanya merah melotot menatap ustadz Ali tangan dan kakinya terus meronta ingin melepaskan diri.