webnovel

Flower 07

"Rata-rata gadis yang ada di sini memiliki 'flower' merah muda dan merah. Aku tahu bibimu dari keluarga berpengaruh sehingga dia bisa mendapatkan undangan itu untukmu." banyak sedikitnya, Quinn dapat mengerti arah pembicaraan Irish. Jangankan Irish, Quinn sendiri juga ingin tahu bagaimana sang bibi bisa mendapatkan undangan itu.

Seperti yang Irish katakan, keluarga terpandang seperti Knox tidak hanya melhat latar belakang calon istri sang jenderal, namun mereka juga akan melihat tanda pada setiap gadis. Sebagai jenderal dengan peringkat SS, peringkat A dan S adalah pasangan terbaik untuknya, sedangkan Quinn yang tidak berada di peringkat manapun tidak akan bisa berada di sini begitu saja.

"Tetapi kau tenang saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, dari yang aku lihat kau cukup normal." gadis itu kembali berbicara.

"Aku seirius ketika mengatakan akan menjadi temanmu. Percayalah aku mengenal semua orang yang ada di pemilihan ini. Rata-rata mereka semua adalah tipe manusia yang tidak akan cocok denganku."

Quinn mereasa tidak ada salahnya membuat teman selama di sini. Ia juga tidak pernah mendengar berita buruk tentang Irish. Selain sifatnya yang keras, tegas, dan kadang menunjukkan pemberontakan kepada orang tuanya, sisanya dia terkenal dengan sumbangan-sumbangan yang ia berikan kepada panti asuhan.

"Kalau begitu ayo berteman." ujar Quinn yang memberikan senyuman menawan di wajah Irish.

"Apa kau tahu, aku sangat terpaksa mengikuti pemilihan ini. Ah, persetan dengan keluarga Knox dan Jenderal Xavier, aku langusng tahu jika dia bukan tipeku."

"Lalu, apa ayahmu memaksamu untuk ikut?"

Irish mengangguk, "Ini bukan lagi paksaan. Dia lebih seperti mengancam. Aku tidak bisa menjamin tidak akan membuatnya malu selama berada di sini." mereka berdua tertawa. Ok, sepertinya dia dan Irish bisa berteman baik selama di sini.

Selama di sana, mereka juga bertemu dengan Seeli Snow, salah seorang putri bangsawan yang memiliki usaha besar. Irish dan Seeli sudah saling mengenal dan berteman baik, dengan sifatnya yang sangat ramah, secara tidak langsung mereka bertiga menjadi dekat dengan cepat.

Tidak lama kemudian para 'seed' di pinta untuk berkumpul di dalam sebuah aula. Sama seperti taman, jembatan dan bangunan yang telah mereka lewati, aula tempat mereka berkumpul juga memiliki kesan tradisional yang sangat kental. Seseuatu yang tidak pernah Quinn lihat sebelumnya.

Semua gadis duduk berbaris, di hadapan mereka nyonya rumah dan ibu dari kepala keluarga Knox sudah duduk dengan postur yang sangat elegan. Ibu dan nenek jenderal Xavier, seperti yang ia dengar, mereka berdua benar-benar memiliki aura yang berbeda.

Di usianya yang tidak muda lagi nyonya Knox masih terlihat sangat cantik. Rambut dan matanya yang hitam pekat menyusuri setiap ruangan, menatap satu-persatu setiap tamunya. Di sebelahnya, nenek keluarga Knox dengan rambutnya yang sudah memutih bahkan terlihat lebih mengintimidasi dari sang menantu.

"Selamat datanng di kediaman kami yang sederhana ini. Aku sebagai nyonya rumah ini mengucapkan terima kasih atas kesedian nona-nona berbakat semua untuk mengikuti pemilihan ini." nyonya Knox membukanya dengan sangat baik. Suaranya rendah namun bisa tertangkap oleh semua orang. Dia berbicara juga tidak terlalu cepat maupun lambat.Berdasarkan apa yang Irish katakan, nyonya Knox memiliki sifat yang lembut namun dia juga keras di saat bersamaan.

"Maaf, aku terlambat." tidak lama berselang, dari arah depan, muncul suara berat nan rendah. Sosok jenderal Xavier Knox memasuki ruangan. Tidak seperti yang ia lihat beberapa hari lalu di berita, sang jenderal sekarang tidak menggunakan seragam militernya, melainkan pakaian tradisional yang serasi dengan ibu dan neneknya.

"Ibu pikir kau tidak akan datang." nyonya Knox tersenyum untuk pertama kali. Setelah menyapa sang ibu beserta nenek, Xavier duduk di tempatnya. Wajahnya yang semula lembut saat berbicara dengan ibu dan neneknya langsung berubah datar dan dingin ketika melihat ke arah mereka semua. Ia bahkan tidak melihat ke arah para gadis di sana.

Sang Nyonya kembali berbicara, "dalam pemilihan, kami tidak menuntut banyak hal dari kalian semua. Hanya beberapa peraturan dan kebiasaan di keluarga ini, aku dan nenek akan memilih beberapa gadis yang kami pikir dapat menyesuaikan diri dengan keluarga ini." ruangan itu hening. Semua gadis di sana addalah wanita bermartabat, jadi tidak ada yang berbisik-bisik, bahkan sejak kedatangan jenderal Xavier yang tiba-tiba.

"Aku ingin bertanya." tiba-tiba saja seseorang berbicara, wanita itu mengangkat tangannya dan berdiri. "Apa Jenderal Xavier tidak boleh memilih? Ini adalah pemilihan untuk calon istrinya, kenapa hanya anda yang dapat memilih, bukan jenderal Xavier sendiri?" pertanyaan yang sangat berani, pertanyaan yang tidak akan ditanyakan seseorang jika masih ingin berada di sini.

Quinn yang memperhatikan setiap kejadian dengan saksama, menyadari sesuatu, senyuman dari nyonya dan nenek Knox tampak sangat senang, ia juga bisa melihat ketegangan di wajah Xavier mengendor, sudut bibirnya terangkat dan ia berkata. "Apa yang kau bicarakan? Ini adalah pemilihan keluarga Knox, bisakah kau menjaga sikapmu?" ucapan itu terdengar sangat santai, seperti sedang menggoda sang wanita yang menggembungkan wajahnya.

Dari tempat duduknya, Quinn melihat wajah sang wanita dengan baik, satu kata yang terpikirkan oleh Quinn ketika melihatnya adalah sangat mempesona, ia bahkan tidak bisa menemukan kalimat yang tepat untuk menjabarkan keindahan paras di hadapannya.

Di sebelahnya, Irish berbisik, "Wanita itu adalah Youna Scarlett. Dia adalah salah satu prajurit yang bergabung dengan Eagle Sky Legion yang juga merupakan bawahan jenderal Xavier. Kau tahu apa lagi gosip yang aku dengar?" Quinn menoleh, menunggu Irish menyelesaikan perkataannya.

"Gosipnya dia adalah kekasih jenderal Xavier."