webnovel

little Miss wife

SHEVAN MAJUNDA seorang CEO dari salah satu perusahaan terbesar di kota lane, sikap dingin dan tidak peduli terhadap para wanita yang mendekatinya. laki-laki berprinsip kuat dalam hidup dan mempertahankannya cintanya. hari sudah pagi itu terlihat dari lebarnya senyum dari sang matahari menyapa seluruh makhluk hidup ciptaan Tuhan. cuit...cuit...cuit suara burung yang bersenandung riang menandakan pergantian gelap dan terang. seperti janji sang matahari dia akan kembali bagi kamu yang merindukan sosok cahaya yang menyinari hidupmu kata-kata yang bagus bukan. shyaya baru saja bagun dari tidurnya wajah imutnya terlihat cantik diterpa sinar matahari yang menembus dari jendela kaca "ahk...silau sekali" dia kembali menarik selimut dan menutupi wajah imutnya itu melihat tingkah laku shyaya seperti bayi shevan mulai geram melihatnya. "shyaya apa kamu tetap tidur atau aku yang memaksa kamu bangun" gumanya shevan kesal "lima menit lagi aku bangun" jawabnya malas "okey, kamu yang memaksaku" "BRUKK" "ahk...sakit" shyaya menatap shevan "kamu pikir aku ini kambing yang seenaknya saja dilempar" "jauh dari kata itu" jawab shevan dingin "kauu.."

Vicloss_ty · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
16 Chs

HARI PERTAMA KERJA

"awal hari pertama shyaya kerja"

cerah dipagi hari membuat shyaya bersemangat memulai hari barunya, shyaya lebih awal bangun dari seisi rumah tersebut, menyelesaikan ritual paginya dengan aroma vanilla twilight membuat shyaya lebih segar dan harum. lekukan tubuh shyaya yang amat menarik dengan wajah polos terlihat cerah dengan lentik bulu mata panjang ada sepasang bola mata hitam pekat jernih dan indah, hidung yang sedikit mancung, bibir merah alami tipis, rahang yang sedikit runcing sempurna.

walau shyaya berpakaian formal dia terlihat cantik dan elengan, baju yang dipakainya melekat sempurna ditubuh gadis cantik itu. rambut panjang yang tertatah rapi melengkung membuat shyaya makin layak disebut sebagai putri raja, kulit putih, tinggi sekitar 165 cm membuat siapa saja akan terpesona dengannya.

pukul 7 pagi semua orang yang ada dirumah turun untuk menyantap makanan yang di hidangkan pelayan, kecuali shevan dan juga shyaya yang masih asyik dengan dunianya sendiri.

shyaya berjalan dengan santai dan ingin menginjak kan kaki dianak tangga, seseorang dari belakang menyeret shyaya dengan kasar dia membawa ke kamar shyaya memberontak semampunya, semakin dia bergerak semakin sakit yang ia rasakan, di menoleh kearah belakang dan melihat pria kekar yang menggunakan kemeja putih polos, hanya itu yang bisa shyaya liat, dan tergeletak di ranjang besar dan empuk.

"ahhk"

shyaya menoleh kearah samping tampak pria tinggi yang kekar berotot dengan wajah tampan yang memiliki bola mata kecokelatan, alis mata tebal, hidung mancung, bibir tipis merah jambu tampak pesona, rahang bawah tegas kaku dan terukir sempurna dengan tinggi 180 cm, dengan kulit kekuningan membuat siapa saja yang melihatnya ingin jatuh dalam pelukannya.

"apa yang kamu lakukan?" dengan suara lembut shyaya.

"kamu masih tanyak apa yang aku lakukan?" pria itu nanya balik dengan licik.

"tentu, karena aku tidak tau apa yang membuat mu seperti ini hingga menyeretku kedalam kamar!"

"haha, sejak kapan kamu berubah menjadi bodoh" gumanya mengkerutkan keningnya.

"apa katamu" shyaya menatap tajam "kamu kira kamu siapa setan?"

"wow, kamu ternyata sama aja ya tidak berubah dengan sikap mu yang pemarah ini" tertawa terbahak-bahak " aku kira kamu lupa dengan keadaanmu disi"

"aku tidak ada waktu berdebat denganmu" segera shyaya berdiri dan pergi tapi ditahan oleh shevan dengan menarik tubuhnya ke pelukannya.

shevan memandang tajam kearah shyaya, sedikit mendekat kewajah mungil itu hingga mereka semakin dekat.

"kamu pikir kamu bisa lolos dari aku" bisiknya dengan hangat ke telinga shyaya.

shyaya mulai memerah, mengepal jemarinya hendak meninju wajah dingin itu tapi tangan shevan dengan refleks menekan tubuh shyaya keperluannya.

"lepasin aku brengsek!" gumanya dengan mendorong dada shevan tapi tubuhnya terlalu kuat shyaya tidak bisa menghindar semakin dia memberontak semakin shevan kuat menekan pinggang shyaya.

"haha, kamu tidak bisa lari dariku gadis setan" gumanya shevan dengan licik.

"kamu pikir aku takut dengan mu tuan SHEVAN MAJUNDA" ck ck "apa kamu lupa dengan pertarungan kita waktu lalu?" balasnya dengan lantang.

shevan terkejut, mengerukkan keningnya dia tidak paham apa yang di maksud oleh gadis itu. "kam..." belum sempat shevan melanjutkan kata-katanya ada orang yang sedang mengetok pintu memanggilnya.

"sayang apa kamu sudah siap, turun dulu sarapan" suara lembut dari balik pintu kamar. dia pun melanjutkan kata-katanya lagi " nanti kamu panggilkan shyaya turun yaa, mama liat dikamarnya dia tidak ada" ucap ny siska. shyaya ingin membalas omongan tantenya tapi shevan malah menutup mulutnya dengan tangan kanannya.

"baik, akan aku panggilkan" balasnya, shyaya melotot kearah shevan, setelah semua aman ny siksa telah turun lagi, Shyaya melapas tangan shevan dan mengigitnya tampa hati.

"ahhk" shevan merintis kesakitan dia menoleh kearah shyaya "kamu..." gumanya dengan menahan sakit.

shyaya tidak menjawabnya dia malah melangkah pergi keluar, shevan melirik punggung shyaya dia menahan amarahnya "lait aja apa yang aku lakukan terhadapmu" batinnya.

semua telah lengkap diruang makan, segera melahap makanan yang disajikan beragam makanan khas alah barat.

"um, apa kamu susah siapa bekerja hari ini sayang?" tanyak ny siska kepada shyaya.

"sudah semua tan" balasnya dengan senyum indah.

"shyaya Bekerja di perusahaan shevan kan?" melirik shyaya dengan harapan.

shyaya diam dan melirik kearah shevan "bukan, shyaya di perusahaan Glow" dengan menunduk.

semua yang ada diruang makan terkejut mendengar ucapan shyaya, "kamu yakin bekerja disana" tanyak Steven kearah shyaya.

"iyaa ka, sangat yakin"

"sejak kapan kamu melamar" tanyaknya lagi.

"sejak shyaya di Eropa, shyaya ingin bekerja disana"

"tidak, aku tidak akan membiarkan kamu bekerja disana" ucap Stevan lalu pergi meninggalkan ruang makan.

"tapi ka.." ucap shyaya melihat stevan pergi, dia bergerak mengejar Stevan dari belakang.

semua yang ada diruangan bingung melihat tingkah laku stevan, laku ny siska bertanya balik kearah shevan.

"ada apa dengan perusahaan itu, bukankah itu perusahaan besar di negara kita, bukan kah itu perusahaan yang lagi ngetrend di Eropa?".

shevan hanya diam tidak tau apa yang dilakukan kakaknya itu, "aku tidak tau" balasnya dengan dingin.

"shevan apa kamu tidak pernah tau tentang perusahaan itu, bahkan kakakmu tidak mengijinkan shyaya bekerja disana?" tanya ayahnya dengan menyelidik.

"tidak, aku akan cari tau" ucapnya dan berdiri pergi menyusul Steven.

***

shyaya menarik tangan Stevan "ka, kenapa? apa aku tidak bisa bekerja disana?" ucapan dengan menunduk.

"tidak" balasnya singkat.

"tapi kenapa?"

Stevan menghembuskan nafas panjang melihat kearah shyaya dia terlihat marah seolah-olah dia tidak ingin shyaya terluka.

"kaa" ucap shyaya lagi.

shevan baru berjalan kearah mereka dan melihat kakaknya yang muram. shevan belum sempat berbicara tapi kakaknya memerintahkan dia.

"urus segera perusahaan itu!" dengan nada serius.

shevan telah paham apa yang di maksud kakaknya "baik, akan aku selesaikan" dia melirik arah Stevan dan shyaya, shyaya bingung dengan tingkah laku mereka dia segera bertanya.

"kakak ada apa sebenarnya?" ucap shyaya dengan sedih.

Steven tidak mau menjawab dia hanya melihatanya saja dengan tajam "bawa shyaya ke kantormu".

shevan melongok "kenapa malah kekantorku" batinnya.

"shyaya nggak mau" melirik shevan yang dingin dan juga kakaknya, shyaya pergi dari sana "aku tidak akan berubah pikiran!" ucapnya dengan lantang.

mereka melihat shyaya pergi meninggalkan kediaman ny siska stevan mengepal tinjunya sedangkan shevan hanya diam dan melihat punggung shyaya yang semakin menjauh dari taman.

"kaa ap..." suara shevan terhenti dengan ucapan stevan.

"bawa shyaya pulang" wajah dingin yang telah melepuh kemarahan membuat shevan kaget.

"baik" ucapnya singkat.

shevan masuk kedalam mobil Lamborghini putih dan segera membawanya pergi menyusul shyaya, tapi dia masih heran dengan tingkah laku kakanya pagi ini. "ada apa sebenarnya" batinya dalam hati.

***