webnovel

Love Me Please

Perjuangan Lydia Anderson demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah ternyata membawanya ke kehidupan yang penuh prahara. Dijadikan istri diatas kertas oleh Kenrick, sampai kehadiran kekasih masa lalu Kenrick semua Lydia jalani dengan penuh kesabaran. Tapi bagaimana dengan hati Kenrick sendiri? Apakah dia akan mencintai Lydia seperti dirinya mencintai Kenrick? Atau Kenrick justru akan memilih mantan kekasihnya?

Risna_Afrianty · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

Bab 2

Pagi ini Lydia harus pulang ke rumahnya terlebih dahulu sebelum pergi ke kantor, karena semalam Lydia tidur di rumah sakit menemani Jeff. Lydia meninggalkan rumah sakit saat fajar, saat sang ayah masih terlelap dan belum membuka matanya.

"Cepatlah membaik Yah, aku sayang Ayah," kata Lydia sebelum dia mencium kening laki-laki paruh baya itu.

Lydia mengendarai mobilnya dengan santai, karena keselamatan adalah hal terpenting menurut Lydia. Meskipun Lydia mempunyai supir pribadi, tapi dia lebih suka membawa mobil sendiri. Karena memang Lydia bukanlah anak yang manja seperti anak-anak orang kaya pada umumnya.

"Haruskah aku memenuhi keinginan ayah?" tanya Lydia pada dirinya sendiri.

"Tapi apa Ken sendiri mau menerima aku? Apakah dia mau menikah denganku?" Pertanyaan demi pertanyaan Lydia ucapkan untuk dirinya sendiri. Dia belum bisa memutuskan, tapi di sisi lain rasanya dia memang harus menerima tanpa harus berpikir panjang karena demi ayahnya.

Sampai di rumahnya, Lydia membersihkan diri dan menyiapkan bahan yang akan ia gunakan untuk presentasi pagi ini. Meskipun Lydia mempunyai sekretaris, tapi kalau untuk hal yang penting dia lebih suka mengerjakannya sendiri. Setiap bahan presentasi dengan klien penting, Lydia selalu mengerjakannya sendiri tanpa campur tangan orang lain secara langsung.

"Akhirnya selesai juga," kata Lydia sambil menutup laptopnya.

Lydia segera membersihkan dirinya, berpakaian rapi lalu mengisi perut kosongnya.

"Bi, kayaknya nanti malam saya mau tidur di rumah sakit lagi nemenin ayah, Bibi nanti masaknya ngak usah masakin saya ya," kata Lydia setelah menghabiskan sarapannya.

"Baik Non," jawab Sita.

Lydia langsung menuju kantor dengan mobilnya, dia tidak mau terlambat untuk presentasi penting pagi ini. Meskipun Lydia masih kepikiran soal perjodohan itu, tapi dia tetap bersikap profesional di kantor.

"Lyd, bagaimana kabar Om Jeff? Semakin baikkah?" tanya Shana, sekretaris sekaligus sahabat Lydia.

"Tidak ada yang beruba Sha, ayah juga menolak untuk dirawat di Kanada," jawab Lydia.

"Kamu yang sabar ya Lyd." Shana berusaha memberikan semangat untuk sahabat sekaligus atasannya itu.

"Tapi Shan, ada sesuatu yang terasa berat untuk aku," kata Lydia.

"Berat bagaimana Lyd? Apanya yang berat? Coba deh kamu cerita," ujar Shana membujuk sahabatnya.

"Ayah ingin aku menikah Shan, aku bingung sekali karena aku belum ada bayangan ke sana." Lydia terlihat bingung memikirkan hal ini lagi.

"Menikah? Sama siapa Lyd, kamukan ngak punya pacar," sahut Shana asal.

"Iya itu masalahnya Shan, makanya sekarang aku bingung." Lydia menghela nafasnya cukup panjang seperti orang yang putus asa.

"Aku lanjut ceritanya nanti Shan, sebentar lagi ada presentasi penting. Kamu sudah siapkan?" tanya Lydia.

"Sudah Lyd, dokumennya juga sudah aku siapin untuk berjaga-jaga kalau mungkin kamu lupa. Iya memang itu kemungkinannya kecil, tapi siapa tahu aja kamu capek bolak-balik ke rumah sakit jadi lupa," turur Shana.

"Iya Shan aku paham maksud kamu, terima kasih ya sudah banyak membantu aku selama ini," ucap Lydia tulus.

"Ngak usah berlebihan Lyd, aku yang berterima kasih karena kamu dan keluarga kamu sudah baik kepada aku selama ini," kata Shana lagi.

"Iya Shan iya, tapi sekarang bukan saatnya untuk berdebat, kita harus cepat ke ruang meeting." Lydia beranjak dari kursinya, mengambil berkas yang ada di mejanya lalu bergegas ke ruang meeting.