webnovel

Legend Of Yarkee - Guardians

Autor: Sita_eh
Fantasía
En Curso · 108.8K Visitas
  • 91 Caps
    Contenido
  • 5.0
    46 valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

Manusia itu sungguh sombong. Mereka pikir, merekalah raja dan ratu di dunia ini. Mereka pikir, merekalah penguasa dunia ini. Mereka pikir, hanya merekalah yang tinggal di dunia ini. Mereka tidak pernah puas, selalu melakukan apapun demi mendapatkan tujuan mereka. Kaum Yarkee di masa jayanya selalu di puja sebagai dewa penyelamat, dewa penolong dan dewa dari segala dewa. Tapi kehadiran mereka lama kelamaan terlupakan. Sedangkan tanggung jawab mereka semakin besar. Arya, seorang detektif swasta yang berurusan dengan kasus yang mencurigakan. Sampai ia mengetahui bahwa, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh akal dan pikirannya. Richard, bekerja di sebuah inteligen rahasia SSU. Selama puluhan tahun mempelajari dan meneliti keterlibatan kaum Yarkee di dunia.

Chapter 1Bukan Aku Yang Membunuh Suamiku!

Arya memandang serius wanita yang berada di depannya. Sudah satu jam dia dan wanita tersebut duduk berhadapan, tapi wanita itu tetap dengan pendiriannya.

"Jadi...?" Arya kembali bertanya, dan sekarang menekankan intonasi suaranya. "Bukan!!! bukan aku yang melakukannya! Bukan aku yang membunuh suamiku! Aku tidak mungkin melakukannya, percayalah padaku. Aku mohon..." Ucap Wanita tersebut, dan ia masih mampu menghentakkan tangannya diatas meja walaupun borgol masih erat menjadi gelang tangannya.

Arya menghela nafasnya dengan panjang. "Ibu Mira, saya sangat bisa menemani anda untuk mengobrol semalaman di sini. Walaupun anda akan tetap mengatakan hal yang sama."

"Tapi anda tidak bisa mengelak dari semua bukti yang mengarah kepada anda." Arya mulai menyenderkan bahunya ke kursi. Ia sudah mulai merasakan ketegangan diantara pundaknya.

Arya pun memutuskan untuk bangkit dari duduknya, matanya masih menatap tajam ke arah Mira. Ia pun mulai membalikkan badannya, langkahnya terhenti ketika wanita itu mulai mengambil suaranya.

"Tunggu! Apakah kau akan percaya jika aku mengatakan sejujurnya." Wanita itu menatap dengan memohon. Arya kembali ke kursinya, Mira dengan cepat menggenggam tangannya.

"Setidaknya selamatkan anakku." Mira mulai memohon dan semakin erat menggenggam tangan Arya. Arya menatap dengan curiga.

"Aku mendengar bisikan gaib, aku yakin sekali malam itu. Dia yang mengontrol diriku." Ucap Mira dengan lirih.

Arya dengan cepat menarik tangannya sendiri. Dia berpikir wanita itu benar-benar sudah Gila. Mira menatap khawatir ke arah Arya.

"Aku tidak berbohong, seminggu sebelum aku bertengkar dengan suamiku. Kupikir dia sedang berselingkuh dengan seseorang." Raut wajah Mira semakin ketakutan.

"Aku ingat sekali, waktu itu suamiku sangat marah. Entah ia berbicara dengan siapa di telepon. Tapi aku mendengar ia mengatakan Kaum yang tidak boleh disebutkan namanya." Mira semakin mendramatisir ceritanya.

Arya semakin menaikkan alisnya, menatap tidak percaya. "Ahhh..kumohon kau harus percaya denganku." Mira mulai terlihat emosi, dia bangkit dari duduknya, dan menarik paksa tangan Arya berharap ia percaya dengan apa yang ia katakan.

Arya mulai menghentikan rekamannya, menganggap percakapan mereka sudah di luar jalur, dan sudah tidak berguna.

"Malam sebelum aku menusuk suamiku. Ia mengatakan agar aku bersiap-siap untuk pergi. Dia sudah mempersiapkan semuanya, paspor dan tiket." Mira sudah tidak peduli dengan Arya yang mulai tidak tertarik dengan ceritanya.

"Dia bilang, akan ada.... " Mira terhenti, dan seperti sedang mengingat-ingat. "Ahh aku lupa, aku lupa... " Mira mulai berteriak dengan histeris. Mira mulai mengacak-ngacak rambutnya sendiri, dan ia semakin histeris.

Arya hanya bisa memberikan tatapan dingin ke arah Mira yang masih dengan histerisnya, berteriak kesal dan terus mengatakan "aku lupa... sialll... aku lupa...".

Arya menatap gedung-gedung tinggi yang berjajar dihadapannya, masih berpikir keras dengan kasus yang baru saja ia terima. Sebatang rokok mulai ia keluarkan, dan mulai ia bakar.

Dengan cepat, ia menghisap rokoknya dan menghembuskan kembali. Langit sudah mulai sore, lampu-lampu mulai dinyalakan. Menjadikan pemandangan sore semakin indah.

"Disini kau rupanya." Suara Wanita yang ia kenal, sudah berada di sampingnya menatap dengan mencemooh. "Kau sudah mendapatkan sesuatu?" Tanya wanita itu.

"Dia gila. " Ucap Arya datar, wanita itu sepertinya tidak suka dengan tanggapan Arya. "Bukankah kau sudah tidak boleh merokok? Ingat merokok itu bisa membunuhmu secara perlahan dan pasti." Sindir wanita itu.

Arya tertawa kecil, "Bukan rokok yang membunuh manusia. Tapi manusialah yang membunuh manusia." Arya kembali menikmati rokoknya, asapnya yang mengebul pekat, ia hembuskan secara sengaja dihadapan wanita itu.

"Arya, kamu harusnya bangga. Jendral masih memanggil dan meminta bantuanmu. Tidak disangka kau sekarang malah bekerja dengan pihak swasta." Wanita itu semakin menyindir.

"Bayaran yang ku terima lebih tinggi." Ucap Arya dengan sombong. "Sudahlah Irma, ini adalah kasus sederhana. Wanita itu mengalami gangguan kejiwaan, sampai ia tega membunuh suami dan anak pertamanya." Arya melempar ke bawah sisa putung rokok dan menginjaknya dengan cepat.

"Hanya karena suaminya, seorang ketua parlemen. Itulah yang membuat heboh berita di media. Kemungkinan besar, dia mempergoki suaminya selingkuh dengan wanita lain." Arya mulai membalikkan badannya.

"Tunggu.." Ucap Irma mencoba menghentikan langkah Arya. "Jendral ingin aku memberikan ini kepadamu." Irma memberikan amplop cokelat besar. Arya memandang amplop tersebut dalam beberapa detik, sebelum memutuskan.

"Aku harap, ini bisa membantumu dalam memecahkan kasus ini." Ucap Irma masih menyodorkan amplop cokelat tersebut.

Arya pun menerimanya dengan berat hati. Ia mulai berjalan meninggalkan Irma yang masih diam terpaku.

"Arya, aku tau ini terlambat. Tapi aku turut berduka atas apa yang terjadi dengan keluargamu." Ucap Irma dengan sungguh-sungguh, sedangkan Arya yang mendengarnya hanya bisa menyeringai kecil.

--------

Alexander Richard, rambutnya yang terlalu pirang dan tingginya yang hampir dua meter. Membuat ia mencolok diantara yang lain.

Richard menempelkan kartu staffnya pada mesin pembaca. Dan mesin itu mengeluarkan suara "pip" kemudian lampu hijau menyala.

Seketika pintu baja di depannya terbuka dengan perlahan. Ia membetulkan jas labnya yang berwarna Putih, melewati beberapa anak tangga yang cukup banyak.

Orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tampak tidak mempedulikannya pada saat ia masuk. Ruangan itu sangat besar, banyak tabung-tabung besar dan tingginya seukuran dua kali dirinya. Berjejer dengan rapi, dengan banyak selang-selang yang ukurannya juga besar.

"Selamat siang Mr. Saboru." Sapa Richard dengan ramah, dan Mr. Saboru masih terlihat sibuk dengan clipboard yang ia pegang sedari tadi.

"Siang Mr. Richard, akhirnya kau datang juga. aku dengar kau berada di India kemarin?" Saboru masih melakukan beberapa check list pada clipboard-nya. Bahkan seringkali ia mencoret panjang, dan menuliskan kembali apa yang ia pikirkan.

"Ya, ada beberapa hal yang harus kuselesaikan. Hampir saja, kalau bukan para pengganggu itu." Jelas Richard kesal.

"Sayang sekali bukan. Tapi setelah 24tahun, akhirnya kita mengalami kemajuan. Mereka menangkap salah satu dari mereka." Ucap Saboru dengan bangga dan Puas.

"Ya aku tau, yang aku dengar seperti itu. Tim X yang membawanya. Tapi apa kau yakin bahwa ini." Richard mendekati tabung, dan mulai menyentuh dinding tabung dengan tangan kanannya.

"Kosong, apa ini kosong?" Ucap Richard yang melirik ke arah Saboru, yang justru malah menyeringai ke arahnya.

Richard dengan cepat memandang kembali tabungnya. Cukup terkejut dengan apa yang ia lihat. Sebuah telapak tangan yang sangat besar dan jarinya panjang dan runcing menempel di dinding tabung. Warna jari jemarinya terlalu pucat, tampak tidak hidup.

Tidak lama, sebuah pasang mata muncul. Mata itu tidak bulat, dan meruncing di ujungnya. Warnanya hitam pekat, bahkan sosok tersebut tidak memiliki kelopak. Richard melangkah mundur, sedikit berhati-hati dengan apa yang ia lihat.

"Apa kau masih ragu?" Ucap Saboru dengan Puas. "Tenang saja, tabung ini aman dan bisa menahan energi yang mereka miliki."

Sosok tersebut seperti menatap Richard, Richard tidak melihat apapun selain mata dan tangan. Sisanya hanyalah kepulan asap berwarna biru.

"Apa bentuk mereka seperti ini?" Tanya Richard tidak yakin. "Tidak tentunya, tabung ini menahan energi mereka, dengan cara memecahkannya. Mereka tidak dapat kembali ke wujud mereka." Jelas Saboru.

"Aku harap kau mengerti, aku tidak perlu menjelaskan rumus dan hukum fisika kan?" Saboru menatap tidak percaya ke arah Richard.

También te puede interesar

CEO Jutek Dan Perisainya

Khafi Arjuna Naufal dan Zahira Zakiyah Nadira adalah individu yang terpisah, tetapi kehidupan keduanya terhubung kembali dengan cara luar biasa, yaitu takdir. Khafi adalah seorang CEO dengan lima saudara, dia anak ketiga, kepribadian yang jutek membuat banyak orang tidak suka dengannya, Khafi juga memiliki Jin dengan menjelma sebagai merpati, Jin itu memiliki kekuatan sihir yang hebat. Hingga membuat Khafi mengetahui segala masa lalunya yang belum tuntas dan menyakitkan. Rasa bersalah dari masalalunya membuat dia sangat ingin menuntaskan masalahnya di dunia masadepan. Dahulunya dia adalah seorang kesatria. Sementara di masa depan dia CEO ternama. Kekayaan yang dimilikinya membuat dia diincar oleh beberapa musuh dari masalalunya juga, dari seorang wanita yang menginginkannya, sampai dari CEO lain yang sering diacuhkan Khafi, mereka yang tidak terima mengirimi mantra sihir jahat kepada Khafi. Hingga keadaan yang tidak memungkinkan, seorang Alim meminta keluarganya mencarikan gadis yang berhati baik dan tulus serta penglihatan batin yang terbuka, yang akan menjadi perisai untuk Khafi. Keluarga Khafi hendak menikahkannya dengan Tiana, gadis yang disarankan seorang Alim. Namun, Tiana pura-pura sakit parah, dan meminta Zahira yang adik tirinya, untuk menggantikannya, agar keluarga Khafi memberi uang untuk pengobatan, nyatanya uang itu untuk kesenangan Tiana sendiri. Keluarga Khafi menerima pengantin pengganti dari Tiana, karena tahu kalau Zahira gadis yang sangat baik dan seorang Alim pun setuju. Namun, tidak dengan Khafi yang sangat membenci Zahira, karena pikiran Kahfi, Zahira menikahinya demi uang. Khafi pun acuh tak acuh dan setiap hari Zahira merasa terluka oleh prilaku Khafi kepadanya. Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Bagaimanakah, masalalu Khahfi yang masih terhubung di zaman moderent? Apakah Khafi bisa berubah? Apakah Zahira bisa bertahan dengan pernikahannya?

Ririnby · Fantasía
5.0
164 Chs

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
89 Chs
Tabla de contenidos
Volumen 1

valoraciones

  • Calificación Total
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de Actualización
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Contexto General
Reseñas
gustó
Últimos

APOYOS