webnovel

Hantu Kepala

Selamat pagi Surya.. hooaamm.." ucapku saat terbangun dari tidur yang terasa panjang dan melelahkan.

pagi ini badan terasa sakit semua, seakan akan akan tulang nyaris lepas dari engselnya.

Tiba tiba aku teringat akan kejadian tadi malam.

"Keris.. dimana keris itu?" Tanyaku meraba raba tubuhku.

Seingatku, saat aku berlari sambil menggendong Novy tadi malam, keris itu masih ada di genggamanku.

"Mbak cari apa?" Tanya Novy ketika masuk membawakan susu hangat untukku.

"Kamu tau keris semalam? Semalam mbak pegang keris sambil gendong kamu." Jawabku sambil membuka satu persatu bantal yang ada di atas kasur.

"Ooo keris ya, tadi aku bawa maen. Terus di pinjam kakaknya Mila." Jawabnya enteng.

"Hah.. di pinjam, kok di kasih kan. Terus mbak Fitri nya gimana?" Tanyaku bersungut sungut.

"Mbak Fitri udah pergi mbak."

"Kamu tau darimana mbak Fitri pergi?" Adikku ini selalu saja membuat kakaknya merasa ketinggalan informasi.

"Semalam waktu mbak menggendongku, mbak Fitri bilang terima kasih dan pergi deh." Wajahnya polosnya membuatku gemas, kutarik tubuhnya, ku gelitikin dia.

"Hahahaha.. ampun mbak, ampun geli." Jawabnya meronta ronta.

"Biarin, sukanya bikin mbak gemas."

Lalu aku teringat akan mas Awi , sedang apa dia ? Karena terlalu fokus dengan Fitri , aku jadi melupakannya.

"Dek tiga hari lagi pernikahan kita, mas ga sabar pengen ketemu. Kebutuhan untuk pernikahan kurang apa saja? Bagaimana kalau kita keluar sebentar?" Kubaca berulang ulang SMS dari mas Awi.

"Maksudnya ngajak kencan hari ini ?" Balasku.

"Iya, mas sudah perjalanan jemput kamu, kamu sudah siap kan?"

"Waduh.." aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas lari ke kamar mandi.

"Mbak.. mau kemana? Susunya belum diminum." Ku dengar teriakan Novy dari dalam kamar.

"Waktu begitu cepat berlalu, baru saja aku lihat jam menunjukkan pukul 8.00 pagi , tapi saat aku keluar kamar mandi sudah pukul 9.00 , apa selama itu aku mandi? Apa aku barusan tertidur di kamar mandi? " Gumamku.

"Hari ini kita kemana mas?" Tanyaku saat mobil mas Awi terparkir di depan rumah.

"Kemana aja, yang penting sama kamu." Jawabnya mengerlingkan mata.

"Jiaaah mulai.. hahah"

Kami berjalan jalan ke toko buku, bernostalgia mengingat akan masa pertama kali kita ketemu.

"Mas, nanti pulangnya jangan malam malam ya. Kan mas juga harus mengantarku pulang. Jalan menuju rumah semakin malam semakin seram mas, apalagi akhir akhir ini banyak rumor hantu kepala." Mendadak Aku terbayang kepala yang terlepas dari badannya seperti di tivi tivi film horor.

"Hiiii" Aku bergidik ngeri.

"Hantu kepala? Ah ada ada aja kamu dek, hantu kepala hanya ada di film film FTV. Makanya jangan kebanyakan nonton film horor, jadi parno sendiri kan!" Dia tak pernah percaya pada hal yang demikian.

Kami telah menghabiskan nasi yang kami pesan beberapa menit lalu, langit mulai mendung dan sebentar lagi hujan.

"Mas, pulang yuk ! Besok kan mas juga harus siap siap. Jangan telat loh mas bangunnya." Tegasku.

"Iya iya sayang, insyaallah ga telat. Udah habis makannya?"

"Sudah, yuk!" ajakku pulang.

Kami beranjak meninggalkan rumah makan dan kembali memasuki mobil. Namun saat mobil mulai berjalan, mas Awi membelokkan mobilnya ke istana boneka.

"Ngapain mas?" Tanyaku saat mas Awi mengajakku turun dan membukakan pintu toko.

"Kamu pilih satu yang kamu mau." Wajahnya yang cubby membuatku makin gemas saja. Selalu ada saja ulahnya yang membuat aku bahagia.

"Serius ini? Boneka besar juga gak apa apa ya?"

"Bebas, mau yang mana." jawabnya menunjuk toko boneka.

Dia mengajakku menjelajahi isi toko dan mataku menangkap satu boneka Teddy bear berwarna pink dengan ukuran terbesar.

"Aku mau ini ya?" Ucapku meminta persetujuan.

"Oke, bungkus."

Pegawai toko pun membungkuskannya untukku.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.05 malam.

"Sudah malam mas, harusnya besok aja kita ke istana boneka nya." Ada rasa khawatir yang menyusup dalam hatiku.

"Gak apa apa dek, toh kamu juga seneng kan? Kalau kamu seneng, mas juga seneng." Kurasakan belaian hangat pada kepalaku. Dia selalu membuatku nyaman.

Braaak..!

Suara benturan dan hantaman keras membuat mobil kami terhenti. Aku dan mas Awi beradu pandang. "Apa yang kita tabrak dek?" Tanya mas Awi gemetaran.

"Entah mas, adek cek dulu." Jawabku dengan memegang gagang pintu mobil.

Namun ku urungkan niat untuk keluar dan kembali menatap wajah calon suamiku.

"Ada apa dek?" Tanyanya mulai panik.

"Kuburan mas, kita di depan kuburan." Jawabku dengan nada ketakutan.

"Lalu apa yang kita tabrak tadi dek? Manusia kah? Atau hewan ?" Tanya mas Awi, kali ini dia yang berniat untuk melihat ke arah bawah mobilnya.

"Mas.. jangan.." ucapku memegang tangannya, berharap dia mengurungkan niatnya.

Klotak..

Kami yang masih ketakutan, tiba tiba di kagetkan dengan kejutan ke dua. Ada kepala jatoh dari atas pohon tempat kami berhenti.

"Wooi Ndang mlaku wooii ( wooi cepat jalan wooii )" ada suara teriakan dari beberapa orang pemuda bermotor di belakang kami.

"Jalan mas jalan , gak usah di lihat apa yang di tabrak kalau lewat sini, langsung jalan saja. Mereka suka ganggu orang lewat." Lanjut pemuda tadi saat motornya berpapasan dengan mobil kami.

Dengan secepat mungkin, mobil mas Awi melesat meninggalkan area pemakaman.

"Untung ada yang bantu tadi" bisikku mengelus dada yang masih shock.

"Aku sudah bilang kan mas, mereka itu ada. Mas Awi gak percaya." Gerutuku.

"Iya iya maaf dek, mas juga gak nyangka itu bakal terjadi pada kita. Apa bener tadi kepala yang jatoh?" Tanya nya bergidik.

Saat ku ingat tadi, memang aku cuma lihat rambut dengan kepala bagian belakang yg jatoh dari atas pohon. Aku ga kebayang jika tiba-tiba yang kulihat mata dan wajahnya yang seram.