webnovel

Legenda Pendekar Naga Putih

Partai Pedang Kebenaran adalah salah satu partai persilatan terbesar yang terdapat di Kota Han Ciu. Ketua partai itu bernama Zhang Yixing. Zhang Yixing sendiri merupakan seorang pendekar yang ditakuti lawan disegani kawan. Di daerah Han Ciu dan sekitarnya, tidak ada yang tidak mengenalnya. Semua orang, baik dari kalangan awam maupun persilatan, pasti kenal kepadanya. Apalagi, dia mempunyai julukan Pendekar Pedang Tanpa Tanding. Sebuah julukan yang mungkin terdengar sedikit berlebihan. Tapi, hal tersebut memang bukan omong kosong. Semuanya sesuai dengan kenyataan. Semua orang persilatan mengetahui akan hal tersebut. Permainan pedang Zhang Ciangbunjin (Ketua) tidak perlu diragukan lagi. Justru alasan dia dijuluki Pendekar Pedang Tanpa Tanding karena di daerah sekitarnya, memang tidak ada orang yang sanggup mengalahkannya dalam hal ilmu pedang. Namun sayang sekali, semua itu harus berakhir ketika peristiwa berdarah menimpa Keluarga Zhang sekaligus Partai Pedang Kebenaran. Di malam spesial yang harusnya menjadi malam kebahagiaan, justru malah berakhir menjadi malam kematian. Semua murid Partai Pedang Kebenaran tewas. Zhang Yixing beserta istrinya juga tewas. Yang tersisa cuma anak tunggalnya. Anak itu bernama Zhang Yi. Zhang Yi berhasil lolos dari kematian karena dia diselamatkan oleh seorang tokoh sakti dunia persilatan. Kelak, jika sudah tiba waktunya, Zhang Yi akan kembali ke dunia ramai dan bakal menjalankan tugasnya sebagai seorang pendekar pembasmi kejahatan. Bagaimana selanjutnya? Apakah dia akan membalaskan peristiwa berdarah yang menimpa keluarganya? Ikuti petualangan Zhang Yi di Legenda Pendekar Naga Putih.

Junnot_senju · Oriental
Sin suficientes valoraciones
398 Chs

Keributan di Warung Kecil II

Wajahnya tiba-tiba berubah pucat pasi. Semakin lama, rasa sakit yang dia rasakan makin hebat lagi. Dia ingin memukul menggunakan tangan yang satunya lagi, sayang sekali, orang tersebut ternyata tidak sanggup melakukannya.

Entah kenapa, seluruh tenaganya terasa hilang tak membekas.

Zhang Yi baru melepaskan kepalan tangan itu ketika dirinya sudah merasa puas. Korbannya langsung menarik kembali tangan yang sudah remuk itu. Dia melirik kepada rekan-rekannya, bermaksud untuk meminta bantuan.

Empat orang sisanya mengerti. Mereka mengangguk lalu segera menyerang secara serempak.

Kali ini, yang menyerang bukan kepalan tangan. Melainkan golok yang terselip di pinggangnya masing-masing.

Wushh!!! Wushh!!!

Empat batang golok melesat. Bacokan dan tusukan dilayangkan secara serempak. Kesiur angin tajam melaju ke arah Zhang Yi.

Pemuda yang mengenakan pakaian putih itu tersenyum dingin. Dia menunggu datangnya serangan lawan. Ketika keempat golok tersebut sudah hampir mengenai tubuhnya, barulah dia bergerak.

Tubuhnya berkelebat secepat kilat. Serangan keempat lawan berhasil dia hindarkan dengan mulus. Berikutnya, Zhang Yi segera mengangkat kedua tangannya. Niatnya ingin menangkap empat golok tersebut.

Tapi ternyata keempat lawannya sudah mampu menduga akan hal tersebut. Sebelum pemuda itu berhasil merampas goloknya, mereka telah mengubah kembali serangannya.

Kali ini keempat golok tersebut bergerak seirama. Serangan gabungan!

Kecepatan serangan itu dua kali lebih cepat daripada sebelumnya. Seluruh tubuh Zhang Yi menjadi sasaran telak lawan.

Untunglah pemuda itu bukanlah pemuda biasa. Dengan gerakan sederhana, dia kembali berhasil menghindarinya.

Wushh!!!

Zhang Yi tidak berniat untuk diam saja. Baginya, keempat orang itu sudah tidak bisa lagi di diamkan. Dua pukulan keras dan mengandung hawa panas dilayangkan secara tiba-tiba.

Keempat orang itu kaget. Mereka kembali menggerakkan goloknya masing-masing. Sayangnya, usaha itu gagal. Sebab sebelum golok mereka berhasil mengutungi kedua tangannya Zhang Yi, serangannya malah sudah tiba lebih dulu.

Bukk!!! Bukk!!!

Masing-masing dari mereka mendapat jatah yang sama. Satu orang, satu pukulan. Tubuh keempat orang itu terlempar dua langkah ke belakang. Mereka terhuyung-huyung.

Dan sebelum orang-orang itu bergerak kembali, Zhang Yi sudah tiba dengan serangan susulannya.

Wuutt!!!

Pukulan jarak jauh dilancarkan. Tenaga yang terkandung dalam pukulan itu cukup lumayan besar, sehingga empat lawannya tidak mampu mempertahankan diri.

Mereka krmbali terlempar ke belakang. Semuanya jatuh bergulingan. Darah segar segera megucur dari mulut dan hidungnya masing-masing.

Semua kejadian itu terlampau singkat. Berbeda dengan menuliskannya yang membutuhkan waktu cukup lama.

Zhang Yi kemudian berjalan ke arah mereka. Pemuda itu mengambil kembali uang pemilik kedai makan yang tadi sempat dirampas.

"Cepat enyah dari sini sebelum aku berubah pikiran!" bentaknya dengan nada tinggi.

Kelima orang pria itu segera bangkit berdiri. Meskipun masing-masing dari mereka merasakan sakit yang luar biasa, namun orang-orang itu memilih untuk tidak merasakannya.

Mereka masih sayang kepada nyawanya sendiri. Oleh karena itulah, setelah tahu bahwa pemuda itu bukan lawannya, maka mereka memilih untuk pergi.

"Ini uang Lopek yang tadi sempat dicuri oleh mereka," katanya sambil memberikan semua uang hasil rampasannya.

"Terimakasih Siauya, terimakasih. Budi baik ini pasti tidak akan aku lupakan," ucap si pemilik warung sungguh-sungguh.

Setelah berkata demikian, dia segera pergi ke belakang. Tidak berapa lama, pemilik warung kecil itu malah sudah kembali lagi. Di tangannya ada satu guci arak wangi.

"Ini namanya Arak Sichuan, arak terbaik yang ada di desa ini. Terimalah Siauya, hitung-hitung ucapan terimakasihku karena kau sudah membantu mengusir mereka," ujarnya sambil memberikan satu guci arak Sichuan yang wangi.

"Ah, baiklah, Lopek. Terimakasih banyak, aku pamit permisi," jawab Zhang Yi sambil tersenyum hangat.

Setelah itu, dirinya segera pergi dari sana.

Si pemilik warung itu cuma bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. Sebagai orang yang sudah berusia tua, tentu pengalaman hidupnya sangatlah banyak.

Terutama sekali dalam menilai seseorang.

Di matanya, Zhang Yi adalah seorang pemuda berhati bersih. Dia tahu, pemuda itu tidak mau menerima pemberian orang yang sudah ditolongnya. Apalagi dalam bentuk uang.

Untunglah dia sendiri mengerti bahwa pemuda yang sudah menolongnya itu merupakan setan arak. Sebagai setan arak, tentu dia tidak akan mau menolak kalau ada orang yang memberikan arak kepadanya.

Apalagi itu adalah arak terbaik.

Memangnya, setan arak mana yang mau menolak arak terbaik?

###

Malam. Malam telah tiba kembali.

Bulan purnama menghiasi langit yang gelap. Taburan bintang-bintang menambah keindahan di malam ini. Suara jangkrik terdengar memecah keheningan.

Zhang Yi berjalan seorang diri. Langkahnya tetap tenang dan perlahan. Pemuda itu tidak mau menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Selain karena tidak ada urusan, alasan lainnya adalah karena dirinya tidak mau memperlihatkan kemampuannya.

Dia sadar terhadap dirinya sendiri. Dia adalah pemuda hijau dalam dunia persilatan. Masih teramat banyak hal-hal yang tidak dimengerti dan tidak diketahui olehnya.

Karena itulah, Zhang Yi tidak mau bertindak gegabah. Dalam hal apapun, dia harus tetap berhati-hati.

Jalan setapak yang dilewati oleh Zhang Yi sangatlah sepi. Selain dia, rasanya tidak terlihat ada manusia lain yang terdapat di sana.

Ketika sedang berjalan sambil menikmati keindahan alam di sekitarnya, mendadak sepasang telinga yang tajam itu mendengar adanya sesuatu.

Dan tidak berapa lama kemudian, sesuatu yang dimaksud itu sudah memunculkan kehadirannya.

Di depan sana, dalam jarak dua tombak, tampak ada lima belasan orang yang sudah berdiri di tengah kalan setapak tersebut. Mereka menghadang jalan Zhang Yi.

Siapa orang-orang tersebut?

Zhang Yi tidak tahu. Dia pun tidak takut. Dan yang lebih penting lagi, dia tidak pernah perduli.

Dirinya merasa tidak punya salah terhadap siapapun, lalu mengapa harus merasakan hal-hal di atas?

Pemuda tampan itu tetap meneruskan langkah kakinya. Namun ketika jaraknya semakin dekat, tiba-tiba seseorang berjalan ke depan lalu berkata dengan lantang kepadanya.

"Berhenti!!!"

Suara orang itu menggelegar. Telinga Zhang Yi pun terasa sedikir berdengung karenanya.

Dalam hatinya, pemuda itu sedikit terkejut. Sebab sedikit banyaknya dia sudah mengerti bahwa orang di hadapannya ini, setidaknya mempunyai tenaga dalam yang terbilang lumayan.

Zhang Yi mengangkat kepalanya. Dia memandang orang itu dengan seksama.

Ternyata orang yang baru saja berteriak itu mempunyai wajah sangar. Matanya mencorong seperti mata serigala kelaparan. Di pipi sebelah kanannya terdapat segaris luka bacokan senjata tajam. Hidungnya mirip paruh burung. Cambangnya lebat. Seperti pula kumisnya yang melintang itu.

"Ada apa, Tuan?" tanya Zhang Yi dengan sopan.

"Hemm, siapa namamu?" tanyanya dengan dingin.

"Margaku Zhang, namaku Yi,"

Orang tersebut manggut-manggut, setelah itu tanyanya, "Apakah sore tadi, kau memukuli lima orang pria?"

"Benar,"

"Kenapa kau melakukannya?"

"Karena mereka membuat keributan di warung kecil. Salah satu dari mereka merampas uang hasil dagangan si pemilik warung. Karena aku tidak tega, maka aku memutuskan untuk menegurnya agar dia mau mengembalikan uang tersebut. Siapa sangka, dia malah tidak terima. Akhirnya, pertarungan pun tidak bisa dihindarkan," jelasnya.