Sementara itu, di sebuah kontrakan terlihat seorang wanita cantik yang baru saja bangun dari tidur nyenyak nya.
Yah, walaupun ia memiliki ranjang dengan ukuran single bed dan kamar yang kecil ia masih dapat tidur dengan nyenyak.
Itu karena ia sudah terbiasa dengan ranjang dan kamar nya yang kecil itu.
Caerin mengambil sebuah jepit rambut berwarna hitam yang ia letakkan di meja kecil yang ada di samping ranjang nya itu.
Lalu menjepit rambut panjang nan halus miliknya. Dan beranjak dari ranjang itu.
Ia berjalan ke arah pintu kamar, meraih gagang pintu yang terbuat dari besi itu.
KLEK
Kedua kaki telanjang nya melangkah keluar dari kamar dengan membiarkan pintu kamar nya terbuka begitu saja.
Kenapa? Toh, hanya ia seorang diri saja yang tinggal di rumah kontrakan nya ini.
Jika kalian masuk ke dalam rumah itu, kalian akan melihat sebuah rumah yang sangat sederhana dengan ukuran sedang.
Di dalam rumah itu terdapat ruang televisi, dapur, kamar tidur, dan kamar mandi tentunya.
Tentu saja rumah ini tidak bertingkat, jika ia menyewa rumah yang bertingkat sudah di pastikan ia tidak akan bisa makan.
Menyewa rumah sederhana seperti ini saja ia sudah kesusahan untuk membayar uang sewa nya, sampai-sampai Min-Jun membantu nya.
Rumah itu juga di dominasi oleh warna biru muda, tidak banyak perabotan yang ada di dalam rumah itu.
Hanya perabotan rumah yang seperlunya saja dan sederhana, juga tidak makan tempat tentunya.
Caerin meregangkan kedua tangan nya. "Ughh... aku lapar..." ucap Caerin dengan suara nya yang masih sedikit serak.
Maklum saja, ia kan baru saja habis bangun tidur.
Karena ia merasa lapar, ia memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu baru setelah nya membersihkan badan atau yang biasa kalian sebut dengan mandi.
Caerin membuka kulkas satu pintu miliknya dan mengambil sisa nasi semalam yang ia masukkan ke dalam kulkas.
Lalu mengambil daun bawang, tomat, dan juga telur.
Ia mengambil panci, memasukkan nasi sisa itu ke dalam panci lalu menuangkan air secukupnya.
TAK
Caerin menyalakan kompor itu dengan api sedang. Dan ia pun memotong-motong daun bawang juga satu buah tomat merah itu.
Sudah dapat menembak, apa yang ingin ia memasak?
Benar! ia akan membuat bubur. Yang akan menjadi menu sarapan nya pagi ini. Kan, sayang kalau nasi sisa semalam ia buang begitu saja.
Caerin memasukkan daun bawang, tomat, dan juga sebutir telur yang telah ia pecah kan ke dalam buburnya.
Tak perlu membutuhkan waktu yang terlalu lama, bubur sederhana buatan nya pun sudah jadi.
Ia mengambil segelas air putih lalu duduk di meja makan itu, bersiap untuk menikmati bubur buatan nya.
"Selamat sarapan Caerin..." ucap Caerin sambil menyatukan kedua tangan nya.
Meskipun sering kali merasa kekurangan dan merasa sedih jika ia terkadang harus menahan lapar, ia tetap selalu merasa bersyukur karena masih memiliki tempat untuk berteduh dan bernaung.
Ia bersyukur karena ia tidak berakhir di jalanan yang entah berantah, kehujanan, dan juga kedinginan.
Jadi, kalian harus selalu bersyukur dengan apa yang kalian miliki. Jangan selalu melihat ke atas tetapi kalian juga harus melihat ke bawah.
Agar kalian selalu merasa bersyukur.
Saat suapan yang keempat, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu dari luar rumah nya.
Tok... tok... tok...
Caerin langsung menoleh. "Siapa pagi-pagi begini sudah ke rumah ku?" ucap Caerin.
Caerin meletakkan sendok makan yang tengah ia pegang dan beranjak dari meja makan itu. Kedua kakinya melangkah ke arah pintu rumah nya.
Tok... tok... tok...
"Tunggu sebentar!" sahut Caerin.
Tangan nya pun meraih gagang pintu rumah nya, dan membuka pintu berwarna coklat gelap itu.
KLEK
"Siapa yan--"
"SELAMAT PAGI NYONYA CAERIN!" ucap Min-Jun dengan penuh semangat.
Caerin langsung membulatkan matanya dan refleks menutup mulut sahabatnya itu.
"Kau ini! pagi-pagi begini sudah sangat berisik!" ucap Caerin.
Bagaimana ia tidak refleks menutup mulut Min-Jun kalau suara nya sangat nyaring, bagaimana kalau tetangga nya terbangun karena suara sahabat nya itu?!
Min-Jun menyingkirkan tangan Caerin dari mulutnya. "Memang nya kenapa? Aku kan bersemangat karena mengunjungi mu..." ucap nya dengan cemberut.
Caerin menghela nafas. "Hah... baiklah... baiklah, masuk lah..." ucap Caerin mempersilahkan sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.
Min-Jun melepaskan sepatu yang ia kenakan. "Hmmm... kau memasak sesuatu?" tanya Min-Jun.
Hana mengangguk. "Nde..."
Min-Jun mengikuti Caerin sahabatnya itu yang berjalan ke arah meja makan.
"Kau sudah sarapan?" tanya Hana.
Min-Jun menggelengkan kepalanya. "Belum, aku belum sarapan," jawab Min-Jun.
Kenapa? Ia kan memang belum sarapan saat kemari. Ia hanya menjawab pertanyaan dari sahabat nya saja.
Hana pun mengambil satu mangkuk putih itu dan mengambil bubur lalu memberikan nya kepada Min-Jun.
"Jja, makan lah. Aku tadi membuat bubur," ucap Caerin.
Min-Jun tersenyum. "Wah.... gomawo Caerin-ah! kau tahu sekali kalau aku datang kemari karena ingin sarapan," canda Min-Jun.
Yang sebenarnya bukan sepenuhnya bercanda, karena ia memang ingin sarapan bersama dengan Caerin.
Ia tidak suka sarapan sendirian di rumah kontrakan nya, jika ia sarapan sendirian ia merasa sangat menyedihkan.
Caerin terkekeh mendengar ucapan Min-Jun. "Aku tahu... tanpa kau mengatakan nya kepada ku aku juga sudah tahu," ucap Caerin yang kembali duduk di meja makan itu.
Nah, kali ini ia tidak lagi sarapan sendirian. Karena ia kedatangan sahabat cantik nya ini.
Mereka berdua pun sarapan bersama dengan perbincangan ringan yang mereka lakukan.
"Oh iya, aku hampir saja lupa!" seru Min-Jun dengan tiba-tiba.
Caerin mengerutkan alisnya. "Kau melupakan sesuatu?" bingung Caerin.
Min-Jun tidak menjawab, melainkan ia membuka tas miliknya yang ia bawa. Ia terlihat mencari sesuatu dari dalam tas miliknya.
Min-Jun mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat muda dari dalam tasnya.
"Ini, ambil lah..." Min-Jun meletakkan amplop itu di atas meja makan dan menggesernya ke arah Caerin.
Caerin menatap Min-Jun sejenak. "A-apa ini Min-Jun..."
Caerin pun mengambil amplop itu dan membuka amplop berwarna coklat muda itu.
Dan saat itu juga Caerin langsung membulatkan kedua matanya. "M-Min-Jun... kenapa kau memberikan uang sebanyak ini kepada ku?" gagap Caerin.
Karena amplop itu berisikan sebuah uang dengan jumlah yang banyak.
"Aku kemari karena ingin memberikan itu kepada mu. Sudah aku bilang bukan, kalau aku akan membantu mu," ucap Min-Jun.
Yah, sebelumnya ia sudah berjanji bukan? Kalau ia sudah pasti akan membantu Caerin sahabat nya itu
"T-tapi... ini terlalu banyak Min-Jun, bagaimana aku bisa mengganti nya?" ucap Caerin merasa tidak enak kepada Min-Jun.
Min-Jun menghela nafas. "Kau tidak usah memikirkan hal itu. Gunakan saja untuk membayar uang sewa rumah mu. Kau tidak perlu mengganti nya, aku tahu kau sangat membutuhkan uang ini kan?" ucap Min-Jun.
Ya, sebagai sama-sama sahabat dan juga menggeluti pekerjaan yang sama, mereka juga tentunya saling mengerti dan memahami dengan apa yang mereka rasakan.
Caerin tersenyum dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
GREB
Caerin langsung memeluk Min-Jun. "Terima kasih Min-Jun... terima kasih..." ucap Caerin sambil mengeratkan pelukan nya.
.