webnovel

18. Pink Mencuat

Jam menunjukkan pukul 09.30, 30 menit sudah terlewati, Setelah tugasnya sebagai membantu pembentukan vitamin D dan fotosintesis untuk tumbuhan, Kini Matahari berganti tugas menjadi pemanas bagi bumi dan seisinya, Tak terkecuali 2 remaja yang sedang memetik cabai saat ini.

Randa "Hareda~ hareda~ hareda~... Panas... Panas... Panas...~!! Lagian kenapa bunda nanam cabenya di tempat gersang gak ada pohon kayak gini?" Randa bernyanyi sambil protes dengan tangan yang mengusap peluh di kulit keningnya yang maskulin. Mungkin sebentar lagi keringatnya akan menjadi penghalang matanya untuk melihat buah merah pedas yang sedang di petiknya. Tidak sadar bahwa disampingnya, wajah Rino sudah memerah karena kepanasan.

Rino "Sudah, Tidak usah mengeluh, semakin banyak kamu mengeluh semakin lama juga kita di sini" Ucapnya menasehati adiknya. Randa mendengus pelan, Apa tidak boleh jika ia mengeluh sedangkan sang penasehat yang berdiri di sampingnya mukanya lebih mirip dengan kepiting rebus? Ayolah! Di sini Randa hanya ingin mengeluarkan unek-uneknya!

"ASSALAMUALAIKUM" Salam seseorang di balik punggung keduanya.

Rino, Randa "Waalaikum salam!!" Jawab mereka, Keduanya reflek menolehkan kepalanya ke arah suara. Seketika wajah Rino berubah menjadi sedikit masam melihat Lintang yang menyibukkan kepalanya melihat sana-sini itu datang bersama Riko berjalan menghampirinya dan Randa, Beda lagi dengan Randa yang memasang ekspresi bingung di wajahnya.

Riko "Lagi metik cabe ya?" Tanyanya basa-basi. Biasa, untuk mencari topik pembicaraan. Sedangkan Lintang yang disampingnya hanya fokus melihat-lihat isi kebun Rino.

Randa "Gak, Lagi petik pepaya!" Jawabnya jengah.

Rino "Iya Rik, Kalau kalian sendiri kenapa kemari?" Tanya Rino melirik Lintang yang tengah celingak-celinguk.

Riko "Mau main ke sini, Sekalian nyampein pesan mama buat beli cabe sama kalian" Jelasnya.

Randa "Loh itu Abang yang waktu lalu kemari kan?" Tunjuknya ke Lintang yang berhasil membuat remaja di samping Riko itu menoleh ke Randa dan Rino kemudian terdiam.

Riko "Iya kenalin Ran, Namanya Pradipta Lintang Wiranto, panggil Lintang aja, Lintang ini Randa Arana, adiknya Rino" Ucapnya saling memperkenalkan dua orang dihadapannya ini.

Mereka berdua berjabat tangan dengan sedikit mengukir senyuman di wajah masing-masing. Tapi kemudian wajah Randa jadi penuh curiga, Mungkin Abangnya dan Riko tidak sadar dengan tatapan aneh Lintang, Tapi Randa sangat menyadari bahwa sejak tadi pandangan Lintang tidak bisa lepas dari Abang kesayangannya.

Lintang lagi-lagi salah fokus melihat penampilan Rino. Wajah kemerahannya, Baju kebesaran dan celana selutut membuat sesuatu di hati Lintang berdesir. Tapi Rino malah menyalah artikannya sebagai pandangan tidak suka sebab meskipun mereka sempat dekat karena tugas Rino jadi babu dadakan namun tidak berarti bahwa keduanya dekat sebagai teman!

Randa "Ngapain Lo natap Abang gue kayak gitu?" Randa memicingkan matanya, Curiga. Kini Riko dan Rino juga ikut menatap Lintang.

Lintang langsung salah tingkah dengan pertanyaan Randa, Kemudian kembali menetralkan ekspresi di wajahnya.

Lintang "Siapa juga yang lihat dia? Gue lihat anak kecil di belakangnya kali!" Elaknya. Mendengar 'anak kecil' Rino dan Randa menoleh ke belakang dan mendapati Dani sedang menatap mereka dengan mata lucunya.

Rino "Dani, Kenapa kemari? Disini panas dek, sana sama bunda" Usirnya halus, namun mahluk buntelan hidup di depannya ini masih betah menatap yang lebih tua.

Dani "Bocan, Dani bocan" Ucapnya dengan wajah cemberutnya yang imut. Rino yang tidak tahan langsung mencubit pipi adiknya.

Randa "Heh, kalian nganggur kan?" Tanyanya dan anggukan kepala sebagai jawaban dari Riko dan Lintang. Rino melirik Randa yang menyeringai, sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi.

Randa "Kalau begitu kalian bantuin kita buat metik cabe!" Serunya kepada Lintang dan Riko.

Lintang, Riko "Gak!/oke" jawab keduanya. Kemudian mereka saling lirik satu sama lain. Riko menyenggol lengan Lintang dan yang disenggolnya hanya memperlihatkan raut wajah bertanya yang serius. Si 3 Arana hanya bisa menyaksikannya.

Lintang "Apaan sih Lo!" Kesalnya karena Riko tidak kunjung berkata.

Riko mendekatkan wajahnya ke telinga Lintang, Berbisik.

Riko "Kenapa Lo jawab enggak?!" Bisiknya.

Lintang "Heh! Seumur hidup gue gak pernah disuruh metik cabai!" Balasnya berbisik. Mereka berdua sungguh bodoh berbisik dengan nada yang besar. Rino menghela nafas.

Rino "Kalau tidak mau tidak usah membantu, aku dan Randa masih kuat" Jelasnya, Randa justru berwajah cemberut.

Riko "Siapa bilang kita gak mau, Mau kok! Ayo kerja" Bantahnya lalu menarik paksa tangan Lintang ke pohon cabe. Randa langsung bersorak gembira dalam hati sedangkan Rino dengan wajah bingungnya dan Dani yang tidak mengerti apapun alias polos.

Dari kejauhan Rani mengkerutkan alisnya melihat 'pekerjanya' bertambah jadi dua orang lagi plus Dani.

Rani "Oh mungkin teman-temannya" Monolognya mengangguk-angguk kepala.

Lintang hanya bisa melirik sepupunya Riko yang sangat mahir dengan pekerjaannya. Sungguh! Seumur hidupnya baru kali ini ia disuruh memetik cabai. Dengan ragu-ragu Lintang mencoba memetik cabai meniru cara Riko, Namun ujung-ujungnya Lintang selalu mematahkan dahan pohon cabai membuatnya bertambah kesal. Dengan sedikit emosi ia memetik buah merah pedas itu hingga sebuah tangan menahannya, Lintang melirik si penahan tangannya.

Rino "Caranya bukan di tarik Lin" Nasehatnya. Kemudian melepaskan cekalan tangannya dari Lintang.

Lintang "..." Lintang diam, menunggu penjelasan selanjutnya dari Rino.

Rino "Caranya pakai jari telunjuk dan ibu jarimu, Jari telunjukmu dibawah cabai dan ibu jarimu untuk menekan cabainya dari atas, tidak perlu pake tenaga cabainya akan lepas dari pohonnya" Jelas Rino sambil mencotohkan cara memetik cabai yang benar kepada Lintang.

Randa "Dasar anak holkay! Metik cabe aja gak tau!" Sahut Randa menyindir Lintang.

Riko "Biasa lah Ran" Sambungnya.

Lintang "G-gue tau kok!" Ucapnya gugup, kemudian mencoba cara yang diajarkan Rino dan berhasil! Seketika Lintang tersenyum bangga pada kepintarannya dan Rino hanya bisa geleng-geleng kepala maklum.

***

Tidak terasa 2 jam berlalu, Bersamaan dengan selesainya pekerjaan 4 remaja plus bocah kecil itu memetik cabe.

Saat pulang Rani mengajak Lintang dan Riko untuk mampir makan ke rumahnya. Karena mereka berdua juga lelah, Mau tidak mau Lintang dan Riko ikut usulan bunda Rino.

Saat ini Rino, Randa, Lintang dan Riko sudah tepar di teras rumah Rino sementara Rani dan Dani lebih dulu masuk ke dalam rumah. Sejak selesai memetik cabai tadi mereka tidak Istirahat di pondok melainkan langsung pulang.

Riko "Hah... Hah... Panas!" Keluhnya mengibas-ngibaskan baju yang dipakainya. Lintang juga melakukan hal yang sama, kemudian mata keduanya melotot melihat Rino dengan santainya melepas dan mengibas-ngibaskan bajunya di tubuhnya. Fokus mereka kemudian teralihkan oleh puting pink Rino yang sedikit mencuat, tubuh putihnya sangat mulus tanpa noda kecuali tahi lalat kecil di tengah dadanya yang berbentuk sama seperti '?', Keduanya menelan ludah kasar.

Randa yang menyadari tatapan mesum 2 remaja laknat itu seketika melepas bajunya dan menimpuk Lintang dan Riko.

Randa "Matanya biasa aja kali!" Sarkasnya.

Rino "Mereka itu capek Ran, kenapa kamu timpuk dengan bajumu?" Heran remaja ini.

Randa "Gak papa bang, Bajunya di pake lagi" Jawabnya berbohong kemudian melirik tajam Riko dan Lintang.

Rino "Abang kepanasan Ran! Kita kan sama-sama laki-laki, Kamu juga lepas baju sama kaya Abang jadi tidak perlu malu" Ujarnya santai. Kemudian sebuah suara menghentikan percakapan mereka.

Rani "Kalian masuk, Bunda sudah buatkan makanan di dalam, Rino ajak juga temanmu!" Serunya dari depan pintu. Membuat Lintang dan Riko langsung bangkit dan duduk di lantai

Rino hanya berisyarat oke melalui tanganya, setelahnya bundanya kembali masuk ke dapur.