[FOXY]
"Akhirnya, kita bisa menangkap monster itu juga. Cukup melelahkan."
"Kau benar. Nasib baik ada pedagang makanan yang sempat melihat mereka di pemukiman tersebut. Jadi, kita bisa menemukan tempat persembunyiannya."
Di depanku ada dua prajurit yang baru saja selesai bertugas. Obrolan mereka sepertinya mengenai penangkapan seorang Hybrid. Dan cukup menarik untuk disimak.
"Kata Kapten, monster itu adalah monster yang sangat kuat. Apa kau percaya?"
"Jika melihat kondisi terakhirnya seperti itu, aku tidak percaya."
"Itu karena ada energi hitam yang membelenggunya. Tapi entah energi apa itu, aku tidak mengerti."
"Eh, iya. Kau bilang dia selalu bersama seorang wanita. Tapi, kemarin kita tidak menemukannya. Ke mana dia?"
"Dari perkataan monster itu, yang ingin menyelamatkan wanita itu, aku rasa dia diculik oleh monster lain."
Datang satu orang lagi temannya.
"Sedang membicarakan apa kalian? Tampaknya seru."
"Tentang monster yang kemarin kita tangkap."
"Oh, Lucy. Ya, dia memang monster yang menyusahkan. Tim taktis saja bisa habis oleh dia seorang."
Tunggu, dia bilang "Lucy"? Mungkinkah itu Lucy yang selama ini aku cari?
"Eh, iya. Aku masih heran kenapa wanita itu bisa sedekat itu dengan monster seperti dia?"
"Kata Kapten, dia sudah terpengaruhi oleh monster itu. Ya, bisa dibilang terhipnotis oleh buaian cintanya dia. Kau tahu sendiri, jika sudah jatuh cinta, kotoran hewan bisa berasa coklat. Begitu juga monster keji seperti itu, bisa jadi terlihat bak malaikat oleh wanita itu."
Mereka bertiga tertawa.
Aku mencoba memastikan tentang Hybrid itu kepada mereka.
"Maaf mengganggu. Ini, tadi kalian bilang nama Hybrid itu Lucy, apa itu benar?"
"Iya, dia Lucy. Tapi apa pedulimu?"
"Hey, jaga sikapmu itu. Dia senior kita. Hanya saja, dia sudah tidak lagi bekerja di lapangan."
"M-maafkan aku, aku tidak tahu kalau kau itu senior."
"Tidak apa-apa."
Ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang.
"Ternyata kau di sini. Aku ke ruanganmu tadi, ada beberapa berkas baru yang harus kau kerjakan hari ini."
"Baiklah."
***
Benar, ada beberapa berkas baru di atas mejaku. Dan itu berkas penangkapan Hybrid minggu ini. Aku memeriksa satu demi satu berkas itu.
"Bukan. Yang ini juga bukan. Bukan lagi. Ah, ini dia."
Dan benar saja, dari foto yang terlampir, itu memang dia. Aku masih mengingat wajahnya itu.
"Akhirnya, aku menemukanmu juga, Lucy."
Dan dia ditahan di sel level paling bawah. Ternyata benar kata prajurit itu, dia sangat kuat. Sehingga harus ditahan di sana.
Aku sudah bertahun-tahun mencarinya, dan kini takdir mempertemukan kita di sini.
***
"Kau! Tunggu!"
Aku menghentikan seorang prajurit yang hendak mengantarkan makanan untuk tahanan.
"Ada apa, Pak?"
"Ke sel mana kau antarkan makanan itu?"
"Sel di level paling bawah, Pak. Ke tahanan baru yang masuk kemarin."
Aku mengambil alih nampan tersebut.
"Biar aku saja."
"Tapi, Pak."
Aku memeriksa keadaan sekitar.
"Sudah, kau pergi ke ruanganku dan sembunyi di sana. Ini kuncinya, jangan keluar sebelum aku kembali."
"Saya tidak berani, Pak."
"Cepat lakukan atau kau aku masukan ke tempat yang paling buruk di tempat ini."
"B-baik, Pak."
"Tunggu!"
Aku mengambil kartu pengenal dan topinya.
"Aku pinjam kartu dan topimu."
***
Aku sudah berada dalam lift, dan sebentar lagi sampai di level paling bawah. Ah, sudah kuduga pasti ada pemeriksaan. Aku keluar dari lift dan menundukkan kepalaku saat hendak menyerahkan makanan ini dan barang-barangku untuk diperiksa.
Seorang dari mereka memeriksa tanda pengenal yang kupakai.
"Heh, anak baru. Kasihan sekali dirimu, langsung ditugaskan di posisi ini."
Bagus, mereka tidak mengenaliku.
"Jangan kau tundukkan kepalamu itu. Lihat aku!"
"Sudah, kita jangan ganggu dia. Kasihan, mungkin ini hari pertama dan terakhirnya bertugas di sini."
Mereka tertawa.
"Kau benar."
"Sudah, sana pergi. Antarkan dirimu pada maut."
Cih! Kenapa komandan menempatkan orang seperti mereka di pos pemeriksaan. Menyebalkan sekali. Jika saja mereka tahu siapa aku, mereka pasti tunduk padaku. Tapi, untunglah mereka tidak mengetahuinya.
***
[LUCY]
"Lucy, binasakan dia!"
"Kakak!"
"Lucy, tolong aku!"
"Kalian? Tunggulah aku, aku pasti akan menyelamatkan kalian."
Kenapa? Kenapa susah sekali untuk bergerak? Ah, tidak! Energi hitam ini lagi!
***
"AAAAGGGHHH, HAAH, HAAH!"
Ternyata itu mimpi. Mimpi yang sangat buruk. Keringat bercucuran di sekujur tubuhku. Nafasku tidak teratur. Dan rasa sakit ini kembali terasa menyiksaku.
Tiba-tiba ada suara pintu terbuka. Ada dua orang penjaga yang masuk, salah satu dari mereka membawa makanan. Aku bisa melihat mereka, karena sebagian dari sel ini terbuat dari kaca.
Lalu, penjaga itu memasukkan nampan berisi makanan itu ke dalam selku melalui celah kecil di bawah pintu. Yang satunya lagi berjaga.
Aku mengambil nampan tersebut dan menaruhnya di atas kasur.
Tunggu, ada secarik kertas di bawah piring. Aku membacanya.
"Ini aku, Foxy. Kau masih ingat? Ayo kita kabur dari sini! Aku sudah meretas CCTV di ruangan ini, jadi kita aman."
Aku berbalik ke arah penjaga itu lagi. Dan dia baru saja melumpuhkan penjaga yang satunya.
Apa benar itu dia? Kenapa dia mencoba mengeluarkanku dari penjara ini?
"Ayo cepat keluar, sebelum mereka menyadarinya."
"Tapi, ruangan ini diselimuti kekuatan yang bisa melumpuhkanku."
"Apa? Sial, ternyata mereka sudah mengantisipasinya."
Dia melihat ke sekitar. Sepertinya mencari sesuatu.
"Itu dia."
Dia tampak mengotak-atik sebuah panel. Cukup lama. Tapi, akhirnya aku merasakan kekuatan di sekitar ruangan ini hilang.
"Berhasil."
Ternyata itu yang dia lakukan. Lalu, pintu selku terbuka. Dan kami segera kabur dari sini.
***
"Tunggu."
Dia menghentikan langkahku.
"Masih ada dua penjaga lagi yang harus kita lumpuhkan. Kau yang kiri, aku yang kanan."
Kami berjalan perlahan menuju dua penjaga itu. Dengan cepat kami membungkam dan memutar lehernya untuk melumpuhkan mereka.
Tiba-tiba bunyi alarm terdengar cukup keras. Dan lampu menyala merah.
"Sial, mereka sudah menyadarinya."
"Apa yang harus kita lakukan?"
Dia terlihat sedang berpikir sambil memandang ke salah satu mayat penjaga itu.
***
Kami berdua keluar dari lift dan aku sudah memakai seragam yang sama seperti dia.
"Kalian berdua, berhenti di sana!"
Sial, apa kami ketahuan?
"Bantu kami memeriksa setiap level sel, ada tahanan yang berusaha kabur."
"Kita turuti saja."
Dia berbisik padaku.
"Baiklah, kami ikut."
***
[FOXY]
Aku harus mencari cara agar bisa melumpuhkan mereka tanpa diketahui oleh siapa pun.
"Kalian berdua periksa setiap sel di level 3."
Bagus, itu adalah level sel paling dekat dengan tempat pembuangan. Kami bisa kabur ke sana.
"Baik."
Kami berdua masuk ke ruangan tersebut. Tidak ada penjaga lain di sini. Dan kamera CCTV hanya ada satu.
Kami berlari ke sudut yang tidak tersorot oleh CCTV. Di sana kami mencoba membongkar katup udara. Dan masuk ke dalamnya.
Aku berjalan lebih dulu disusul oleh Lucy. Cukup jauh kami berjalan. Tiba-tiba kami terperosok, dan beruntung ini adalah lorong menuju tempat yang kami tuju. Tempat pembuangan. Tidak ada CCTV maupun penjaga di sini.
Kami bersembunyi di tempat pembuangan kain-kain bekas baju tahanan.
"Kita bertahan di sini untuk beberapa jam. Lalu kita kembali mencari cara untuk kabur."
Kami terdiam satu sama lain, suasana jadi terasa canggung sekarang.
"Aku tidak menyangka, takdir mempertemukan kita di tempat ini."
"Apa?"
Sepertinya dia salah paham.
"Jangan salah paham dulu. Maksudku, setelah kejadian yang menimpa adikku beberapa tahun lalu, aku diminta mencarimu oleh Ibu."
"Ibu? Bukannya dia... membenciku."
"Kau benar. Tapi, setelah aku jelaskan padanya, Ibu jadi merasa bersalah padamu."
"Wulan? Apa dia selamat?"
Aku merasa sedih untuk menceritakannya. Tapi...
"Wulan sempat bertahan. Namun, karena dia kehilangan banyak darah dan situasi kota belum kondusif. Kami tidak bisa membawanya ke rumah sakit. Dan akhirnya, dia tiada. Tapi, dia punya pesan untukmu."
"Apa itu?"
"Dia menyukaimu, meski dia sudah tahu kalau kau seorang Hybrid."
"Begitu, ya?"
Dia juga terlihat bersedih.
"Sudahlah, itu sudah berlalu. Yang terpenting aku sudah menemukanmu."
"Kau, apa kau bergabung dengan mereka hanya demi mencariku? Hanya untuk menyampaikan pesan Wulan padaku?"
"Bukan hanya itu. Setelah Wulan tiada, ibu merasakan suatu kejadian besar akan terjadi. Entah apa itu, tapi itu berkaitan denganmu. Maka dari itu, aku mencarimu dan bergabung dengan organisasi ini untuk mempermudah jalanku. Dan benar saja, aku bisa menemukanmu."
"Kejadian apa itu?"
"Aku tidak tahu, tapi... Sebulan yang lalu aku dapat kabar dari ibu, bahwa kejadian itu akan terjadi dalam waktu dekat ini. Dan aku harus membawamu pulang."
***
[LUCY]
Apa yang dimaksud Ibunya Wulan adalah kembalinya Ayahku dari neraka?
Yes, bisa update lagi! Senangnya.
Tapi, kayaknya tidak akan bisa update setiap hari. Ada kesibukan dan juga moodku yang sering naik turun.
Maka dari itu, masukan novel ini ke rak buku kalian. Biar tidak ketinggalan jika ada update terbaru dari novel ini.
Jangan lupa vote juga biar mood penulis naik kembali. Ehe
Bisa menebak, bagaimana kelanjutan ceritanya? Komen di bawah ya!
Terima kasih!
- Setiap power stone yang kalian berikan, memberiku satu semangat untuk terus berkarya. -