webnovel

22 - Tea Party

Helia menyesap tehnya dengan anggun dan elegan. Semua orang di perkumpulan minum teh bisa tahu jika Helia melakukannya sesuai dengan etiket yang sempurna.

"Ini merupakan kesempatan yang langka sekali." Seorang nona bangsawan membuka pembicaraan. "Karena Nona Muda Helia akhirnya menerima undangan saya. Biasanya Anda akan menolak seluruh undangan, bukan?"

"Nona Muda Natalia benar. Nona Muda Helia biasanya menolak undangan yang dikirimkan, bukan? Jadi, apa yang membuat Anda menerimanya undangan ini, Nona Muda Helia?" Clara menambahkan.

Helia hanya menatap ketiga nona bangsawan di meja bundar dengan senyuman elegan.

"Kalian semua tidak perlu bicara formal denganku," kata Helia. "Dan aku menerima undangan Nona Natalia karena aku kelelahan bekerja."

Julia mengangkat cangkir tehnya dengan anggun. "Pasti melelahkan bekerja di Istana sebagai ajudan Yang Mulia."

Helia hanya tertawa kecil. "Tidak perlu khawatir. Aku tidak bekerja sendirian, ada ajudan lain, dan ada Yang Mulia Permaisuri."

Selena adalah satu-satunya yang antusias terhadap jawaban Helia. "Nona Muda Helia sangat menakjubkan! Mendapat kehormatan untuk bekerja di samping penguasa Teratia, sekaligus menjadi ibu asuh Putra Mahkota. Saya juga ingin berada di samping Putra Mahkota."

Natalia mengangguk. "Itu benar. Banyak yang mengatakan bahwa Putra Mahkota sangat tampan dan lucu, tapi tidak ada yang benar-benar mengetahui wajah beliau."

"Tentu saja itu untuk melindungi Putra Mahkota, Nona Muda Natalia," ujar Julia dengan tenang. "Aku menyetujui tindakan ini karena Putra Mahkota masih kecil, tentu beliau harus dilindungi secara ketat."

"Jika memamerkan wajah Putra Mahkota ke publik, bukankah akan ada yang mengincar nyawa beliau?"

"Beliau terlalu kecil untuk mengalami kejadian yang mengerikan."

"Benar. Aku tidak tega."

"Kalian semua, terima kasih sudah mengkhawatirkan Alden," kata Helia dengan senyum elegan.

"Tentu saja, Nona Muda! Kami benar-benar menyayangi Putra Mahkota kami. Rumor mengatakan bahwa beliau merupakan pribadi yang lucu?"

"Itu benar, Nona Muda Natalia. Alden sangat lucu sampai aku ingin menculiknya," canda Helia.

"Tidak ada yang tidak menyetujuimu jika Putra Mahkota memang benar-benar lucu," sambung Julia.

"Ah, ya, bagaimana dengan tunanganmu, Nona Muda Natalia?" tanya Selena seolah menyadari sesuatu.

"Tunangan Nona Muda Natalia?" heran Helia.

Natalia mengibaskan kedua tangannya dengan wajah merona. "I-Itu Tuan Muda Velago, dia adalah tunanganku, tapi aku belum menunjukkan Tuan Muda ke publik."

"Bukankah Tuan Muda adalah penerus sah Duke?! Ah, Nona Muda sangat beruntung!" Julia sangat antusias dengan hal ini.

"Te-Terima kasih."

"Apa Nona Muda Natalia malu?" Selena tersenyum menggoda.

"Tidak banyak yang tahu mengenai pertunangan ini, bukan?" tanya Helia.

"Itu benar, Nona Muda. Hanya aku, kedua belah pihak keluarga, dan Selena yang mengetahuinya."

"Aku juga terkejut," kata Julia. "Nona Muda Natalia beruntung sekali sudah menemukan orang yang dicintai. Aku juga ingin bertemu dengan tuan muda lemah lembut yang mencintaiku."

"Nona Julia, mungkin tidak akan memakan waktu lama," kata Selena sambil menepuk punggung tangan Julia.

Julia melayangkan senyuman. "Terima kasih, Nona Selena. Aku akan menunggu tuan mudaku!"

Helia hanya tertawa kecil mendengar reaksi Julia.

"Oh, ya. Bagaimana denganmu, Nona Muda Helia?" tanya Julia.

"Ya?"

Selena dan Natalia mengangguk bersamaan.

"Bagaimana dengan kisah cintamu, Nona Muda? Apakah kamu memiliki seorang pria yang kamu sukai?"

Helia tersentak dengan ragu. Dia memiliki orang yang dicintainya semenjak lama, tapi orang itu sama sekali tidak menyadarinya.

Helia sangat sedih dan kecewa.

Sejujurnya, menerima undangan pesta minum teh kecil dari Natalia adalah salah satu cara Helia yang ingin menghindari Allan dan Auste.

Keduanya benar-benar membuat Helia merasa hatinya memanas setiap kali mereka berdua sambil melemparkan kalimat-kalimat romantik yang membuat Helia terbakar api cemburu.

Jadi, dibandingkan melakukan tindakan yang sembrono, Helia memilih untuk meninggalkan istana.

"Aku ...." Helia mengelus gagang cangkir teh. "Aku punya."

Ketiga orang yang ada di pesta minum teh berbinar dengan antusiasme.

"Benarkah itu, Nona Muda Helia?"

"Siapa pria beruntung itu?"

"Pria yang dicintai Nona Muda sangat beruntung!"

Helia merona kecil, hal itu membuat antusiasme makin meledak.

"Ahhh! Aku sangat ingin melihat siapa pun pria itu yang menerima cinta Nona Muda!" seru Selena.

Natalia dan Julia ikut mengangguk. "Kami juga!"

"Jadi, Nona Muda. Siapa pria itu? Ah, tapi aku tidak memaksa Nona untuk mengutarakannya pada kami," sambung Selena.

Helia menunduk dan menatap tehnya. "Aku tidak bisa mengatakan siapa tapi dia adalah pria yang baik."

Selena menahan napas.

Natalia tersenyum.

Julia mendekat.

"Dia adalah pria yang lemah lembut, berani, romantik, dan sangat bisa diandalkan. Aku tidak bisa tidak menyukainya. Dia penuh afeksi dan dia manis. Aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama."

Selena memekik tertahan.

Helia melanjutkan dengan ragu, tetapi memutuskan untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya tanpa mengungkapkan identitas asli pria yang dicintai Helia.

"Dia sangat indah seperti peri dan matanya seperti langit yang cerah. Apa kalian tahu? Ketika aku menatap matanya, aku merasa seolah aku bisa melayang di langit itu. Itu begitu jernih. Apalagi jemarinya, dia membelai kepalaku dengan lembut." Dulu.

Itu dulu. Helia tidak pernah mendapat belaian di kepala lagi setelah Allan menikah. Dan Helia harus menelan kepahitan itu.

Ketiga nona bangsawan tidak bisa menahan pekikan.

"Jika sesuai dengan deskripsimu, pasti pria ini sangat tampan!"

"Benar! Baik Tuan itu dan Nona Muda sama-sama beruntung!"

"Ah, kisah Nona seperti di dalam novel saja!"

"Itu menyenangkan!"

"Aku ikut berdebar!

Helia hanya tersenyum, tetapi menahan kepahitan di kerongkongannya.

"Nona Muda Helia," Julia menepuk tangannya dengan lembut.

Helia ikut melirik Natalia dan Selena yang menenangkan diri dan melayangkan senyuman lembut di bibir mereka masing-masing.

"Kami mendoakan yang terbaik untuk Nona Muda. Semoga Tuan itu benar-benar menjadi sumber kebahagiaan Nona Muda."

Selena mengangguk. "Aku selalu ingin Nona Muda tersenyum."

"Itu karena Nona Muda sangat cantik."

"Semua orang akan terpukau dan Tuan yang Nona Muda cintai sangat beruntung."

"Kami mendoakan kalian untuk bersama."

Manik merah Helia bergetar, dia lalu tertawa kecil, tetapi tidak ada yang menyadari jika tawanya disisipi kesedihan yang mendalam.

Bersama? Itu mustahil. Orang yang dia cintai bukanlah aku.

Namun, Helia tetap tersenyum. "Terima kasih, kalian bertiga."

Helia merasa bahwa pesta minum teh tidak terlalu buruk.

***

Triple update!

Vote dan komentar dipersilakan <3! Biar bikin penulis makin semangat dan bahagia!

30 Juli 2022