webnovel

Love For The King

[DEWASA 21+] "Bisa kah kita memulai kisah ini dari awal? Tinggalkan cinta dan cerita di masa lalu, dan jadi lah Ratu di kerjaan ku!" - Raja Barraq - Wanita yang pernah ia beri nama Ester itu nampak berpikir. "Aku bisa memulainya dari awal, hanya saja untuk mejadi ratu mu aku butuh waktu untuk berpikir." - Mayor Mandalika." ***** Pernikahan yang tinggal menghitung hari harus gagal karena suatu bencana yang tak terduga. Menyisakan malam kelam yang mencekam. Begitulah hidup tidak akan pernah bisa terbayangkan apa yang akan terjadi di satu detik waktu yang akan datang. Calon pengantin wanita gugur karena bencana besar yang datang meluluh lantahkan pulau kecil yang tenang dan indah di malam hari itu. Menyisakan kenangan di kehidupan yang lalu dan memberikan kehidupan baru yang terasa membahagiakan. Namun sehebat apa pun rahasia itu di sembunyikan suatu saat pasti akan muncul juga di permukaan. Karena sejatinya cinta akan selalu menunjukkan kemana hati akan melangkahkan kaki menemukan sang kekasih hati sesungguhnya. Mayor Mandalika seorang komandan pemimpin pasukan khusus tim Garuda yang menghilang setelah gempa besar terjadi di penghujung misi penyelamatannya. Tuhan masih memberikan ia kesempatan untuk kehidupan keduanya di tempat dan situasi yang jauh berbeda dari sebelumnya. Akan kah ia bisa kembali ke cinta sejatinya atau akan terus terjebak selamanya dalam permainan lelaki bernama Barraq seorang raja tampan sang penguasa di negeri maju yang dikenal dengan nama Negeri Permata itu. Seorang raja yang begitu membenci wanita dan pada akhirnya jatuh cinta pada pandangan pertamanya. Bagaimana kah kisah cinta sang perajurit ini akan berakhir?. Akankah ia bisa memilih antara kenangan dan cinta yang hadir dalam dua kehidupannya?

Ester_nu746 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
3 Chs

BAB 1

"Hallo sayang, bagaimana kabar mu hari ini. sungguh aku sangat merindukan mu." Suara manja seseorang dari seberang sana.

"Ya ampun Raz kamu tidak salah makan cemilan kan hari ini? Jangan-jangan anak peluru kamu kira kuaci Raz? Atau tenggorokan ku ke tusuk anak panah kah?" seloroh Mandalika dengan diiringi suara tawanya.

"Sialan kamu memang ya, di ajak romantis salah nanti galak-galak juga salah." Protes Farraz dengan nada kesalnya.

Mereka kembali seperti Tom an Jerry, tapi memang seperti itu lah mereka dari dulu.

"Maaf maaf. Aku juga sangat merindukan mu, tunggu aku pulang ya!" Mandalika mulai berbicara dengan serius.

"Aku sudah tidak sabar menantikan hari bahagia kita sayang." Ucap Farraz dengan binar wajah bahagianya di sana.

"Aku juga, tunggu aku pulang ya!" Mandalika tersenyum dengan wajah merona mengingat esok ia akan kembali ke pelukan lelaki itu dan dua hari selanjutnya acara sakral mereka akan berlangsung.

"Cepatlah pulang. Rumah kita sudah menunggu." Sambut Farraz.

"Ya sudah aku matikan dulu ya sayang telponnya."

Acara kangen-kangenan mereka pun selesai walau hanya bisa saling mendengarkan suara masing-masing saja. Mandalika memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya. Tatapannya kembali tertuju pada bentangan luas di hadapannya.

Lukisan senja yang mulai menampakkan diri tergores pada setiap jengkal hamparan langit di atas lautan itu. Warna jingga menyala di ufuk barat sana dengan pantulan bayangannya di atas air laut yang tenang menyala seperti api yang berkobar. Sungguh indah pemandangan sunset di pulau ini. Rasa damai dan tenang akan menyelimuti tatkala melihat lukisan sunset ini. Sang surya mulai tenggelam meninggalkan singgasananya. Inilah obat penenang jiwa yang tak bisa terlewatkan setiap waktu di pulau perbatasan ini.

Sosok seorang wanita tengah menikmati keindahan sore itu dari atas menara pengawas yang berdiri kokoh di atas tebing pulau Matahari tersebut. Iya wanita ini selalu setiap setiap sore harinya untuk menikmati lukisan indah sang Pencipta dan mengusir petugas yang berjaga di sana menggantikan mereka hanya pada saat sore menjelma. Tangannya yang terlihat kokoh dimasukkan kedalam kantung celananya. Ini hari terakhirnya di pulau Matahari dan dia ingin menikmati senja ini lebih lama.

"Terimakasih sudah selalu menghiburku dengan keindahan mu matahari. Namamu secantik lukisan mu." Ucapnya terlihat goresan senyum merekah di bibir manis itu. Misi besarnya di pulau ini telah selesai. Postur badan kokoh yang berdiri dengan gagah mengenakan baju kaos berwarna hijau lumut serta celana lorengnya. Namun sayang wajahnya tertutup oleh goresan-goresan berwarna hitam untuk menutupi identitas dirinya. "Sangat tenang disini, andai saja waktu bisa berhenti sekarang. Aku tak ingin beranjak meninggalkanmu." lanjutnya lagi. Suaranya teredam oleh suara ombak yang membentur pada batu tebing itu.

Sudah saatnya ia pergi sekarang, karena sang raja langit sudah kembali ke peraduannya meninggalkan kegelapan di ujung langit sana. Namun baru selangkah ia menghentakkan kaki yang berbalut sepatu kokohnya itu membuat suara dentuman pada kayu yang ia pijak. Tiba-tiba suara gemuruh terdengar ya itu bukan suara gemuruh ombak atau angin atau kayu yang ia pijak. Melainkan suara gemuruh yang entah berasal dari mana hanya dalam hitungan detik sebuah guncangan terjadi membuat tubuhnya yang kokoh hampir tumbang. Ia tersungkur namun berhasil meraih tiang besi menara pengawas.

Hingga terdengar suara teriakan dari seseorang di bawah sana yang melihatnya dengan panik.

"Komandan cepatlah turun. Sebelum ada gempa susulan!" teriak lelaki berseragam lengkap dengan senapan panjangnya memperingatinya.

Gempa baru saja terjadi di pulau perbatasan itu, hanya dalam waktu sekian detik membuat guncangan yang hebat. Wajah sosok di atas menara masih tetap tenang dan berusaha berdiri untuk mengambil langkah cepat meninggalkan menara. Namun sayang dia kalah cepat dengan waktu, benar saja guncangan kedua datang lagi dengan kekuatan yang lebih besar. Suara gemuruh semakin mengerikan memekik telinga, ditambah suara hempasan ombak yang mulai meninggi menghantam tebing menara itu. Guncangan yang cukup mengerikan dan berlangsung lumayan lama sampai hitungan menit. Serta merta bangunan yang ada di pulau itu luluh lantak diiringi jeritan suara orang-orang yang meminta pertolongan dan kepanikan serta ketakutan yang menyelimuti mereka. Yang terlintas dalam benak mereka hanyalah bagaimana menyelamatkan diri dan anggota keluarganya.

"Apa ini akan menjadi akhir dari perjalananku. Maafkan aku bang tidak bisa menepati janjiku. Takdir tidak berpihak pada kita. Bukan musuh yang membawaku pergi melainkan alam yang sedang menumpahkan amarahnya." Batin wanita itu yang sudah pasrah namun tetap dengan wajah tenangnya ia ikhlas jika gempa ini adalah jalan terakhirnya untuk kembali ke sang pencipta. Tanggungjawab yang ia pikul di pundaknya kini akan berakhir dengan kebahagian dan kemenangan. Tidak pernah ada rasa takut akan kematian karena setiap detik yang ia lalui memang selalu memposisikan diri antara dua pilihan. HIDUP atau MATI. Sehingga kematian tidak pernah terasa menakutkan dalam benak dan pikirannya karena kematian selalu setia mendampinginya.

Perlahan namun pasti menara itu mulai tumbang, alam telah mengalahkan kakinya yang selalu berdiri kokoh pada tebing itu. Masih terdengar sayup-sayup suara yang lantang berteriak memanggil namanya berkali-kali dari bawah sana. Para perajurit yang lain tidak bisa melakukan apa-apa. Menara yang tinggi dan berada di atas tebing yang curam dengan lautan di bawahnya. Tubuh sang pemimpinnya begitu jelas terlihat menukik tajam bersamaan dengan besi-besi dan kayu penyangga menara.

Tragedi yang teramat sangat mengerikan gempa dengan kekuatan 8,9 magnitudo disertai tsunami kecil yang mengguncang pulau Matahari malam itu berlangsung kurang lebih tiga menit lamanya namun sudah membuat kerusakan hampir setengah pulau itu hancur. Barak pasukan penjaga perbatasan dan keamanan di pulau itu juga tak luput dari kehancuran. Begitu banyak puing reruntuhan bangunan berserakan untung air laut tidak ikut menghantamnya karena letaknya yang berada di perbukitan yang tinggi. Listrik, jaringan dan saluran komunikasi semua terputus karena mati total. Pasukan Garuda memang pasukan yang tangguh dan lincah sehingga mereka bisa mengevakuasi regu mereka dengan cepat. Benar saja tidak ada prajurit yang mati tetapi tidak sedikit pula yang mengalami cedera ringan bahkan ada beberapa yang mengalami cedera berat.

"Cepat kalian cari korban yang lainnya dan segera lakukan evakuasi!" titah sang wakil komandan pasukan tersebut dengan suara lantangnya setelah guncangan gempa berhenti. "Yang lain ikut aku menyisir tebing menara pengawas mencari keberadaan Komandan Mandalika!" lanjutnya.

"Komandan kamu tidak boleh mati, kamu harus bertahan!" Batinnya seraya bergegas mengumpulkan beberapa pasukannya untuk memberikan arahan dalam mencari sang komandan mereka yang hilang.

Pulau yang biasanya selalu di selimuti keindahan di kala sore menjelang dan ketengan di saat malam, kini berganti menjadi mengerikan dan menakutkan bagi semua penghuninya. Setelah 15 menit terjadinya gempa yang maha dahsyat media sudah berbondong-bondong menayangkan kabar duka yang datang dari salah satu pulau di negeri Surya itu. Bencana alam yang baru pertama kali terjadi di sini dan sudah bisa menghancurkan setengah pulau. Kini bertambah lagi kenangan mengerikan yang terjadi di pulau paling ujung negeri ini. Biasanya media memberitakan tentang kepanikan dari warga pulau Matahari karena adanya gencatan senjata dan penyanderaan warga sipil oleh kelompok orang dari negeri seberang yang inging menguasai pulau tersebut karena kekayaan alamnya. Selain itu media juga sering memberitakan bahwa di pulau ini sering terjadi perdagangan manusia serta tempat persembunyian para penjahat kelas atas. Namun kali ini media membawakan berita bencana alam lah yang kini sedang melumpuhkan pulau tersebut.

Seisi negeri Surya menampakkan kepanikannya sekarang bahkan dunia juga turut terguncang dengan kejadian tersebut. Semua kalangan baik dari pemerintahan, kemiliteran, kesehatan, serta pebisnis dunia secepat kilat mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan langkah apa yang akan mereka lakukan mengingat bencana ini benar-benar melumpuhkan setengah pulau itu bahkan sedikit lagi hampir seluruh pulau.

Sedikit cerita tentang pulau Matahari yang menyimpan rahasia teka-teki yang membuat dunia juga dalam ketidak percayaan. Di saat pagi menjelang pulau ini penuh dengan catatan kriminal yang teramat sangat berbahaya dan mengerikan tetapi di saat sore hari datang menjelma pulau ini menjadi sangat indah dengan ketenangan luar biasa yang bisa membuat hati orang yang tinggal dalamnya merasa sangat aman dan tenteram.