webnovel

Lelaki Jenius Itu Ternyata Cewek!?

Kaylee tampak seperti perempuan usia 25 yang normal. Tapi dia memiliki dua rahasia yang besar. 1) Dia adalah pianis melegenda 2) Dia menyamar sebagai pemuda 18 tahun di kampus!? Disaat dia mulai terbiasa dengan kehidupan gandanya, dia sadar dia jatuh cinta dengan dosen tampannya. Bukankah kehidupannya sudah cukup rumit? Ternyata tidak berhenti sampai disitu, karena dosennya memiliki identitas tersembunyi yang mengejutkannya! Dijodohkan dengan perempuan yang tidak diketahui, seorang dosen muda bernama Declan Black tengah menanti kedatangan seseorang selama bertahun-tahun. Tapi dia malah tertarik dengan salah salah satu mahasiswa di kampusnya. Dan yang lebih aneh adalah mahasiswanya tidaklah seperti yang ditunjukkannya.... lalu bagaimana dengan calon istri yang dipilih ibunya? Apakah keduanya akan mengetahui identitas tersembunyi pasangan mereka? Atau lebih banyak rahasia yang akan membuat perasaan mereka menjadi mustahil? Ikuti kisah mereka hanya di 'Lelaki Jenius Ternyata Cewek!?'

VorstinStory · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
352 Chs

Bab 48 Tidak Sepolos Kelihatannya

Di sepanjang koridor kampus tempat para siswa mengobrol dengan riang dan antusias, seorang pemuda berjalan seperti kura-kura dengan ekspresi mata seperti zombie.

Pemuda itu tak lain adalah Nicholas Larson, alias Kaylee yang menyamar. Hatinya masih terasa seperti disobek-sobek ketika idolanya memarahinya, dan pria itu memandangnya seolah-olah dia adalah orang yang paling menyebalkan di dunia ini.

Jacob kebetulan mengambil sebuah buku di lemari lokernya di sebelah Kaylee, jadi dia mengenali punggung sahabatnya, yang berjalan melewatinya.

Pemuda itu segera menghampiri Kaylee dan meletakkan tangannya di bahu temannya seperti biasa.

"Hei, Nick. Ikut aku nanti... woahh..." Jacob langsung menarik tangannya dan melompat menjauh saat melihat lingkaran Black di mata sahabatnya itu.

Dia bahkan bersumpah pada kucingnya yang sudah mati bahwa dia bisa melihat lingkaran Black seperti halo yang mengelilingi kepala Kaylee. Ditambah lagi dia melihat bayangan Black yang seperti arwah gentayangan disekeliling tubuh sahabatnya.

Apakah genre cerita ini berubah menjadi horor? Hiii… seram!

"Nick? Apakah kau baik-baik saja? Kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti zombie?" Dia jadi teringat akan game online yang bertema zombie. Karakter npc yang tergigit oleh zombie juga mengalami proses yang serupa dengan dikelilingi bayangan aura Black disekitarnya.

Kaylee mengernyitkan hidung sambil mengerutkan kening atas pertanyaan sahabatnya itu. Dia selalu melakukannya setiap kali seseorang membuatnya kesal. Kemudian dia berbalik dan membenturkan kepalanya ke lemari loker.

"Aku telah mati. Aku membuat kuburanku sendiri, jadi kali ini aku benar-benar mati. Jangan pedulikan aku karena aku sudah mati."

"Apa? Apa yang kau bicarakan? Apakah ada gadis yang menolak pengakuan cintamu atau apa? Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau sedang mengejar seorang gadis? Aku bisa membantumu. Aku memang tidak terlihat seperti ahlinya, tapi aku ini ahli cinta." sebuah seringain penuh kebanggaan menghiasi wajah tampan Jacob. "Katakan padaku, siapa yang telah menghancurkan hatimu."

Kaylee mencemooh ucapan temannya. "Bukan itu. Kau tidak akan pernah mengerti."

"Oh, ayolah. Katakan saja. Seperti apa orangnya?"

"Lebih buruk dari yang kau kira."

"Aiya, aku tidak bisa membaca pikiranmu. Ceritakan apa yang terjadi."

"Dia membenciku sekarang."

"Ha?" Jacob mengernyit bingung dengan 'dia' yang dimaksudkan sahabatnya. Pasalnya, Nick mengatakan 'he' yang berarti seorang lelaki dan bukannya 'she' seperti yang diduganya. "Siapa?"

"Tuan Black. Dia membenciku."

Jacob mengerutkan kening dan berbicara dengan nada muram. "Apa? Kalau begitu sebaiknya kau mulai berhati-hati saat bertemu dengannya. Mulai sekarang kehidupan kampusmu tidak akan tenang setelah ini."

"Ah? Kenapa bisa begitu?"

"Tuan Black akan meyakinkan dosen kelasmu untuk memberimu nilai rendah, dan kau tidak akan lulus dari kampus ini tepat waktu."

"Tidak mungkin. Dia tidak mungkin melakukannya kan? Dia tidak bisa melakukannya!"

"Percayalah padaku. Dia bisa melakukannya. Dan juga, mungkin setelah ini, kau tidak akan diizinkan masuk ke kelas tanpa alasan yang jelas."

"Tidaaaak..." Kaylee terdiam dan berkeringat dingin.

Tidak mungkin, tidak mungkin. Declan tidak mungkin melakukan itu. Pria itu mungkin marah karena dia tidak melakukan apa yang dia katakan selama satu jam penuh. Tapi... pria itu tidak mungkin menghancurkan masa depannya... eh... masa depan muridnya, kan? Ya, kan? Ya, kan?

Kaylee tidak akan peduli jika dia tidak bisa lulus dari kampus ini karena dia sudah memiliki sertifikat kelulusannya sendiri. Tapi bagaimana dengan Nick? Namanya akan menjadi jelek, dan orang tuanya akan merasa malu.

Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi. Kaylee harus mencari cara agar Declan memaafkannya dan tidak menekannya secara tidak manusiawi seperti ini. Pasti ada sesuatu yang bisa dia lakukan untuk meredam kemarahan pria itu.

Kaylee terlalu tenggelam dalam pikirannya tanpa menyadari bahwa Jacob mengatupkan mulutnya untuk mencegah suara tawa keluar. Namun rasanya sangat sulit untuk menahan tawanya saat melihat wajah temannya yang terlihat serius memikirkan kata-katanya.

"Pft!"

Kaylee mendengar tawa tercekik yang keluar dari mulut Jacob dan melirik pemuda itu dengan tatapan curiga. Lalu…

"Hahahaha, kau harus melihat wajahmu. Kau benar-benar percaya apa yang barusan kukatakan?"

Kaylee mengedipkan mata beberapa kali, lalu dia membuka pintu loker untuk memasukkan buku catatannya ke dalam dan menutupnya dengan suara 'bam' yang keras.

Setelah itu, Kaylee berjalan keluar pintu tanpa memperhatikan Jacob yang masih menertawakannya.

Dasar kurang ajar! Kelakar nakal anak itu sungguh keterlaluan! Pemuda itu hampir membuatnya membenci Declan dan berpikir yang terburuk akan terjadi. Tapi ternyata apa yang dikatakan Jacob hanyalah lelucon yang buruk. Sungguh jahat sekali!

Ini pertama kalinya Kaylee merasa kesal dengan Jacob. Biasanya, dia menganggap lelucon Jacob lucu dan tertawa bersamanya. Tapi kali ini, lelucon anak remaja itu tidak bisa membuatnya tertawa.

Pria muda itu membuatnya takut, dan dia dengan bodohnya mempercayai semua yang dikatakan pria muda itu.

"Nick, hei, Nick. Kau marah?"

"..." Kaylee masih mengabaikannya dan terus berjalan menuju gerbang kampus.

"Nick, aku hanya bercanda. Kau tidak perlu terlalu sensitive, lagipula biasanya kau ikut tertawa bersamaku. Kenapa kau bersikap berbeda hari ini?"

"..."

Merasa tidak nyaman diabaikan oleh sahabatnya, Jacob meraih bahu temannya dan sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Mata hitam Nick tampak berkaca-kaca, membuatnya tidak mampu berbicara.

Aneh sekali. Kenapa Jacob merasa hatinya sakit, seperti sesuatu yang tajam menusuk jantungnya ketika dia melihat mata yang berkilauan itu menjadi basah. Dan lagi, kenapa dia merasa ingin menyeka air mata sahabatnya?

Nick masih muda, dan anak ini bisa menjaga dirinya sendiri, tapi mengapa naluri protektifnya menyuruhnya untuk melindungi anak ini?

Ternyata, bukan hanya Jacob, tapi Adam dan anak laki-laki lain yang mulai dekat dengan 'Nick' pun merasakan hal yang sama. Tanpa mereka sadari, insting protektif mereka muncul seiring berjalannya waktu kedekatan mereka bersama Nick. Karena itulah Adam dan yang lainnya tidak terima jika ada yang mengganggu 'Nick' dan Jacob merasa bersalah dan penuh penyesalan karena melontarkan lelucon di luar batas.

Kaylee tidak tahu apa yang diinginkan Jacob darinya. Melihat pemuda itu tidak berniat berbicara, Kaylee menarik tangannya dan berjalan cepat menuju halte bus.

Sementara itu, Jacob hanya berdiri di sana menatap punggung Nick dengan hati bingung. Dia mengacak-acak rambutnya dengan satu tangan sambil menyalahkan dirinya sendiri.

"Dasar bodoh, Jake."

Kaylee naik bus dan duduk di belakang. Untungnya, bus tidak terlalu ramai sehingga dia bisa melepas kulit ekstra dan rambut palsunya dengan bebas.

Dia juga melepas jaketnya dan menggantinya dengan mantel dengan warna baby pink. Setelah menempatkan wig kulit dan rambut ekstra di dalam ranselnya, Kaylee sudah berubah menjadi Kaylee.

Begitu tiba di halte bus di area studionya, Kaylee turun dan berjalan menuju studio. Saat dia memasuki lobi gedung studionya, seseorang yang telah lama bekerja di sana menyambutnya dengan senyum malu-malu.

"Nona Roe..."

"Hai, apa kabar?"

"Aku baik-baik saja, Nona. Ini untukmu." orang itu memberikan hadiah yang berisi kotak makan siang padanya.

Kaylee merasa tidak nyaman karena orang ini sering memberinya sesuatu tiap kali orang ini datang bekerja. Terkadang memberinya bunga, atau kaos putih dengan wajahnya adalah foto di depan kemeja. Sekarang orang ini memberinya makanan?

Yah, Kaylee juga tidak bisa menolak hadiah orang ini. Bukankah tidak sopan menolak seseorang yang berusaha keras untuk membuat sesuatu dengan hati yang tulus?

Oleh karena itu, Kaylee menerima semua hadiah tersebut tanpa arogansi dan memperlakukan orang ini dengan sangat baik.

Untungnya, jadwal kerja orang ini hanya hari Rabu dan Sabtu, jadi Kaylee tidak harus bertemu orang ini setiap hari.

"Terima kasih. Semoga hari anda menyenangkan." Kaylee masuk ke lift dan menekan tombol lima untuk pergi ke ruang kerja pribadinya.

Dia membuka bungkusan itu untuk mengintip isi makanannya, yang ternyata adalah sushi!

Seketika dia merasakan air liur berkumpul di sudut mulutnya dan tidak sabar untuk menikmati sushi ini.

Tapi… bagaimana orang itu tahu makanan favoritnya adalah sushi?

Ting! Suara elevator yang dinaikinya berbunyi menandakan dia telah tiba di lantai lima.

Kaylee menutup kembali kotak makan siangnya dan menuju ke ruang riasnya, di mana penata riasnya Lydia telah menunggunya.

"Hai, Lydia. Apakah kau menunggu lama?"

"Yah, aku baru saja tiba lima menit yang lalu. Kenapa kau tiba-tiba membutuhkan bantuanku?"

"Aku akan bertemu seorang pemuda, tapi dia membuatku kesal sampai ke tulang. Sepertinya aku tidak perlu lagi berdandan."

"Ho? Apakah ini kencan? Tapi, seingatku, bukankah kau ada janji temu dengan klienmu?"

"Memang benar. ​​Karena itu, aku akan bertemu dengan pemuda ini sebelum berdiskusi dengan klienku." Kaylee menjawabnya saat dia mulai melepas mantelnya.

Kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mandi sebentar. Dia juga mencuci rambutnya yang sudah berkeringat karena harus ditutup dengan wig seharian ini.

Sambil mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut, Lydia memberitahunya bahwa ada asosiasi masyarakat kelas atas di pusat kota akhir pekan nanti. Dan dia mendengar sesuatu yang menarik yang mau tidak mau dia katakan pada Kaylee.

"Kudengar mereka mengharapkan kehadiranmu."

"Aku? Aku tidak tahu mereka tertarik pada musisi."

"Duh. Bukan Roe, tapi Kaylee Zouch."

Kaylee mengerutkan kening sambil berkedip karena dia tidak mengerti mengapa seseorang ingin bertemu Kaylee Zouch?

"Kenapa? Selain sebagai putri ayahku, aku tidak punya pengaruh lain. Mungkinkah seseorang ingin menggunakan koneksiku untuk mendekati ayahku?"

Ini bukan pertama kalinya seseorang mencoba mendekati Kaylee hanya untuk bertemu ayahnya. Karena itu Kaylee lebih suka orang berpikir bahwa dia tidak pernah meninggalkan rumah dan tinggal di rumah orang tuanya.

Dia sengaja jarang menunjukkan wajahnya di depan kamera ataupun aktif pada media sosial miliknya. Dia bahkan tidak pernah menunjukkan wajahnya sebagai Kaylee Zouch di media publik. Hidupnya sangat privasi, dan tidak ada yang tahu seperti apa rupa Kaylee Zouch selain teman-teman sekolah lamanya atau karyawannya di gedung ini.

Meskipun teman-temannya tahu, mereka juga tidak akan mengungkapkannya di media sosial. Kaylee tahu teman-temannya tidak ingin melihat gadis kutu buku dan kuno seperti Kaylee menjadi lebih terkenal daripada mereka.

Karena itulah Kaylee sengaja berpenampilan kuno dan menyendiri di masa sekolahnya.

Bukankah Kaylee itu polos dan lugu? Ya dia memang sangat polos. Tetapi dalam beberapa situasi, dia tidak sepolos kelihatannya.