webnovel

Bab 2 Pemandangan Menakjubkan

Aluna memutuskan naik ke atas tempat tidur. Ia berbaring di atas bantal yang biasanya ia pakai tidur. Menghadap ruang kosong di sampingnya, Aluna bergerak meraih bantal yang biasanya di pakai suaminya.

Tangisnya hampir pecah lagi.

Di peluknya erat-erat bantal itu. Wajahnya ia tenggelamkan di bantal sambil mencari aroma khas suaminya yang tersisa. Ia berharap aroma itu bertahan selamanya.

Ia tak memungkiri dirinya lelah setelah mengalami semuanya. Kelopak matanya terasa mulai saling merekat.

Dan Aluna tertidur tanpa mengubah posisinya. Ia tertidur dengan napas yang perlahan mulai teratur. Tubuhnya tertidur dengan tenang seolah hal-hal yang sebelumnya membebaninya hilang saat ia tertidur.

"Istirahatlah, jika ada yang membuat tertekan, istirahatlah," kata suaminya suatu hari yang pernah mereka lalui bersama. Itu telah menjadi masa lalu sekarang.

Tapi Aluna yakin, ia tidak akan melupakannya.

*****

Raut wajah sendu tanpa sadar muncul di wajah Aluna saat ia mengingat memorinya. Dan itu tidak lewat dari penglihatan pria di hadapannya.

"Aluna," panggil pria berambut hitam itu dengan nada yang pelan.

Meski terdengar pelan, itu berhasil menyadarkan Aluna yang sedang merenung.

Aluna sontak menatap pria itu lagi.

"Aku tidak pelupa dan hilang ingatan. Aku tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini padahal aku ingat aku berada di kamarku sebelumnya." Aluna berkata dengan mata yang menyipit.

Telunjuknya mengacung pada pria di depannya. Ia seolah ingin menuntut dan memojokkan pria itu.

"Katakan. Kenapa aku bisa ada di sini? Siapa kau? Dan bagaimana kau bisa mengenalku padahal aku sama sekali tidak mengenalmu."

Pria itu tidak langsung menjawab. Tatapannya berubah sedih. Aluna mengerutkan alisnya melihat itu.

"Aku suamimu Aluna," jawab pria itu setelah beberapa detik diam.

Aluna melotot mendengar perkataannya, "Apa?"

Apa-apaan orang ini? Apa maksudnya itu? Aluna bertanya-tanya dalan hati. Sama sekali tidak menyangka kalimat itu yang akan ia dengar.

"Hah? Suami?" Aluna semakin menatap lurus pria itu.

Aluna tiba-tiba membayangkan jika pria itu suaminya tapi ia gagal setuju dengan perkataan pria itu.

Rambutnya hitam memang sama seperti suaminya. Tapi, selain itu tidak ada lagi yang mirip. Mata suaminya berwarna hitam sedangkan orang di hadapannya berwarna abu-abu.

Apa ia orang Eropa?

Dan bentuk wajah mereka sepenuhnya berbeda.

"Jangan mengatakan sesuatu yang konyol. Aku tidak tahu siapa kau, kenapa kau mengaku-ngaku sebagai suamiku?! Suamiku sudah meninggal!" Aluna tidak menahan perasaan marahnya.

"Apa?" Kali ini pria itu yang melotot saat mendengar bahwa suami Aluna sudah meninggal.

Apa Aluna mengatakan dirinya sudah meninggal?

"Aluna, tenanglah. Aku minta maaf, karena salahku, kau jadi seperti ini. Aku minta maaf."

Bagus kalau dia sadar sudah membuat Aluna marah. Tapi kenapa Aluna merasa pria ini sedang membicarakan hal lain?

"Karena aku, kau jadi lupa segalanya. Aku berjanji, aku akan merawatmu dengan baik. Aku akan menjagamu dengan baik. Jadi maafkanlah aku." Pria itu menatapnya seolah memohon padanya.

"Kau?! Sebenarnya apa yang kau bicarakan?" Aluna ingin sekali mengumpat.

Ia bangkit dari tempat tidur dan berdiri di samping tempat tidur. Kini mereka berdua berhadapan namun ada tempat tidur yang memisahkan mereka.

Ternyata benar, pria ini membicarakan hal lain.

Seandainya pria di depannya adalah seorang penculik, ia seharusnya ketakutan dan bukannya marah-marah. Mungkin karena pria itu yang sama sekali tidak mengintimidasinya.

Semua sikapnya lembut dan sama sekali tidak tampak seperti penculik.

Pria itu juga ikut bangkit berdiri. "Aluna, tenanglah. Aku tahu aku salah. Aku membuatmu lupa ingatan dan," belum selesai pria itu berkata, Aluna sudah memotong kalimatnya.

"Cukup!"

Cukup dengan semua omong kosong ini! Hatinya berteriak.

"Jangan katakan apa pun lagi. Berhenti mengatakan aku lupa ingatan! Aku tidak lupa ingatan!" Napas Aluna mulai terengah-engah.

"Suamiku hanya satu. Suamiku adalah Valen. Dan dia sudah meninggal. Aku hanya menikah satu kali, oke?!" Bentak Aluna.

"Apa?" Lagi-lagi pria itu terkejut entah keberapa kalinya.

Aluna memundurkan tubuhnya, matanya menjelajahi semua penjuru ruangan. Ia melihat ada jalan untuk keluar dari ruangan tanpa ada pintu yang menghalangi. Tanpa menunggu lagi, Aluna bergegas keluar dan melewati pria itu yang tidak sempat mencegahnya.

"Aluna?! Aluna, kau mau kemana?" Pria itu sontak mengejar Aluna.

Aluna tentu saja mengabaikannya. Ia sempat terdiam saat melihat ruangan lain saat keluar dari kamar. Banyak perabotan yang tampak asing di matanya.

Tapi Aluna segera melanjutkan larinya ketika melihat pintu yang menghubungkan ruangan dan dunia luar.

Aluna membuka pintu itu dengan menarik daun pintu yang berbentuk bulat. Ketika pintu berhasil terbuka tubuh Aluna membeku.

Matanya terpaku menatap pemandangan yang tertangkap di hadapannya itu.

Tanpa sadar, Aluna melupakan pria di belakangnya yang sebelumnya sempat membuatnya marah dan ingin pergi. Ia mendekati pintu lalu keluar dan tertegun dengan apa yang ia lihat.

Whoa, batinnya kagum. Apa ini surga?

Bisa Aluna lihat di sebelah kanan ada beberapa air terjun kecil dengan tinggi satu meter bertingkat. Airnya mengalir tidak terlalu deras karena itu suara alirannya terdengar menenangkan.

Dari air terjun itu mengalir sungai kecil yang jernih. Belum lagi bunga berbagai warna dan bentuk tersebar di sisi sungai.

Ada juga bunga lainnya yang bergabung dengan semak-semak di bawah pohon yang masih terkena cahaya matahari.

Pohon-pohon yang menaungi memiliki daun yang tidak terlalu lebat. Ada pohon yang daunnya berwarna hijau, kuning, jingga, bahkan merah. Oh, Aluna melihat pohon dengan daun berwarna pink dan ungu.

Angin berhembus pelan memasuki rumah dan membawa aroma alam yang kental ke hidung Aluna.

Tanah yang tidak ditumbuhi semak, bunga dan pohon, itu ditumbuhi rumput hijau yang tingginya beberapa sentimeter saja dan terlihat lembut.

Aluna juga bisa melihat jalan setapak dengan tatanan batu-batu dari rumah ini menuju jembatan kecil untuk menyebrangi sungai.

Aluna terkejut saat melihat kelinci putih bersinar keluar dari semak-semak. Itu bukan hanya satu ekor saja, ada beberapa ekor kelinci melompat-lompat yang tersebar.

Belum habis kekagumannya, kini ia melihat dua ekor rusa bertanduk yang berbeda ukuran tubuhnya sedang meminum air sungai yang jernih.

Berpikir tentang hewan, Aluna menatap kupu-kupu yang terbang melintas di depan wajahnya. Kupu-kupu dengan warna dan jenis lainnya juga tersebar di bunga-bunga yang ada.

Kalau ini benar di surga, apa Aluna telah meninggal dunia?

Aluna menggeleng kepalanya.

Sebelum akhirat ada yang namanya alam kubur. Apa artinya ia berada di alam kubur?

Tapi Aluna yakin tubuhnya baik-baik saja sebelum tertidur. Apa ini yang namanya mendadak mati?

Tapi, bukannya kalau ia mati ia akan didatangi oleh malaikat utusan tuhan? Lalu mana malaikat itu? Pikiran Aluna semakin menjadi-jadi tanpa ia sadari.

*****

Terimakasih sudah membaca cerita ini. semoga kalian suka dengan ceritanya. jangan lupa untuk review/komen sebanyak-banyaknya ya, see you *lambaikan tangan

Dwi_Nacreators' thoughts