webnovel

Love Of The Water Dragon

Kerajaan Nocturnus memiliki 2 putri cantik, Alecta adalah yg paling difavoritkan rakyat, dan Glacia adiknya sama sekali tak diperhatikan banyak orang karna tak memilki kemampuan yg menonjol. Hal inilah yg menimbulkan rasa iri dengki pada sang adik. Pada suau hari, Alecta tak sengaja bertemu dgn seorang naga laut saat ia baru saja berlabuh. Naga tersebut berubah menjadi seorang pria tampan dengan penampilan yg unik. Pria dari bangsa naga air itu bernama Nadish. Hari demi hari mereka menghabiskan banyak waktu bersama secara diam-diam dan menjadi sepasang kekasih. Sayangnya, hal ini dimanfaatkan oleh Glacia untuk menjatuhkan kakaknya karna bangsa naga laut memiliki hubungan yg kurang bagus dengan manusia. Sehingga saat Alecta mengajak kekasihnya ke istana, pria itu difitnah tak henti-hentinya hingga mereka berdua berujung pada kematian. Alecta bersumpah akan bangkit lagi ke dunia untuk membalaskan dendamnya. Namun ternyata, roh Nadish kembali hadir untuk memperingati Alecta yg berhasil beringkarnasi, meminta Alecta memutus rantai kebencian dan membuang rasa dendamnya, serta memaafkan adiknya. Akankah Alecta mau mendengarkan pesan dari roh kekasihnya atau terus melanjutkan rencananya utk balas dendam?

Bella_Frasty · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Chapter 6: Pemenang Sayambara

"Ayah sudah memberikan suratmu pada gadis itu."

Nicholas sumringah."Terima kasih, bagaimana keadaan Alecta disana?"

"Dia terlihat baik-baiks saja. Putri Glacia ternyata mengadakan sayambara, pantas saja acaranya begitu meriah." Kekeh ayahnya.

Nicholas menghela nafas. 'Syukurlah."

"Memangnya apa isi suratmu? Kenapa harus diikat begitu? Ayah jadi penasaran."

"Hm, bukan apa-apa." Ucap Nicholas tersenyum rengkuh.

Ayahnya Nicholas menunjukkan beberapa makanan dan maninan yg ia dapat dari dunia manusia dan mengajak anaknya pulang ke gua bawah laut mereka.

***

"Alecta! Kemana saja kau?!" Teriak Liliana, ia daritadi mencari anaknya yg tiba-tiba hilang dari tempat duduknya.

"Ma-maaf bu, aku tadi ke dapur istana.." Ucapnya sembari menyodorkan roti yg dipegangnya.

Liliana menjewer telinga gadis kecil itu. "Sayambaranya sudah selesai, acara makan sudah dibuka. Untuk apa kau ke dapur istana hah?"

"A-aduh.. sakit bu." Ringis Alecta. "Aku tidak tahan jadi aku ke dapur, aku kira acaranya akan lama."

"Pasti ada sesuatu yg kau sembunyikan.. apa kau menyelinap pergi utk menemui temanmu itu?" Tatap Liliana tajam.

Alecta langsung menggeleng utk membantahnya. "Sama sekali tidak! Aku tidak bohong bu..!"

Saat mendengar suara MC yg sudah mempersilahkan para tamu dan pangeran yg mengikuti sayambara menyantap hindangan kerajaan, Liliana menghela nafas, ia memilih utk tidak mencari masalah dgn anaknya dan mengabaikan apa yg dilakukan Alecta tadi.

"Ya sudah. Lain kali jangan pergi tanpa memberitau ibumu." Tuntutnya. Alecta mengangguk. "Kalo begitu ayo kembali ke aula, putri Glacia pasti sudah menunggu kita."

***

Riven mendengus saat pangeran Loius memegang tangan putri Glacia dan memberikan kecupan singkat ditangannya. "Sudah kubilang kan putri, aku pasti memenangkan sayambara ini." Ucap Loius dgn bangganya, sesekali melirik Riven.

Pengawal tampan disebelah Glacia tersebut hanya berdecih dan membuang muka.

"I-iya.. pangeran Loius, se-selamat atas kemenanganmu.." Jawab putri Glacia tersenyum rengkuh.

"Aku sangat senang bisa mendapatkan pasangan secantik dirimu, putri. Terima kasih atas perhatian yg kau berikan diperlombaan tadi, itu membuatku termotivasi utk menang."

Putri Glacia melepaskan tangannya yg dari tadi dipegang oleh pangeran itu dan mengangguk, masih dgn raut wajah pura-pura bahagia. "Aah, i-itu.. bukan apa-apa. La-lagipula, aku sdh berjanji pada Yg Mulia Raja, ayahmu."

Pangeran Loius terlalu senang sampai dia selalu ingin menyentuh putri Glacia, sedangkan putri itu tak bisa banyak bereaksi karna takut membuatnya ilfill. Dari awal dia sudah menduga bahwa pangeran ini akan memenangkan sayambara, Glacia sudah melihat bakat dan tekadnya waktu menginap dikerajaan mereka.

Sedangkan Riven, dia merasa ada yg tidak beres dengan perlombaan tadi, beberapa pangeran lain yg berpartisipasi dalam lomba juga berbisik-bisik tentang pangeran Loius yg bisa mendapatkan score sempurna disetiap lomba. Riven curiga bahwa pangeran Loius curang dalam sayambara ini, dia berniat utk menyelidikinya nanti. Tapi sekarang, sepertinya Putri Glacia membutuhkan bantuan utk menghindari pangeran Loius yg semakin tidak terkontrol.

Riven yg geram itu menepis tangan pangera Loius dan berdiri di depan Glacia.

"Hey, memangnya kau siapa? Berani sekali menepis tanganku dgn kasar!" Bentak pangeran Loius.

"Saya memang bukan keluarga bangsawan, tapi saya adalah pengawal kepercayaan Raja Daniel sekaligus wakil putri Glacia, saya hanya menjalankan tugas." Jawab Riven santai.

"Tugas macam apa yg kau jalani? Berdiri di depan putri Glacia dan menghalangiku mendekati calon istriku sendiri, apa itu tugasmu?"

Ucapan pangeran Loius terdengar oleh semua orang karna suaranya yg besar, Riven menoleh ke seluruh aula, orang-orang berbisik dan menatapnya dgn tatapan aneh.

Pria itu berdehem dan berbalik badan ke arah putri Glacia. "Apa kau ingin aku pergi dan membiarkan kalian berdua bermesraan?" Ucapnya dengan nada datar.

Putri Glacia terlihat khawatir, gadis itu mencengkram lengan baju Riven dan menggeleng kecil. Pipi Riven memerah saat melihat reaksi dari putri Glacia yg bisa disebut langka, dia seperti memohon agar Riven tidak meninggalkannya bersama pangeran Loius.

"Ka-kalo begitu.. bantu aku bicara, jangan diam saja, putri." Ucapnya.

Glacia mengangguk dgn kepala yg tertunduk.

"Bagaimana? Masih berani melawanku?" Ketus pangeran Loius.

Riven membungkukkan badan sedikit dan meminta maaf. "Saya tidak ingin menyulut api dengan orang dari kerajaan tetangga kami, pangeran. Saya minta maaf, tapi putri Glacia tidak suka dgn cara anda mendekatinya, tolong mengertilah."

Pangeran Loius terkekeh. "Benarkah itu Putri? Apa kau gugup?"

Riven siap siaga di depan Glacia saat pangeran itu berusaha meraih putri Glacia.

"Mungkin pangeran benar, selain itu, putri Glacia sudah bekerja keras dari pagi utk mengatur acara ini dan dia sudah kelelahan. Saya akan membawa putri Glacia ke kamarnya utk beristirahat dulu, silahkan pangeran menikmati hidangan istana bersama kerabat yg lain." Ucap Riven masih dgn tatapan sinis.

Pangeran Loius mendengus dan menatap Glacia yg daritadi menunduk. "Kau pasti hanya mengarang cerita, aku curiga Putri punya hubungan dgn pengawalmu ini." Tatapnya.

Putri Glacia langsung membantah hal itu. "Jaga ucapanmu pangeran, aku masih menghormatimu karna kau dari kerajaan tetangga dan pemenang sayambara, jika aku jujur, aku takut kau akan sakit hati makanya aku memilih diam. Tidak ada hubungan apapun diantara aku dan pengawal pribadiku, yg dia katakan benar, aku lelah." Tegasnya.

Pangeran Loius dan seluruh orang disana terdiam mendengar ucapan Glacia.

"Ta-tapi.."

"Kau tau apa tentangku? Sedangkan dia adalah orang yg 24 jam bersamaku, mengawasi dan menjagaku, dia tau betul apa yg sedang kurasakan dan apa yg sedang aku kerjakan. Riven sudah seperti temanku. Sedangkan kau belum tau apa-apa tentangku, maaf jika aku lancang, tapi kau belum menjadi suamiku maka jangan berani menyentuhku." Potong Glacia.

Riven yg terbelalak dgn ucapan Glacia tersebut melirik Liliana dan orang-orang yg menatap mereka sambil berbisik-bisik. Dia tersentuh dgn ucapannya, baru kali ini putri Glacia mengakui dirinya sebagai orang dekat atau temannya di depan banyak orang. Biasanya saat bersama Liliana, dia akan selalu mengusirnya dan menyuruhnya utk tidak ikut campur.

Sekali lagi Riven membungkuk kecil di depan semua orang dan pangeran Loius.

"Maaf semuanya! Ini hanya masalah kecil, bukan apa-apa. Saya mohon untuk tidak khawatir dan lanjutkan acara makan kalian. Selamat menikmati." Tegas Riven. Para tamu undangan hanya mendengus dan melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.

"Untuk pangeran Loius, kau sudah memenangkan sayambara dan kau masih punya banyak waktu untuk mengobrol dgn putri Glacia. Tapi saat ini, dia sangat kelelahan dan saya harap anda bisa memahami dirinya." Riven mendekati pangeran Loius dan berbisik ditelingannya. "Jangan bertindak semena-mena dgn putri Glacia, aku selalu mengawasimu pangeran, biasanya jika aku kesal dengan seseorang aku akan membuatnya dipermalukan."

Loius melotot saat Riven membisikkan hal itu. "Kau mengancamku?!" Ucapnya.

"Apa menurutmu begitu? Ah, kau salah paham pangeran. Mungkin karna kau kelaparan dan kurang minum, sebaiknya kau nikmati dulu hidangan mewah yg kami sajikan untukmu dimeja dan tenangkan dirimu. Kau pasti lelah karna bertanding." Ucapnya tersenyum palsu.

Pangeran Loius mendegus dan membuang muka.

"Baiklah, mari kuantar ke kamarmu, Putri." Lanjut Riven. Glacia menunduk saat Loius meliriknya dan berbalik mengekori Riven di belakang.

Liliana yg melihat pertengkaran kecil tadi menghela nafas. Dia akan menemani putri Glacia setelah mengurus acara dan para tamu kerajaan yg berpartisipasi. "Alecta, setelah makan langsung kembali ke kamar dang anti baju. Jangan tidur terlalu malam."

"Baik bu." Jawab Alecta kecil, gadis itu masih memandang putri Glacia dan pangeran Riven yg berjalan dikoridor.