webnovel

Gay ?

Perjalanan kali ini begitu lama, satu jam lebih. Kini mereka sampai di Pantai Parangtritis. Sebelumnya mereka ingin berenang, namun karena banyak yang tak setuju, jadi tujuan terakhir berubah ke pantai. Deburan ombak dan angin sepoi-sepoi menyambut kedatangan mereka.

Yuedi duduk melihat ombak, bibirnya tersenyum sedikit. Dia hanya diam, entah sedang memikirkan apa. Mereka melihat mood Yuedi yang sedang bagus, dan mulai menggosip tentang dirinya.

Inggit : Yud, apa yang kamu lakukan selesai kelas?

Yuedi : main bola, kalau nggak, ya tidur

Inggit : ohh...

Roni : jangan mempercayainya, dia itu otaku.

Yuedi : ...

Mika : aku suka cowok otaku.

Roni : ....

Inggit : Yud, apa kamu bermain Perfect World? Soalnya ketika aku mengikuti siaran langsung Tears, suaranya mirip denganmu....

Heni : ....

Yuedi : aku tak bermain game.

Mika : Ah, mungkin kamu terobsesi dengan Tears. Aku beri tahu ya, bisa saja suaranya sexy. So what, mungkin kenyataannya dia cowok gemuk dan jelek. kami terlalu banyak berkhayal.

Yuedi : ....

Heni tak sanggup membayangkan jika Tears itu cowok gemuk dan jelek. Tiba-tiba dia merasa tak kasihan lagi telah meninggalkannya. Heni menipis pemikirannya, tidak baik menilai orang dari penampilannya.

Roni berjalan mendekati Heni, dan duduk disampingnya. Sebenarnya Roni masih mempunyai perasaan pada Heni. Pertama kali dia mengenal Heni, dia ingin mengajari Heni tentang cinta. Dulu dia mengajari Heni untuk selalu mengucapkan selamat malam kepadanya, dan lain sebagainya. Namun bagaimanapun juga, apa yang dia dapat hanyalah kekecewaan. Heni tetap tak ada perubahan, dan dia mulai bosan untuk mengajarinya cinta. Dia menyerah dan akhirnya mereka putus.

Sebenarnya Heni tidak melakukan hal yang salah. Dia hanya tak dapat memahami cinta. Dengan kata lain, dia tidak pernah mencintai Roni dari pertama.

Roni : Coba kalau kamu periang seperti Inggit, mungkin kita tidak akan berakhir seperti ini.

Heni : Bukankah sekarang kita baik-baik saja, tak ada yang berbeda.

Roni : ... (=_=)

Roni meninggalkan Heni sendiri, Heni kembali dengan lamunannya, tidak peduli dengan gosip disekitarnya. Jiwanya hilang dan hanyut memikirkan masalahnya sendiri.

Dia berpikir tentang hidupnya selama ini. Jangankan cinta, dia saja tidak mempunyai teman untuk menceritakan perasaannya. Dia tidak pernah keluar malam hanya untuk main.

Dia iri pada Inggit yang bisa bermain game sepuasnya sesuka hati. Dia juga iri pada Roni dan Yuedi yang mempunyai cita-cita menjadi pemain sepak bola.

Berpikir tentang kebebasan, ada yang mengganjal di hati Heni. Dia masih belum puas dengan kebebasan yang ia peroleh saat kuliah. Dia masih penasaran dengan dunia yang ada di luar jangkauannya. Dia ingin beristirahat dan menjelajahi dunia di luar sana.

Tetapi dia tahu, ibunya tidak akan pernah setuju. Dan Heni tidak punya keberanian melawan kehendak ibunya. Heni memandang langit dengan tatapan yang dalam, seolah-olah dia sedang melihat masa depannya, raut mukanya berubah datar tanpa ekspresi.

Heni membayangkan apa yang sedang dipikirkan Tears lima tahun yang lalu, ketika dia hanya bisa terus menunggu. Walaupun itu terjadi di game, bagi Heni itu termasuk bagian dari kehidupannya.

Dari dalam hatinya, muncul percikan api yang tak bisa diacuhkan. Kehangatannya menjelajahi semua yang ada di dalam tubuh Heni. Tanpa sadar dia duduk meringkuk seolah-olah sedang berada di depan api unggun. Dia juga tak menyadari seseorang telah berdiri disampingnya.

Yuedi : Dingin?

Heni : ah.... sedikit mungkin. Kukira tadi pagi cuacanya cerah, ternyata sampai disini sedikit dingin.

Yuedi : ada yang dipikirkan?

Heni : ya, aku hanya berpikir apa yang akan kulakukan ketika sudah menyelesaikan pendidikanku?

Yuedi : masih panjang perjalananmu.

Heni : Benar. Tapi jika aku memikirkan semua ini di tahun terakhirku, mungkin semua sudah terlambat. Setelah lulus, apakah mau kerja atau melanjutkan ke luar negeri. Aku membutuhkan waktu untuk mengambil keputusan. Sebenarnya, sebagian mahasiswa di kampus kita sudah memiliki tujuan yang jelas dari pertama kali mereka menginjakkan kaki di kampus ini.

Yuedi : Bagaimana denganmu?

Heni : orangtuaku ingin aku langsung bekerja.

Yuedi : Bagaimana denganmu sendiri?

Heni : Aku tak tahu.

Yuedi : Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Semakin lama kamu dalam keraguan dan bimbang, maka kamu semakin tak punya waktu untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Heni terdiam merenungkan apa yang Yuedi bicarakan. Mereka duduk bersampingan, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Langit yang sebelumnya berwarna biru cerah, berganti dengan awan mendung. Mereka mulai menjauhi pantai dan menuju ke rumah makan terdekat. Beberapa detik kemudian, hujan turun.

Mika : Katamu cuaca hari ini cerah!!

Roni : Di berita katanya turun hujan di malam hari, jadi kupikir jika kita pergi pagi-pagi, tidak akan ada masalah.

Yuedi : Sudahlah, Ayo masuk, sebelum kita diusir.

Inggit : Bagaimana jika mahal?

Semua : ....

Yuedi : aku traktir.

Mereka memasuki pintu rumah makan dan disambut oleh satu pelayan. Kemudia pelayan itu membawa mereka menuju ke suatu ruangan, yang didalamnya terdapat sebuah meja makan yang panjang dikelilingi dengan kursi yang terbuat dari kayu mahoni.

Heni duduk di kursi yang menghadap ke arah pantai. Kemudian pelayan tadi membagikan daftar menu, dan pergi meninggalkan mereka. Heni melihat - lihat daftar menu di halaman pertama, dan dia sangat kaget ketika melihat harganya benar - benar mahal.

Rian : sudah terlanjur masuk kesini. Pesan saja makanan yang ingin kalian pesan. Masalah bayar jika kurang, masih ada kakak senior yang akan membantu kita.

Heni : ....

Roni : ....

Inggit : ....

Yuedi : Sudah pesan saja, aku sudah bilang bahwa aku yang traktir

Inggit : Kita nggak setega itu juga Yud. Kami yang mengajakmu kesini, masa iya kamu yang traktir.

Yuedi : Aku ada hutang traktir makan pada Roni.

Roni : Biarkan dia yang membayar, dia banyak uang.

Cewek - cewek merasa senang sekali, siapa sangka Yuedi yang terkenal hidup apa adanya ternyata anak orang kaya. Hal ini menambah nilai plus dari kharismanya.

Ketika sedang makan, Inggit dan temannya mulai bergosip lagi tentang Yuedi. Itu karena biasanya Yuedi sangat sibuk jadi susah untuk mengobrol dengannya. Jadi, mereka menggunakan kesempatan ini untuk mengobrol dengannya secara langsung.

Inggit : Ron, hubunganmu dengan Yuedi sangat dekat ya?

Roni : benar.

Mika : kak Ron, apakah kamu tau tentang gosip yang beredar di kampus kita?

Roni : ....? apa ?

Mika : bahwa kamu dan Yuedi adalah sepasang kekasih

Roni : .....

Yuedi : .....

Mika : Itu karena Yuedi lebih banyak menghabiskan waktunya bersamamu. Bahkan dia tak pernah terlihat dekat dengan cewek. Muncullah berita kalau kalian pasangan gay...

Roni : tak masuk akal ... (=_=)

Rian : kalian benar - benar kejam.

Roni : Sudahlah. Makanya Yud, gara - gara kamu cuek pada cewek, muncul gosip kaya begini.

Mika : Biasanya cowok - cowok seumuran kalian sudah menunjukkan watak asli kalian.

Yuedi : Itu karena aku tak ingin menunjukkannya pada kalian.

Mika : Jadi kapan kamu akan menunjukkannya?

Yuedi : Di depan orang yang kusukai.

Cewek - cewek : (>////<)