Apa yang akan kau lakukan jika tubuhmu tiba-tiba mengecil lalu berubah menjadi setinggi dan seukuran jari telunjuk?
Panik? Ya, tentu saja, begitulah yang terjadi dengan Varrel beberapa saat yang lalu.
Semua ini berawal saat Varrel yang malam itu merasa sangat kelaparan dan berniat akan ngemil saja di dapur. Tiba-tiba merasakan gempa di sekujur tubuhnya dan semua benda di sekitarnya berubah menjadi raksasa, ternyata hal itu adalah proses mengecilnya tubuhnya. Sumpah, demi Yang Maha Esa dia hanya baru memakan segigit keripik kentang.
Kepanikan mulai terjadi saat sepasang netranya menatap ujung kaki-kakinya yang mana sebuah jurang dari kursi menganga gelap nan lebar di hadapannya. Ini bencana.
Kini apa yang terjadi dengannya setelahnya?
Gadis bertubuh mini itu tengah duduk bersila, tangan tersilang di depan dada dengan kain yang dulunya adalah bajunya, berhadapan dengan seorang anak laki-laki bernama Karhu yang mengaku seorang peri dari negeri Asteria.
Tidak, bukan, peri itu bukanlahlah yang mengubahnya atau mengutuknya menjadi makhluk mini ini karena ngemil di malam hari. Meski, Varrel sempat mengira begitu karena makhluk itu tiba-tiba muncul di hadapannya seperti hantu ditengah kepanikannya. Bukankah kejadiannya pas sekali? Dia menjadi kecil dan muncul makhluk kecil lainnya.
"Jadi, kau ini semacam jenglot atau apa? Dan di tempatmu banyak jenglot-jenglot lainnya begitu?"
Wajah anak laki-laki itu memerah. "Hei, sudah kubilang puluhan kali aku bukan jenglot. Aku peri tahu! Peri! Ingat-ingat itu!"
"Baiklah Tuan Peri." Varrel meresa konyol sekarang. Kini dia bicara dengan seorang peri. Ya, peri seperti yang di dongeng-dongeng itu. "Apakah kalau aku pergi ke tempatmu aku dapat berubah kembali ke bentuk tubuhku yang semula?"
"Itu aku tidak tahu." Sambil mengepakkan sayap-sayap transparannya, Karhu mengambil keripik kentang Varrel dan memakannya tanpa izin. Dilihat-lihat benar-benar seperti serangga. "Kita harus mencari tahu dulu apa sebabnya kau menjadi mini begitu."
"Kau ini bagaimana. Katanya di negerimu semuanya bisa di sembuhkan." Benar, 'kan? Susah-susah dia berusaha mempercayai pada makhluk ini. "Kau itu hanya jenglot penipu dan pencuri keripik!"
Peri itu langsung menjatuhkan keripik yang di pegangnya. Tuduhan Varrel seperti tepat. Dia seperti penjahat yang tertangkap basah, peri kecil itu menatap Varrel gugup. "A-aku! Aku bukan pencuri, aku hanya mengambilnya diam-diam dan kalau kau tidak percaya pada kaum kami kau tak perlu ikut denganku!"
Varrel semakin mengernyitkan alisnya. "Jadi, kau sering mencuri makanan di rumah kami, huh?"
"A-aku hanya memintanya sedikit."
Varrel menatapnya tidak percaya.
Karhu terbang mendekat. Lalu, berdiri di depan Varrel dengan wajah polosnya yang jelas sekali dibuat-buat.
"Ya, ya baiklah aku mengaku. Aku bosan dengan makanan di negeri kami. Kami hanya memakan daun-daunan dan buah-buahan setiap saat dan suatu ketika aku yang sedang berjalan-jalan mencium bau harum dari rumah ini dan..."
"Dan sejak saat itu kau mulai mencuri dari rumah kami."
"Aku tidak mencuri. Aku hanya mengambil makanan sisa."
"Oke, terserahlah. Jadi, intinya tadi kau ke rumah kami berniat mengambil makanan dan tanpa segaja melihatku yang begini. Kau bukan pelaku dari tubuhku yang berubah menjadi begini, 'kan?"
"Iya. Tentu saja bukan," jawab Karhu cepat.
"Yah... kalau kau atau salah satu kaummu benar-benar pelakunya tentu setelah menjadi tubuhku yang semula aku pasti akan menghancurkan negerimu. Akan kupijak dengan kaki-kakiku."
Karhu membulatkan matanya mendengar gumaman Varrel. Kakeknya benar, semua manusia busuk. "Ku rasa aku tak bisa membawa kau pergi. Kau dipenuhi pikiran jahat."
Karhu bersiap terbang, akan tetapi Varrel segera meraih kaki-kaki mungilnya.
"Hei, hei, hei, aku hanya bercanda. Jangan tingalkan aku, bawa aku juga."
Karhu bersiap mengusir Varrel. Akan tetapi, netranya lebih dulu melihat tubuh tak sehelai benangpun milik Varrel di hadapannya. Karhu ternganga sebelum wajahnya memerah dan cepat-cepat dia memalingkan wajahnya.
"Ya ampun. Pakai dulu pakaiannya."
Varrel menatap tubuhnya sendiri dan otomatis menjerit hiperbola. "Argggghhh! Peri mesum!"
*
"Ya Tuhan. Kuharap semua ini hanya mimpi."
"Oi, Manusia, kau sudah memakai pakaiannya belum?"
Varrel menatap sebuah daun yang kini melilit di tubuhnya. Mau dilihat bagaimanapun ini adalah selembar daun yang terlipat dan menekuk dengan sulur-sulur yang mengencangkan di tubuhnya dan membuatnya tidak melorot.
"Apa kau tidak punya pakaian lainnya? Maksudku yang terbuat dari kain? Sumpah aku masih merasa bugil." Varrel merentangkan kedua tangannya, membuat pakaian daunnya sedikit terangkat hingga atas betisnya. "Bahkan ini seperti akan langsung sobek kalau terkena angin."
Karhu menoleh dengan bibirnya yang mengerucut. "Mau bagaimana lagi. Itu yang biasa aku gunakan dan kaum kami gunakan. Kami bukan perusak alam seperti kalian manusia. Dan kami sama sekali tak mau menyiksa ulat sutra hanya demi kepentingan egois."
"Bukannya mengambil daun juga merusak alam?" Varrel mendengus.
Karhu tak bisa berkata-kata lagi. Berbicara dengan manusia di depannya membuatnya kehilangan kata-kata.
"Yasudahlah... aku harus terpaksa memakainya. Sekarang ayo kita ke negeri Asteria." Varrel tak perlu mengemas apapun juga. Semua barang-barangnya sudah menjadi raksasa dan yang dia khawatirkan sekarang mungkin orangtuanya mengira dia kabur dari rumahnya dan lebih parahnya mungkin akan mengira kalau dia diculik. "Kita harus pergi dari rumah ini sebelum matahari terbit. Akan gawat kalau nenekku melihat tubuhku mengecil begini. Bagus kalau mereka tidak membawaku ke lab dan membedah tubuhku."
Karhu hanya bisa menghela nafasnya. Dia mulai merasa menyesal mengajak Varrel ikut ke negerinya. Jangan sampai manusia itu nanti benar-benar mengacau.
"Hei tunggu dulu. Kau tidak membuatku bisa terbang?"
"Ha?"
"Yang seperti Tinkerbell itu. Kau menaburkan serbuk keemasan ke sekujur tubuhku, apa itu namanya, ya?--ah, iya, serbuk peri, supaya aku bisa terbang."
"Sebuk peri? Itu tidak ada. Kau berjalan kaki ke negeri kami."
Varrel menatap peri di depannya itu dengan tidak percaya. Berjalan kaki? "Kau pasti bercanda, 'kan?"
"Tidak."
Karhu bersiap mengepakkan sayapnya dan terbang. Namun, lagi-lagi Varrel menahan kakinya.
"Oh, ayolah... itu tidak mungkin. Gunakan sihirmu. Aku bahkan tak bisa turun dari kursi ini."
"Ya ampun..." Karhu menghela nafasnya keras. Dia mengambil sesuatu di dalam tas daunnya. Varrel sudah menduga pasti Karhu bercanda soal tidak punya serbuk peri...
Karhu mengeluarkan gulungan sulur-sulur dari tasnya. Varrel langsung hilang harapan.
"Kau turun pakai ini."