webnovel

Love Scenario Gerani

Kim Gerani hell Mahendra seorang gadis yatim piatu pewaris tunggal rumah sakit terbesar di Indonesia, rumah sakit Mahendra seorang yang menjelma sebagai gadis cantik, cerdas dan bertanggung jawab. nyatanya memiliki seribu kesedihan di dalam hidupnya ketika usai sepuluh tahun gadis itu telah di abaikan pamannya. Robert Mahendra adalah paman gadis itu yang merawatnya sedari kecil, hingga suatu saat gadis itu bertemu dengan Justin seorang dokter terhebat di dunia yang begitu angkuh dan sombong menjadi bumerang dalam pekerjaannya. Dengan sifat gadis itu yang selalu di hormati karena merupakan pewaris tunggal rumah sakit Mahendra tidak berlaku dengan Justin sama sekali. Hingga tanpa gadis itu ketahui nyawa nya dalam bahaya ketika dengan sombongnya gadis itu membawa lambang bahwa gadis itu pewaris tunggal rumah sakit Mahendra. apakah Justin bisa menjadi pendamping? atau bahkan sebaliknya?

Mayada_Saptyani17 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

LSG

Kata hati lebih berharga daripada mengedepan kan seutas ego.

~author ~

Selang beberapa menit, sebuah pasta tersaji dengan menggiurkan diatas meja makan.

"Hanya ini yang bisa kau buat?"

Dia belum tau bagaimana mana rasanya,dan hanya tau merendahkan saja.

"Aku tidak ingin berdebat dengan mu, silahkan makan dahulu sebelum mengomentari"

Justin mulai mengambil garbunya, menghadiahkan Indra perasaannya dengan sebuah pasta yang sungguh lezat.

Matanya berbinar-binar merasakan masakan itu, seolah rasanya ingin memberikan kiasan cerita yang terpengal.

"Bagaimana?" Tanya Gerani dengan penuh harapan,merasakan Justin yang terhanyut oleh masakannya dapat dilihat dari sorot mata birunya.

"Biasa saja sama pada masakan pada umumnya" . Tapi ini begitu mewah seolah penuh cinta. Lanjut nya dalam hati.

"Baiklah". Aku sudah tau pasti orang seperti mu tidak akan berkata jujur karena gengsi. Cekal Gerani dihatinya.

      

                              ***

Gerani berdiri dibalkon apartemen Justin, letaknya begitu strategi sehingga bisa memanjakan Indra penglihatan nya yang disuguhi oleh suasana langit yang berwarna jingga.

Senja. Begitu eksotis sekaligus ekstrim di ingatannya.

Bunda suka sekali melihat senja, karena senja sama seperti bunda

Kenapa bunda bilang begitu?

Karena ada saatnya bunda akan pergi,jika ada seseorang yang merindukan bunda maka senja itu akan hadir dan senja itu adalah bunda.

Rani enggak mau bunda jadi senja,bunda hanya sesaat setelah itu pergi.

Iyah karena itulah bunda ingin menjadi senja,ada kalanya bunda disisi mu dan ada kalanya bunda pergi tapi senja selalu berjanji akan kembali,dan bunda akan kembali.

Terulang kiasan memori itu bila menatap senja.

Bunda benar. Gerani akan selalu mengingat nya.

Tak terasa genangan kristal putih terjatuh dari sebuah kelompok mata yang indah. Meninggalkan kesedihan yang amat mendalam.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Justin yang sedari tadi menatap Gerani yang hanya termenung dan tiba tiba meneteskan air mata.

Apa aku terlalu merendahkan masakannya? Apa hukumnya terlalu berat?

Ah tidak mungkin,dia kan wanita keras kepala.

Sekuat apapun wanita dia adalah makhluk yang lemah yang harus dilindungi,hati wanita lembut.

Ah tidak mungkin,mana mungkin. Sudahlah tinggalkan saja dia biarkan saja.

Sementara Gerani menahan Isak tangisnya,Justin hanya terdiam mendengar kan seluruh hatinya yang tengah melakukan perdebatan sedangkan dia sebagai notulen.

Justin,menarik tubuh tubuh Gerani didalam pelukan hangatnya.

Astaga jauh sekali dalam tindakan ku.

Ah sudahlah Justin, mungkin kau menyukainya.

Tidak mungkin,aku mencintai gadis keras kepala ini.

Berulang-ulang kali Justin menggelengkan kepala,mengusir bisikan aneh yang mengusiknya.

Astaga dirinya terlalu hanyut begitu dalam.

Bahkan saat ini tangannya bergerak mengelus pucuk rambut Gerani.

Tidak tahu siapa yang meletakkan tangan itu disana, tahu tahu malah sedang asik mengelus pucuk rambut Gerani.

Jauh diluar kendali.

"Sudahlah jangan bersedia,aku tidak tau apa alasan mu menangis tapi setidaknya jangan sakiti dirimu"

HAH? Apa yang barusan mulutku katakan? Apa aku sudah gila.

Sudahlah Justin,kau memang gila. Kau mencintai dia bodoh! Apa perlu aku ulangi lagi bodoh?

Bisikan-bisikan aneh dari hati Justin bergejolak, entahlah mereka sangat berisik memperdebatkan hal yang begitu tidak menarik.

Sementara Justin hanya terdiam.

Sesaat Gerani sadar dari isakan tangisnya, langsung meninggalkan dada bidang Justin yang sedari tadi memberikan pelukan hangat untuknya.

Gerani langsung melepaskan nya dan kembali pada mode on,"apa yang kau lakukan"tanyanya dengan kalimat sinis.

"Apa kau sudah gila? Kau barus saja menangis aku hanya menenangkan mu,apa kau berencana ingin menggoda ku"

Gerani hanya membersihkan air mata pada kelompok matanya setelah usai mendengar kalimat dingin dari justin"Maaf,aku akan pulang sekarang" setelah selesai dengan ucapannya Gerani melangkahkan kakinya bergerak menuju pintu keluar.

Apa aku tuli? Atau pendengar ku terganggu? Dia barusan berkata maaf?

Justin hanya menyegeritkan alisnya,heran atas perlakuan nya tadi.

Justin pergi mengejar Gerani yang tengah berada diambang pintu," biar aku yang mengantarmu pulang"

"Tidak usah aku bisa sendiri"

"Hari sudah mulai gelap,tidak baik pulang sendiri"lanjut Justin yang langsung menyeret tangan Gerani memasuki mobil.

Selama dalam perjalanan Susana hening melanda diantar mereka, hingga Gerani memutuskan untuk memecahkan keheningan

"Ehem kenapa bapak tinggal di apartemen? Kenapa enggak sama keluarga"

"Bukan urusan mu"

Sumpah nyesel banget,niat mau berbaik hati malah kemakan sama singa yang mulutnya kek sambel.

Alhasil mendengar tanggapan dari Justin,Gerani hanya mampu memberi sumpah serapah nya dalam hati.

Menyesal. Itulah yang dirasakan Gerani saat mendengar pernyataan Justin. Niat hati ingin berbaik hati malah menahan sakit setengah mati.

Sudahlah Gerani,dia itu emang manusia dari kutub Utara,jangan sok Sokan baik sama dia.

Setengah jam dalam perjalanan,karena terjebak macet dijalanan, membuat Gerani lebih memilih berkelana dialam bawah sadar daripada berhadapan dengan manusia es disampingnya.

Setelah sejam kemudian,mobil Justin berhenti disebuah rumah mewah bernuansa putih dengan pahatan patung yang berada dihalaman depan dan juga disuguhi oleh bunga bunga yang begitu mempesona.

"Udah sampai"Justin menoleh kearah Gerani,mendapati Gerani yang sedang tertidur pulas.

Melihat kedamaian dalam wajah Gerani,Justin pun tak tega membangunkannya akhirnya Justin menggendong nya sampai kamar.

Tok...tok... tok...

"Permisi"

"Iyah cari siapa yah den? Loh non Gerani"

"Saya manajernya bi,tadi dia ketiduran dimobil bisa saya bawa dia masuk bi"

"Silahkan den, kamarnya ada dilantai dua pintu warna biru"

Langkah Justin akhirnya berhenti disebuah pintu kamar berwarna biru, dengan pernak-pernik bernuansa Mickey mouse didepan pintu.

"Hah dasar! Menjijikkan sekali"monolog Justin, kemudian lanjut membuka pintu kamarnya.

Oh my God . Betapa kagetnya Justin melihat isi kamar Gerani. Wallpaper berkonsep Mickey mouse dan antek-anteknya.

Secepatnya Justin meninggalkan kamar bayi Gerani tersebut.

"Saya pamit pulang dulu ya bi"

"Iyah den makasih"Justin tersenyum sebagai tanda menjawab pertanyaan bibi tersebut.

Amanda Putri Bessara, adalah kepala pelayan rumah Gerani yang dari kecil mengasuhnya.

                            ***

Justin prov

Setibanya di apartemen Justin membaringkan diri, sekejap ingin menyelam dialam bawah sadar malah dipikirannya terlihat wajah Gerani.

Sontak,Justin langsung membuka matanya dan kembali duduk di ranjang nya.

Astaga apa aku sudah gila?

Bukan gila bodoh, jelas jelas kau tertarik padanya apa perlu aku mengoperasi otakmu.

Tidak mungkin,tidak!

Lantas kenapa kau memikirkan nya? Sudahlah jangan menyangkal.

Aku bilang aku tidak menyukai nYa ataupun tertarik.

Benar-benar otakmu sudah abnormal, sudahlah berbicara dengan mu hanya akan menjadi gila karena kau sendiri sudah cukup tidak waras. Dasar bodoh. Otak udang bahkan udang lebih pandai.

Justin hany terdiam, dengan tatapan kosong sedangkan dalam hatinya sedang mengadakan rapat besar-besaran sampai tak kunjung mendapat pencerahan.

"Tidaakkkkkk" teriak Justin sambil menggelengkan kepalanya.

"Woyy berisik amat sih"terdengar suara dari kamar Justin.

"Angkasa? Ngapain Lo disini? Sejak kapan disini"

Angkasa Rahardja Baskara, seorang CEO mudah berbakat, memiliki postur tubuh atletis dan juga mata coklat yang menarik.

Dan jangan lupa,mereka memiliki sifat yang bertolak belakang.

Jika Justin lebih terkesan tidak banyak omong maka angkasa banyak bicara,jika Justin dingin pada wanita maka angkasa pandai menggoda,dan satu lagi justin tidak memiliki pacar maka angkasa play boy kelas kakap cap singa.

"Santai kali banyak amat pertanyaan"

"Bukannya elo di italy"

"Gue udah pulang,urusan bisni gue udah selesai "

"Terus?"

"Gue rindu sama Lo" tukas angkasa yang langsung memeluk Justin.

"Lepas, sebelum hilang tanga Lo"

Sontak angkasa melepas pelukannya, temannya yang satu ini memang kelewat dinginnya"Galak bener,oh Iyah gue ada cewek Lo cantik banget dan elo pasti suka"

"Buat elo aja gue enggak mau"

"Kan elo tau cewek gue udah segudang,jadi ini khusus gue carikin buat elo"

"Gue enggak pernah minta elo buat cariin cewek buat gue"

"Kan inisiatif"

"Lebih baik inisiatif elo,Lo pakek buat urus perusahaan elo sebelum bangkrut"

"Tap—"

"Diem sebelum gue tabok mulut Lo"

Refleks angkasa menutup mulutnya, sementara Justin memilih berbaring kembali.

Daripada mendengarkan ocehan angkasa yang hanya membuat kepalanya tambah pusing.

Akhirnya tepat malam ini Justin tidak bisa tertidur tenang, ditambah pikiran nya yang kacau dan juga racauan suara dengkuran dari angkasa yang memilih menginap di apartemennya.

                             ***