webnovel

LUKA DI SMA

Fiona. Gadis berusia 18 tahun yang cantik, berprestasi, dan menjadi kebanggaan keluarga serta teman-temannya. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang Arsitek karena ia memiliki keinginan untuk bisa membangun rumah yang mewah dan nyaman. Itu semua dia inginkan karena sejak kecil hingga berusia 18 tahun ini Fiona hanya bisa tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil dan tidak layak huni oleh kedua orangtuanya. Sehingga Fiona ingin sekali membangun rumah yang layak huni untuk kedua orangtuanya dengan tangannya sendiri. Sejak kecil Ayah dan Ibu Fiona sudah mewanti-wanti Fiona untuk menjaga anak perempuan semata wayangnya supaya tidak salah dalam pergaulan sehingga bisa menjadi anak yang sukses suatu saat nanti sesuai dengan yang dia cita-citakan selama ini. Fiona juga pernah berjanji kepada kedua orangtuanya jika dia akan fokus sekolah dan tidak akan pacaran. Tetapi semuanya berantakan sejak Fiona mulai mengenal Lukas hingga akhirnya Fiona hamil dengan Lukas, pacarnya, yang kemudian pergi ke luar Negeri dan meninggalkannya. Inilah perjalanan hidup Fiona di mulai, yaitu llika-liku Fiona untuk menghadapi kehamilannya. Semua cita-cita yang sudah dia bangun sejak kecil hancur seketika. Kehilangan kepercayaan orangtua, di kucilkan teman, di tinggalkan kekasih, perjuangannya menjadi seorang Ibu muda namun dia juga harus tetap meraih cita-citanya. Ternyata Fiona masih memiliki keberuntungan. Ketika dia sedang dalam keadaan sangat terpuruk seperti ini bisa bertemu dengan laki-laki baik bernama Kendrick. Sejak saat itu cinta segitiga di mulai, persaingan dengan Jane dan masalah lainnya yang ada di dalam kehidupan Fiona.

Arummsukma · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

Hasil Test Pack

"Fiona, sayang. Ya ampun. Kamu ga apa-apa nak? Kita ke rumah sakit sekarang ya?"

"Engga. Aku ga apa-apa, Bu. Kayanya aku cuma masuk angin aja."

"Yaudah kalo gitu sekarang kamu istirahat aja ya. Biar Ibu bantu."

"Iya, Bu. Makasih."

Sang Ibu membantu Fiona masuk ke dalam kamarnya. Sesampainya di dalam kamar Fiona langsung merebahkan tubuhnya.

"Sekarang kamu istirahat aja ya sayang. Ibu keluar dulu."

"Iya, Bu."

Ibu Fiona keluar dari dalam kamar Fiona supaya Fiona bisa istirahat dengan tenang di dalam kamarnya. Supaya keadaan Fiona juga segera membaik.

*******

Hari sudah kembali berganti. Tetapi rasa mual Fiona masih tidak tertahankan. Bahkan Fiona masih saja muntah-muntah pagi ini. Sampai-sampai Fiona terpikirkan hal-hal buruk setelah melakukan itu dengan Lukas kemarin lusa.

"Kenapa aku mual-mual kaya gini ya? Ga seperti biasanya aku kaya gini. Atau jangan-jangan aku hamil?" pikir Fiona di dalam hatinya.

Hingga akhirnya Fiona memutuskan untuk membeli rest pack di salah satu Apotek di dekat rumahnya. Fiona memakai kaos putih polos dan jelas jeans panjang warna hitam. Serta tidak lupa juga Fiona memakai topi dan juga kacamata. Tujuannya adalah supaya Fiona tidak di kenali oleh orang yang dia temui di luar sana. Ketika Fiona hendak keluar dari dalam rumah, Fiona bertemu dengan Ayah dan Ibunya.

"Kamu mau kemana nak? Bukannya kamu lagi ga enak badan?" tanya Ibunya.

"Aku udah ga apa-apa kok, Bu. Aku cuma mau ngeprint aja buat tugas sekolah aku."

"Kalo gitu biar Ayah antar ya nak."

"Ga usah, Yah. Aku bisa sendiri kok."

"Yakin kamu bisa sendiri?"

"Iya, Ayah. Aku udah ga apa-apa. Jadi Ayah sama Ibu ga usah khawatirkan aku ya."

"Yaudah kalo gitu tapi kamu harus tetap hati-hati ya nak."

"Iya, Ayah. Aku pamit dulu. Bye."

"Bye, sayang."

Akhirnya Fiona bisa keluar dari rumahnya juga tanpa harus di temani oleh Ayah atau Ibunya. Karena jika Fiona di antarkan oleh Ayah atau Ibunya, sudah pasti semua rencana Fiona untuk membeli alat rest pack tidak akan berhasil.

Fiona pergi ke Apotek dekat rumahnya. Sesampainya di sana Fiona takut untuk bicara kepada orang yang menjaga Apotek itu. Karena Fiona takut di tanya oleh orang itu.

"Selamat pagi, Mba. Mau beli apa ya?"

Fiona tidak langsung menjawabnya. Dia melirik ke sekitaran apotek itu untuk memastikan jika di sana tidak ada orang yang mengenalinya. Setelah itu baru Fiona meminta test pack kepada penjaga Apotek itu.

"Saya mau beli test pack nya enam ya, Mba."

"Enam? Banyak banget Mba? Buat Mba sendiri?"

"Bukan. Saya cuma di suruh sama Ibu saya. Udah deh Mba ga usah banyak tanya ya. Soalnya saya di tunggu Ibu saya di rumah."

"Oh, iya. Maaf ya Mba. Sebentar saya ambilkan alat test packnya."

"Iya, Mba."

Penjaga Apotek itu mengambilkan alat test pack sebanyak 6 buah. Sesuai dengan psrmintaany Fiona tadi.

"Ini Mba test packnya."

Ketika orang itu memberikan alat test pack kepada Fiona, tiba-tiba saja ada yang mengenali Fiona. Dia itu adalah kakak kelas di sekolah Fiona. Walaupun mereka tidak saling kenal, tetapi mereka berdua bisa mengenalinya dari wajah mereka masing-masing. Apalagi berita tentang Fiona dan Lukas yang selama ini pacaran diam-diam sedang jadi bahan pembicaraan di sekolahnya.

"Lu? Lu pacarnya anak Band itu kan? Ngapain lu di sini? Beli test pack? Lu hamil?" tanyanya.

"Apa si. Ya engga lah. Ini gua beliin buat Ibu gua. Kalo ga tau jangan sok tau deh."

"Ohh, buat Ibu lu."

"Ini uangnya, Mba. Makasih."

"Sama-sama, Mba."

Setelah membayarnya, Fiona langsung pergi begitu saja dengan sangat tergesa-gesa. Untung saja kakak kelas yang dia temui itu mempercayainya begitu saja.

*****

Sesampainya di dalam rumah, Fiona langsung masuk ke dalam kamar mandi. Fiona akan test pagi ini juga. Karena yang Fiona tahu, test pada pagi hari itu sangat bagus dan lebih akurat daripada waktu yang lainnya.

"Semoga aja hasilnya negatif. Kalo sampai positif, aku ga kebayang gimana marahnya Ayah dan Ibu sama aku," ucap Fiona di dalam hatinya sambil memegang test packnya. Berharap jika hasilnya adalah negatif.

Fiona langsung duduk di atas WC duduk. Kemudian Fiona membuang air kecil yang di masukkan ke dalam botol kecil supaya lebih mudah untuk test nya nanti. Setelah selsai, Fiona langsung memasukkan satu test pack ke dalam botol kecil yang terdapat air kecilnya. Selama menunggu hasilnya, Fiona sangat cemas.

Lama kelamaan test pack itu mulai terlihat hasilnya. Awalnya bergaris satu. Tetapi pada akhirnya hasilnya bergaris dua. Fiona sangat terkejut melihat hasilnya itu. Bahkan Fiona sampai tidak percaya dengan hasil test pack pertamanya itu.

"Engga. Ga mungkin. Ga mungkin kalo aku hamil. Ga mungkin," ucap Fiona sambil menangis.

Karena Fiona tidak percaya dengan hasil test pack pertamanya itu, akhirnya Fiona mencoba tets pack keduanya. Bahkan dari keenam alat test pack itu, Fiona mencoba semuanya. Tetapi hasilnya tetap sama. Garis dua. Fiona benar-benar hamil. Sudah pasti hamil dengan Lukas. Karena hanya dengan Lukas lah Fiona melakukan hal itu.

"Engga. Ga mungkin aku hamil. Tapi dari keenam alat test pack itu semuanya hasilnya sama. Hasilnya sama-sama garis dua. Terus sekarang aku harus gimana?"

Fiona menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mandi. Fiona menyenderkan tubuhnya di dinding kamar mandi itu hingga akhirnya dia terduduk sambil menangis. Fiona sangat lama menangis di dalam kamar mandi. Untung saja kedua orangtuanya sedang sibuk berjualan, sehingga mereka tidak tahu dan tidak curiga jika Fiona sudah sangat lama berada di dalam kamar mandi.

Setelah sangat lama berada di dalam kamar mandi, Fiona keluar juga dari dalam kamar mandi. Kemudian Fiona kembali masuk ke dalam kamarnya. Yang ada di pikiran Fiona kali ini adalah bagaimana jika Ayah dan Ibunya nanti tahu tentang kehamilannya ini. Fiona mencoba untuk menelepon Lukas. Tetapi tidak ada jawaban darinya.

"Lukas. Ayo dong jawab telepon aku. Kamu kemana aja si? Oh iya, hari ini kan Lukas tampil di salah satu Cafe di Jakarta. Apa aku datang aja ga ke sana dan bicarakan hal ini ke Lukas? Karena ga mungkin aku diam gini aja. Lukas harus tau semuanya. Dan kita harus selesaikan masalah ini."

Tanpa berpikir panjang Fiona langsung bersiap-siap untuk pergi ke Cafe tempat Lukas tampil hari ini. Karena Lukas juga harus tahu tentang kehamilan Fiona ini. Dia juga harus bertanggung jawab atas apa yang udah dia perbuat kepada Fiona. Walaupun sebenarnya di sini Fiona juga bersalah.

-TBC-