webnovel

Ulang Tahun Kaisar Langit

Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya bagi istana langit untuk mengadakan pesta merayakan ulang tahun Kaisar Langit. Berbagai pernak-pernik dan hiasan-hiasan mewah bergelantungan di dinding Aula Utama Istana Langit. Perpaduan warna emas dan perak membuat ruangan bersar itu terlihat mewah megah melambangkan kekuatan dan kemahakuasaan Kaisar Langit. Puluhan tempat duduk bagi undangan diatur berpasangan.

Pesta akan segera dimulai. Qian Xun, Xiao Lan dan A Heng pun hadir di sana. Mereka bertiga duduk berdekatan. Para tamu telah hadi dan duduk dengan tenang di tempat duduk yang telah disiapkan. Kaisar dan Permaisuri pun duduk berdampingan di atas Takhta Agung Kerajaan Langit. Wajah Kaisar berseri-seri menyaksikan sekelompok Dewi Langit yang menampilkan tarian mereka dengan gerakan yang sangat indah diiringi alunan musik yang merdu membuat suasana pagi itu begitu menggembirakan. Setelah suara musik berhenti, penari-penari itupun kembali ke tempat mereka dan Kaisar mulai menyapa para tamu undangan.

"Hari ini aku benar-benar merasa sangat senang atas kehadiran Dewa-dewi sekalian. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih. Mari! Aku akan bersulang untuk kalian. Silahkan!"

Kaisar, Permaisuri dan seluruh undangan mengangkat gelas arak masing-masing dan bersulang dengan Kaisar.

"Terima kasih Kaisar. Semoga Kaisar panjang umur." sahut mereka serentak.

Para tamu yang hadir di sana minum arak dan menikmati semua hidangan mewah yang telah disiapkan lalu secara bergantian mereka maju untuk menyerahkan kado ulang tahun kepada Kaisar. Para pangeran juga maju ke depan untuk memberikan hadiah kepada ayah mereka. Chang Feng memberikan Pakaian Sutra yang mewah dan Qian Xun memberikan Jamur untuk perawatan kesehatan. Kaisar sangat menyukai hadiah-hadiah yang diterimanya.

"Aku sangat senang memiliki anak-anak yang berbakti seperti kalian. Kalian harus terus membantuku kedepannya untuk kedamaian seluruh Alam."

"Baik, Kaisar."

Kedua Pangeran itupun kembali ke tempat masing-masing.

"Xiao Lan, bagaimana pendapatmu tentang Alam Langit?" tanya Qian Xun.

"Alam Langit benar-benar indah. Aku suka semua pemandangan sejak kita memasuki gerbang depan. Tapi, entah kenapa suasana di sini terasa sangat akrab seolah aku sedang berada di rumah sendiri."

"Oh, benarkah? Apa mungkin dulu kau tinggal di Alam Langit?" tanya A Heng.

"Ah, tidak mungkin. Bukankah Dewa mengatakan kalau tidak ada ular yang menghilang dari Alam Langit?" tanya Xiao Lan balik.

"Oh, ia. Kau benar juga."

Acara makan bersama telah berakhir namun pesta Masi berlanjut. Kaisar merayakan hari ulang tahunnya dengan berpesta selama tiga hari tiga malam berturut-turut. Seluruh Istana Langit dihiasi dengan dekorasi yang sangat indah. Para tamu berkeliling istana menikmati keindahan pemandangan di sana.

Qian Xun, Xiao Lan dan A Heng kini berkumpul di taman belakang istana.

"Jadi, kapan kita akan memulai penyelidikan?" Tanya A Heng.

"Sekarang adalah waktu yang tepat. Xiao Lan, karena kau di sini untuk membantu kami, kau sebaiknya pergi ke perpustakaan istana dan cari buku apapun tentang racun terlarang."

"Baik, Yang Mulia."

"A Heng, bagaimana kalau kau mengunjungi bagian persediaan obat istana? Bukankah Pamanmu bekerja di sana?"

"Baiklah. Aku memang akrab dengan tempat itu. Aku sering ke sana. Lalu, bagaimana denganmu?"

"Aku akan menemui Dewa Hujan. Dia adalah Dewa tertua di Alam Langit. Aku dengar, dia dekat dengan Kaisar terdahulu."

"Ya sudah. Sekarang kita berpencar. Kita akan bertemu di tempat ini sebelum jam makan malam. Bagaimana?"

"Setuju." "Baik." Jawab Xiao Lan dan Qian Xun.

Ketiganya pun berpisah menuju ke tempat tujuan masing-masing.

Xiao Lan mulai memasuki perpustakaan. Sesampainya di dalam, ia sudah membuka-buka dan membaca satu persatu tumpukan buku yang menuliskan tentang racun. Ia menyusuri rak-rak buku di sana mulai dari yang paling bawah sampai yang paling atas. Tiba-tiba saja saat berada di tempat yang agak tinggi, ia kehilangan keseimbangannya lalu terjatuh. Namun sungguh beruntung, seseorang Dewa yang sedang membaca di sana menggerakkan jari-jarinya dan menggunakan kekuatan sihirnya untuk menopang Xiao Lan agar tidak terjatuh ke lantai, sedang dirinya tetap duduk dengan tenang membaca buku di meja baca. Dia adalah Pangeran Chang Feng, Pangeran Kedua Istana Langit.

"Wahhh...Dia benar-benar tampan. Qian Xun sangat tampan tapi dia juga tampan." kata Xiao Lan dalam hati. Kemudian, ia pun membungkuk memberi hormat.

"Terima kasih, Dewa."

"Mmmm....Kau tidak apa-apa?"

Xiao Lan menggeleng-geleng. Lalu Chang Feng mendekatinya.

"Owww.....Dewi ini sangat cantik. Tapi, mengapa aku baru pertama kali melihatnya? Sepertinya dia bukan Dewi dari Alam Langit." kata Chang Feng dalam hati.

"Ehhh....Aku sedang mencari sebuah buku."

"Buku apa? Aku bisa membantumu."

"Apa Dewa penjaga perpustakaan di sini??

"Bukan. Tapi aku sering ke sini."

"Ohhh... Rupanya Dewa juga suka membaca. Tadi aku sedang mencari buku yang mencatat tentang buku-buku terlarang. Apa Dewa perna melihatnya?"

"Buku terlarang? Sepertinya, aku belum pernah melihatnya. Tapi Dewi tenang saja. Aku akan membantumu mencarinya."

"Terima kasih, Dewa."

"Buku-buku yang mencatat tentang hal-hal aneh ada di sudut sana. Mungkin buku yang Dewi cari ada di sana." kata Chang Feng sambil menunjuk ke sudut ruangan.

"Benarkah?"

"Benar. Mari kita cari di sana."

Mereka pun mencari buku itu bersama-sama. Tak lama kemudian, Pangeran menemukan sebuah buku.

"Aku menemukannya."

"Dewa sudah menemukannya?"

"Benar. Mari kita baca."

Mereka punen membuka bersama buku itu.

"Di sini di catat bahwa pada zaman Kaisar Langit Xue Liang, buku-buku berisi mantra-mantra terlarang telah dimusnahkan dan dilarang untuk dibaca dan diedarkan di seluruh Alam. Kasus ini ditangani sendiri oleh Kepala Pelayan Istana, Meng Zhi. Mengapa Dewi mencari catatan seperti ini?"

"Ah...Bukan aku. Aku mencarikannya untuk seseorang. Terima kasih, Dewa, sudah menemaniku mencari catatan ini."

"Sama-sama, Dewi."

Xiao Lan kemudian menunjukkan sebuah buku pada Chang Feng.

"Oh iya, tadi saat mencari di sana aku menemukan buku cerita ini. Karena Dewa suka membaca, aku menyarankan Dewa membaca buku ini. Buku ini berjudul 'Cinta Abadi'. Kedengarannya sangat menarik untuk dibaca. Aku harap Dewa menyukainya."

"Apa Dewi juga suka membaca buku cerita?"

"Tentu saja. Aku punya teman di Alam Langit yang sering membawakan buku cerita untukku."

"Oh, begitu rupanya."

"Oh iya, maaf Dewa. Tapi sepertinya aku harus pergi. Aku berjanji untuk bertemu teman-temanku sore ini. Terima kasih, Dewa. Aku pergi dulu."

Xiao Lan dengan terburu-buru meninggalkannya. Setelah hampir sampai di depan pintu, barulah Chang Feng mengingat kalau ia belum menanyakan nama Dewi itu.

"Eh, Dewi, tunggu sebentar!!!"

"Ada apa, Dewa?"

"Boleh aku tahu siapa nama Dewi?"

"Aku Xiao Lan." jawabnya singkat sebelum berbalik meninggalkan ruangan itu.

"Xiao Lan..... Xiao Lan..... Nama yang indah."

Chang Feng terus menyebutkan nama itu sambil menatap novel di tangannya. Ia sangat terpesona dengan kecantikan Xiao Lan dan terus-menerus mengingat wajahnya.